BENAR sekali pemilik nama Farel itu mentang-mentang putra seorang pemilik yayasan ia sangat jarang sekali masuk kelas. Kerjaanya hanya nongkrong bersama teman-temannya sejenisnya.
Tapi untung Farel masih bisa membatasi kenakalannya. Ia tak mengikuti temannya yang merokok, meminum minuman baralkohol, mabuk-mabukan, atau mengonsumsi obat-obatan terlarang. Kenakalannya cukup tak mau masuk belajar, kaki baju diluar, dan sering memantul-mantulkan bola basket di lapangan ketika semua temannya belajar.
Ia tak jago dalam mata pelajaran apapun, tetapi kalau urusan berseni peran dia ahlinya. Selalu membawakan peran pangeran Henry dalam cerita Disney romantis yakni Cinderella.
Tokoh Cinderella sebenarnya diperankan oleh Nadia yang juga terkenal hebat dalam berteater. Namun Nadia harus meninggalkan perannya karena lebih mengutamakan beasiswa yang ia dapat ke luar negeri dan bersekolah sampai tamat disana.
Itulah yang membuat ibu Fransiska selaku pembina dan pembimbing organisasi seni dan budaya sekolah mencari pengganti Nadia untuk memainkan peran Cinderella di pementasan akhir tahun.
Acara tahunan itu memang sudah menjadi rutinitas sekolah yang sengaja dirangkaikan dengan acara penamatan kelas XII. Pementasan itu menampilkan beberapa pertunjukan seni dari organisasi yang memiliki cabang mulai dari teater, tari, musik, puisi teatrikal, sampai kerajinan-kerajinan tangan.
Perekrutan anggota baru beberapa organisasi SMA Insan Cendekia sudah dilakukan sejak dua minggu setelah pengukuhan murid baru. Kirana dan Diana masuk dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah dengan alasan hanya ingin balas dendam.
Karena dulu uangnya banyak habis karena harus menaati permintaan senior untuk dibelikan cokelat mulai dari Dove, Silver queen, Chunky bar, Cadbury Dairy Milk, sampai Godiva Chocolatier sekali pun. Dan itu itu merupakan satu keharusan yang harus dipenuhi kalau tidak, tidak dapat tanda tangan senior dan tidak dapat tanda tangan senior dan artinya tidak mengikuti MOS walaupun sebenarnya mengikuti. Sedangkan Tasya lebih memilih masuk organisasi basket saja.
"Pagi guysss!!" Tasya merengkul dua leher sahabatnya dari belakang.
"Gilaa.. parfum loh ganti lagi? Emang loh yah tiap hari gonta-ganti parfum melulu. Untung bukan pacar yang lo gonta-gantii!"
"Haha! Kau ini, emang yah jam segini udah waktunya loh melucu!" Tasya menaruh tasnya di bangku kedua dari depan.
"Eh, eh film apa tuh?" lanjutnya.
"Yah biasa, drakor Sya, drakor!" jawab Kirana
"Drama Korea lagi? Hufftt emang yah kalian berdua ini udah kena virus Drakor sejak SMP!"
"Yaelah, mending Sya, dari pada lo yang nggk bosan-bosannya nonton film Disney," celetuk Diana.
"Yah.. bagus, romantis-romatis gitu! Pure story tau nggak!" kata Tasya sambil membuka lembar novel untuk melanjutkan bacaannya.
"Emang lo yah, kentara nggak pernah nonton Drakor sih, Drakor tuh sampai ngeluarin air mata kisahnya! Sumpah bikin nyesek sist! Kalau soal romantisnya nggak usah di raguin lagi euy, bikin gimana-gimana gitu," sambung Kirana yang sangat kecanduan drama Korea.
Pembicaraan terhenti. Tasya sudah cukup larut mendalami cerita yang ia baca. Membaca tiap kata yang tersusun hingga mengantarkan pada setiap suasana-suasana tersendiri. Hingga konsentrasi Tasya buyar sewaktu murid laki-laki dikelasnya kembali mengganggu. Itu membuat Tasya merasa risi dan jengkel kepada kelakuan-kelakuan temannya yang sering kali usil.
"Ya ampun! Kalian sampai kapan mau ganggu aku!" Tasya menutup novelnya.
"Yah sampai neng Tasya nerima kami, hehehehehe," bibir Tasya segera memanyun.
"Ayolah Tasya, jadi pacar abang kuy!" kata salah seorang dari mereka dan terbahak-bahak. Sementara teman yang lainnya seperti sedang menonton cewek cantik yang digoda teman-teman lelakinya.
"Kalau Tasya jadi pacar abang, apapun deh abang turutin bahkan kalau mau Monas tuh aku jadiin mahar untukmu seorang!" lagi-lagi suara baru muncul dari kawanan lelaki usil.
Tasya hanya diam beberapa saat. Namun ia sudah tidak tahan dengan kelakuan setiap hari temannya yang usil itu. Tentu menjadi kebiasaan yang tidak di setujui oleh Tasya. Alhasil Tasya memukul meja dan menghampiri teman-teman lelakinya untuk bermohon tidak membudayakan hal-hal seperti itu kepadanya.
"Brader ku yang tampan, baik hati, tidak sombong, dan tidak makan sabun. Tolong yah, jangan ganggu neng Tasya lagi. Tasya pengin konsentrasi."
Tutur Tasya lembut namun hanya menjadi senjata ejekan mereka.
"Aduhh ah.. Tasya berdiri dihadapan kite, kayak kite tuh sedang kedatangan bidadari dari kayangan geng! Hahahahaaa,"
Pakk!!
Baru saja tangan mulus Tasya mendarat dipipi sebelah kanan temanya itu.
"Aduh!" keluh teman yang menggodanya. Mengelus-elus pipinya yang segera merona merah.
"Kenapa? Masih mau ditampar sama bidadari? Lo juga! Apa?"
Kemudian segera teman-temannya yang usil itu berhenti. Karena masing-masing sudah mendapatkan jatah dari Tasya. Berupa tamparan-tamparan yang keras. Sifat Tasya yang kadang tomboi itu datang bertandang seketika. Alhasil mereka lari keluar kelas dan tidak lagi berani menganggu Tasya yang sudah tidak mau tinggal diam ketika ada yang usil terhadapnya.
"Masih pagi gini udah buat Tasya meluap-luap sih, rasain lo!!" Tasya menggesek-gesekkan kedua telapak tangan di depan wajahnya sembari meniup-niupi.
Beberapa saat kemudian Tasya kembali fokus dengan novelnya. Teman-temannya yang lain pun setelah puas menertawai orang yang ngejahilin Tasya yang mendapatkan hadiah itu kembali beraktivitas dengan sesukanya. Sambil menunggu guru datang seperti biasa ada yang baca novel, nonton drama Korea, menjawab soal-soal, sampai asyik dengan materi gosipnya kali ini.
Tok! Tok!
Kemudian sosok kakak kelas mengetuk pintu. Semua siswa beralih pandang ke orang yang segera menyapa itu.
"Selamat pagi.." satu kata yang segera membuat siswi-siswi menjerit histeris seperti sedang kedatangan malaikat cinta.
"Pagi kak Farel," jawab serentak siswi-siswi yang seperti terhipnotis. Semua aktivitasnya berhenti dan tidak mau membuang-buang kesempatan untuk memandangi lesung pipi yang menempel di wajah yang sangat tampan itu. Bisik-bisik segara terdengar riuh.
Tapi tidak dengan Tasya, sebelumnya ia sangat asyik membaca. Namun setelah mendengar kata 'Farel' menusuk kupingnya. Ia segera mendongak ke orang itu.
"Ya ampun! Ngapain coba dia kesini!" gumam Tasya pelan yang menutup sebagian wajahnya dengan buku novel.
"Ada yang bernama Tas.. Tasya?" sambil mengeja kertas kuarto berwarna ditangannya. Sontak membuat Tasya kaget. "Gue, kak!" jawab Tasya dengan suara spontan. Segera membuat pandangan Farel mendarat di bola matanya yang bening.
"Kenapa kak?" tegur Tasya yang menyadarkan Farel dari lamunan yang terjadi sekitar tujuh detik itu.
Farel berdehem.
"Oh jadi lo, yang namanya Tasya?"
Tasya mengangguk-angguk.
"Lo ikut gue sekarang.." ajakan yang segera mengubah raut wajahnya seperti saat kejadian waktu itu. Tasya heran dan dalam hatinya ia berkata.
"Kok, semua berubah lagi? Tuh muka kok datar lagi yah? Apakah.."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid Heart
Teen FictionPertemuannya dengan senior Bad Boy High Class bernama Farel Pranaja Agler membuat Tasya memasukkan seniornya itu ke dalam daftar orang yang paling ia benci di sekolah. Demikian pula dengan Farel yang sangat membenci Tasya sejak kecerobohan yang memb...