My Stupid Heart 🍃 1

55 10 8
                                    

ACAP kali selesai membeli makanan di kantin sekolah, Tasya selalu duduk di kursi kayu yang melingkari sebatang pohon lebat dan melindunginya dari kekejaman sinar matahari yang menjelma musuh pagi ini. Teduh memayungi tubuhnya bersama kedua temannya yaitu Gisela dan Tiara.

Jadwal istrirahat di sekolah mereka memang biasanya sekitar jam Sembilan menuju ke jam Sepuluh. Waktu yang sangat pas bagi anak-anak SDN Tunas Bangsa untuk bercengkrama dengan para penghuni-penghuni perut.

Tasya begitu menikmati roti selai yang selalu menjadi makanan pelengkapnya di sekolah. Sebelum memakan roti biasanya ia terlebih dahulu memakan bekal nasi dan paha ayam yang ada di kotak makanannya. Ia adalah anak perempuan kedua dari pasangan Arya dan Utami seorang pengusaha terkenal di Jakarta.

Tasya merupakan anak yang pergaulannya sangat dikontrol oleh kedua orang tuanya. Hidupnya begitu diperhatikan baik dalam segi apapun. Bahkan Tasya diantar jemput oleh mobil pribadi yang dibawa oleh Pak Herman, sopir yang sudah mengabdikan diri di keluarganya sejak Tasya belum lahir.

Roti selai itu digenggamnya. Perlahan-lahan dikunyah dengan anggun, sembari menonton teman laki-lakinya yang sedang bermain bola di lapangan tak jauh dari tempatnya berpijak. Di lapangan itu ada banyak murid laki-laki yang bermain, tetapi hanya satu orang yang menarik perhatian Tasya. Murid laki-laki berambut jambul hitam pendek, berhidung mancung, berkulit putih bersih, bermata agak sipit dan gayanya yang sangat cool itu kerap membuat Tasya nyaris tak berkedip.

Bagi Tasya selama hampir 6 tahun ia bersekolah di SD Tunas Bangsa itu, baru akhir-akhir ini ia melihat ada teman laki-lakinya yang begitu tampan, memikat, dan secara tidak sengaja menarik perhatian Tasya. Sesekali murid laki-laki yang belum diketahui namanya itu menoleh ke arah Tasya sambil melemparkan senyuman yang kadang membuat Tasya susah menelan ludah.

"Gue heran deh sama lo Sya," belum selesai berbicara, Tasya langsung memotong pembicaraan Gisela.

"Heran kenapa? Apa hari ini aku terlihat beda yah? Enggak kan? Hari-hari sebelumnya aku selalu kok beli roti selai ini," ujar Tasya.

"Bukan, bukan itu.." Gisela berdiri di hadapan Tasya.

"Lalu apa dong?"

"Coba lo ingat-ingat lagi."

"Hmm, apa yah, langsung bilang aja deh!"

"Hadeuh, Tasya.. sudah beberapa hari ini setiap habis belanja di kantin lo selalu mengajak kami menghabiskan makanannya disini? Sebenarnya ada apa sih? Padahal kan sebelum-sebelumnya kita sering makan di kantin atau tidak di dalam kelas saja kan?"

"Golllll!!" suara riuh terjadi di lapangan.

"Mana, heh!! Itu, itu dia memasukkan bola ke dalam gawang!!" Tasya mengalihkan pandangannya ke lapangan. Ia berdiri lalu melompat-lompat gembira. Gayanya sudah seperti Cheerleaders saja dari luar lapangan.

"Sial! Tasyaa!! Aku lagi bicara, dan lo malah kacangin gue!"

"Yeheee!! Yuhuuuu!!" Tasya semakin girang.

"Sudahlah Gisela. Tasya emang gitu, berubah semenjak status murid laki-laki itu menjadi anak baru di sekolah ini!"

"Iya ih, sebel deh!"

Tasya menghentikan gerakannya. Kemudian duduk kembali. Terus mengalihkan pandangan ke kedua temannya yang sedang bertanya-tanya tentang dirinya yang seketika menjadi aneh.

"Kenapa berhenti? udah capek?"

"Hehe iya, ngos-ngosan juga hihi, Eh tadi sampai mana?"

"Sampai lo kayak orang gila!"

"Iya ih, Tasya loh baik-baik aja kan?" Gisela mulai memasang muka mendongkol.

"Hehe, maaf yah! Maaf, maaf," Tasya tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang berbaris rapi. Kemudian kembali menengok murid laki-laki itu.

"Tasya!! kamu jatuh hati pada murid baru itu?" tegur Gisela yang seketika membuat jantung Tasya seperti ada yang menusuk. Gisela kembali berdiri dihadapan Tasya.

Tasya membungkam sejenak. Mulutnya seperti sedang diisolasi.

"Tasya?" celetuk Tiara lembut.

"Mana mungkin? Kan aku seusia kalian berdua. Kata Mamaku, perempuan itu mulai jatuh hati pada laki-laki jika sudah berada di usia dewasa!!" kilah Tasya.

"Mengaku sajalah Tasya," tawar Tiara.

Tasya menggeleng.

"Ayo, mengaku saja! kami berdua berjanji kok, tak akan memberitahukannya pada Mamamu," Gisela membujuk.

Tasya tetap saja menggeleng.

"Kalian ini apa-apaan sih.. sudahlah aku tak jatuh hati pada siapa pun, lagian aku juga tak tahu bagaiamana caranya jatuh hati pada seseorang, ayo kembali ke kelas!!" Tasya turun dari tempat duduk dan segera berjalan meninggalkan kedua temannya.

My Stupid Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang