Aurin Knightsley ⬆️
Vote sebelum membaca😘.
.
Sophia yang merasakan belaian di kepalanya membuatnya semakin rapat menutup matanya, dia teramat nyaman seperti ini. Belaiannya turun kepipi dan tiba-tiba tangan itu menjauh darinya, tangan itu tidak lagi membelainya. Sophia ingin mendapatkan belaian itu lagi, perlahan mata dengan bulu mata lentik itu terbuka sepenuhnya. Matanya menjelajah mencari sosok yang ada dalam mimpinya. Namun, tidak ada siapa pun di ruangan itu selain dirinya sendiri.
Sophia memegang kepalanya yang terasa pusing, dia ingat tadi siang Marxel melontarkan kata-kata yang membuatnya ingin menghilang dari dunia ini. Sophia pergi berbekal uang beberapa dollar, menaiki bus yang menuju Downtown Los Angeles. Sophia berakhir di taman sampai malam hari, lalu setelahnya dia tidak ingat apa pun.
Sophia mendudukan dirinya agar bia mengingat dengan jelas.saat pintu terbuka, Sophia mengalihkan pandangannya. Matanya terkejut melihat siapa yang masuk, pria itu melangkah dengan raut wajah marah.
“Edmund,” ucapnya dengan bibir bergetar.
“Jelaskan padakku, sekarang,” ucapnya penuh penekanan. Pria itu melipat tangannya di dada, membuat ketakutan Sophia semakin bertambah. Alih-alih menjawab, dia malam menutup wajah dengan kedua tangannya lalu menangis.
“Hei, Sophie.” Edmund duduk di dekat Sophia lalu memeluknya saat tangisan itu semakin kencang.
“Maafkan aku, Ed,” ucapnya. “Aku tidak bermaksud membuatmu marah, aku… aku hanya…”
“Hanya apa?” Edmund menarik pelan tangan Sophia yang menutupi wajahnya, mengarahkan dagu itu agar menatapnya. “Apa? Katakana apa yang terjadi,” ucap Edmund disertai tatapan lembut.“Aku hany ingin berjalan-jalan kemari saja, hanya itu.”
“Kau tidak pandai berbohong, sophie. Cukup katakana padakku apa yang sebenarnya terjadi, aku suamimu,” ucap Edmund mengelus pipi istrinya. Sophia memejamkan matanya sesaat menimati sentuhan Edmund. “Apa yang terjadi?”
“Tuan Marxel berkata kalau kau akan meninggalkanku setelah aku melahirkan bayiku,” ucap Sophia dengan mata menatap jari-jarinya yang sedang dia mainkan. “Dia bilang kau akan membawa bayiku jauh dariku.”
Edmund menghela napsnya, dia mengelus kepala Sophia dengan penuh kasih sayang. “Dan kau mempercayainya?”
Sophia menatap Edmund yang memandangnya kecewa. “Maafkan aku.”
“Ini pernikahan kita, Sophie, jangan biarkan opini orang lain merusak kebahagiaan kita. Mereka hanya iri dan mencoba merusak apa pun yang kita miliki.”
Sophia mengangguk. “Maafkan aku,” ucapnya dengan mata mulai berair.
“Ssssttt, jangan menangis lagi, tidak apa,” ucapnya menarik istrinya ke dalam pelukan, mengelus rambut cokelat itu dan menghirup aromanya dalam. Pertanyaan Edmund yang hendak diajukan pad Sophia tentang Gunner hilang seketika, dia memilih berjanji pada dirinya sendiri akan melindungi perempun yang kini ada dalam dekapannya itu, berjanji bahwa dia akan memberikan apa yang Sophia butuhkan, kecuali cinta.
“Aku ingin pergi dar sini, Ed.”
Edmund mengerutkan keningnya. “Kau ingin pulang?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Baby [DITERBITKAN]
Romance#First_story_of_D'allesandro_klan "Kita harus bermimpi, namun tidak untuk hidup dalam mimpi" Sophia Alberta (18th) bekerja banting tulang untuk mencukupi kehidupannya semenjak ayah dan ibunya me...