Into You ( Yue_Aoi )

18 4 0
                                    

Jam baru saja menunjukkan pukul lima sore, namun langit sudah terlihat begitu gelap dan terdengar suara petir di kejauhan, pertanda hujan akan turun sebentar lagi.

Seorang gadis berlari melewati jalanan yang sudah mulai sepi. Ia tak mempedulikan nafasnya yang mulai tersengal-sengal dan peluh yang mulai bercucuran. Ia hanya ingin segera tiba di rumah sebelum hujan turun.

Gadis itu berhenti di depan pagar rumahnya dan segera mengeluarkan kunci. Namun ia terkejut saat menyadari lampu depan rumah yang sudah menyala. Padahal seingatnya ia sudah mematikan lampu depan sebelum meninggalkan rumahnya tadi pagi.

Dengan perasaan was-was ia segera masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Ia menatap sekeliling dengan perasaan waspada sebelum membuka pintu rumahnya. Ia menghembuskan nafas lega saat melihat sepasang sepatu milik ayahnya berada di dekat pintu. Ia baru ingat jika ayahnya memang akan kembali dari Hokkaido hari ini.

"Tadaima," ucap gadis itu dengan suara yang agak keras.

"Okaeri, Yumi-chan," sahut ayahnya dari dalam rumah.

Yumi segera melepaskan alas kaki dan meletakkannya di rak sepatu. Ia masuk ke dalam rumah dan mendapati ayahnya sedang duduk di sofa sambil tersenyum dan mengulurkan tangan padanya.

Yumi segera mendekat dan ayahnya segera memeluknya erat-erat, membut Yumi tersentak sebelum ahirnya ia membalas pelukan ayahnya.

"Lama tidak bertemu denganmu, Yumi-chan. Otou-san rindu sekali padamu. Kau tidak melakukan yang aneh-aneh, kan?"

Yumi meringis mendengar ucapan ayahnya yang terkesan berlebihan. Entah kenapa ia merasa jika ayahnya seolah memperlakukannya seperti anak kecil meskipun bulan kemarin ia baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke dua puluh.

Sejak dulu ayahnya memang agak berlebihan. Namun sejak kematian ibunya dua tahun yang lalu, sikap berlebihan ayahnya semakin menjadi-jadi hingga terkadang membuat Yumi merasa jika ayahnya malah bersikap seperti seorang 'ibu'.

"Ah, berlebihan sekali, sih. Padahal usiaku sudah dua puluh tahun. Teman-teman seusiaku saja bahkan sudah tinggal sendirian."

Ayah Yumi tersenyum dan mengacak rambut Yumi sebelum melepaskan pelukannya. Ia memperlihatkan sebuah katana dan berkata, "Lihat, otou-san baru membeli katana ini, lho. Bagus, tidak?"

Yumi menatap katana itu lekat-lekat. Katana itu terlihat sudah tua dengan sarung kayu yang warna nya sudah agak pudar. Yumi bahkan tak begitu yakin jika mata pedang nya masih tajam.

"Lho? Mengapa otou-san malah membeli katana seperti ini?"

"Ini oleh-oleh untukmu. Kebetulan otou-san menemukannya di toko barang antik. Katanya katana ini dulunya milik samurai terkenal, lho."

Yumi kembali meringis. Mungkin terdengar aneh bagi seorang gadis sepertinya, namun sebetulnya ia memiliki ketertarikan terhadap pedang yang diwarisi dari ayahnya. Meskipun begitu, tetap saja ia merasa terkejut dengan oleh-oleh tak lazim yang diberikan ayahnya. Ia tak tertarik dengan benda-benda kuno yang menurutnya malah menakutkan. Ia membayangkan jika terdapat roh-roh gaib yang mungkin saja berada di dalam benda itu, seperti yang sering didengarnya dari cerita orang-orang.

"Um... aku tidak berani menyimpannya. Sebaiknya untuk otou-san saja. Atau lebih bagus lagi kalau otou-san memberikannya pada rekan otou-san."

Ayah Yumi menatap Yumi lekat-lekat dan menyadari jika gadis itu terlihat agak ketakutan. Ia malah menyeringai dan berkata, "Kau takut, ya? Tenang saja, katana ini baik-baik saja, kok. Buktinya katana ini berada di dalam kamar otou-san selama dua hari dan otou-san baik-baik saja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oneshoot : Spring DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang