Praaakk!!
Tasya menginjak rem dengan mendadak. Mobilnya hampir saja menabrak pagar besi sekolah yang tadi hampir ditutup oleh satpam sekolah.
"Maaf pak! Maaf!"
"Ini sudah jam berapa dek?"
"Sudah stengah delapan pak!" sahut Kirana yang duduk disebelah Tasya yang lagi menyetir mobil.
"Lah.. udah tahu..."
"Udah tahu Jakarta macet kan pak? Iya macet hehe. Makanya kita telat." Tasya memotong.
"Udah tahu Jakarta macet kok berangkatnya lama? Makanya kena macet kan?"
"Cepet kok pak, kita berangkat dari stengah enam tadi pak, sumpah! Suer!"
Pak Satpam mengernyitkan alis sambil menggeleng.
"Ayolah pak, biarin kita masuk. Yah Pak yah, hehe," bujuk Diana.
"Ya sudah masuk! Kalau nanti kalian udah sekolah biasa, jangan budayakan seperti ini lagi yah! Kalau tidak..."
Belum selesai Tasya langsung menancap gas kemudian memarkir mobilnya di parkiran. Mereka cepat-cepat berlari menuju lapangan sekolah yang rupanya sudah banyak siswa-siswi baru berkumpul untuk mengadakan upacara penutupan MOS. Dengan mengendap-endap, mereka bertiga berusaha masuk ke barisan belakang regu. Mereka harus masuk barisan tanpa sepengetahuan senior OSIS kalau tidak...
"Yang baru datang, maju kedepan!" teriak salah satu senior yang berada didepan barisan semua murid.
"Aku kak?" salah seorang murid cupu yang berada didepan mereka menunjuk diri sendiri.
"Bukan! Kalian yang dibelakangnya! Ayo maju!!"
Teriak senior Osis sekali lagi.
"Sial kalau bukan karena kegantengan kakak, gue nggak bakalan maju ke depan," gumam Diana pelan.
"Eh, sumpah! semakin deket, kok dia semakin ganteng sih," desis Kirana.
"Hei, hei biasa ajah kali! Di Jakarta tampan kaya dia itu bejibun banget loh!" sambung Tasya yang tidak lama lagi mereka bertiga sudah berada di hadapan senior-senior serba galak itu.
"Ini adek regu siapa nih?"
"Aku! regu Melati!" kak Amel mengacungkan tangan.
"Udah bilang apa saja ke mereka?"
"Bilang semuanya kok, termasuk bilang kalau kalian jangan ada yang terlambat pada hari terakhir MOS!"
"Ini apa nih, buktinya?"
"Ya sudah Za, kita tanyain ajah ke mereka.. tapi sekali lagi sumpah! gue, gue bilangin kok ke mereka biar nggak terlambat!"
"Siapa nama kalian?"
"Tasya kak!"
"Diana!"
"Kirana kak!"
"Benerkan, Amel telah menyampaikan kalau kalian enggak boleh terlambat?"
"Iya, kak!" mereka serentak mengiyakan.
"Terus kenapa bisa terlambat? Ada yang bisa jelasin?"
Tasya mengacungkan tangan.
"Pak Herman sakit kak!"
"Siapa pak Herman?"
"Dia sopir pribadi gue kak, dia janji ke Mama bakalan datang hari ini untuk bekerja lagi, namun setelah beberapa menit menunggunya. Eh dia malah nggak datang, dan baru nge-sms Mama kalau dia masih sakit! makanya aku yang nyetir sendiri."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid Heart
Teen FictionPertemuannya dengan senior Bad Boy High Class bernama Farel Pranaja Agler membuat Tasya memasukkan seniornya itu ke dalam daftar orang yang paling ia benci di sekolah. Demikian pula dengan Farel yang sangat membenci Tasya sejak kecerobohan yang memb...