Chapter 4

11 3 0
                                    

Cinta tak harus sempurna
Cinta juga tak harus memiliki
Cinta datang ketika hati mulai nyaman
Cinta bisa menyakitkan
Tapi takdir cinta tak pernah salah
~William Rizal Putra Athala~

..........

Hai balik lagiiii
Happy reading....

..........

Cuaca sedang berkabung, menjatuhkan semua pilu dari atas sana. Hujan yang sama seperti saat itu, saat dimana orang-orang terkasih meninggalkannya.

Entah sampai kapan dia akan seperti itu,dan entah sampai kapan dia akan mengurung diri. Dia yang baru bangkit kini harus terpuruk kembali.

Rasanya tak pernah selesai dia mencoba. Baru kemarin dia bangkit dari tidur panjangnya, kini harus tertidur kembali.

Rasanya baru kemarin dia dikuatkan, baru kemarin juga dia merasa ada yang mendorong untuk bangkit.

Kini hanya kenangan manis yang bisa dia sentuh. Kini dia harus mulai mencoba kambali untuk melupakan, melupakan semua kenangan- kenangan indah bersama.

Kini dia termenung diantara dua gundukan tanah yang telah dihiasi bunga-bunga cantik.
Tangis tak bisa dibendung lagi.

"Oma, opa Dellisa masih kangen" Ucapnya seraya menangis

"Oma, opa Delliaa masih kangen" Ucapnya lagi

"Opa sama oma kan udah janji  sama Dellisa kalau...," Ucapnya terpotong "Kalau mau memenin Dellisa, kalian juga udah janji  mau anterin Dellisa sampai naik ke pelaminan" Sambungnya lagi.

"Mana semua janji itu, mana??, opa sama oma bohong!!" Tangisnya mulai memuncak.

"Sudah sayang sudah, jangan seperti itu, yayah yang akan nepatin janji mereka."

" Dellisa sekarang pulang yuk, sudah mau hujan."
Ucap mama dan Dellisa hanya mengangguk patuh.

Pemakaman yang tadinya ramai dipadati semua keluarga, teman sampai rekan kerja kakek dan nenek Dellisapun perlahan mulai menghilang. Menghilang kan semua kenangan diatas kuburan keduanya.

..........

"Dellisa sayang, angkat telponnya nak!!, mama lagi masak soalnya" Ucap mama dari dapur dan sedikit berteriak.

"Iya maaaa"

tuk..tuk..tuk..

Suara sepatu mulai melangkah dari posisi nyamannya menuju ke arah telpon yang sendari tadi berdering tanpa henti.

Clek, telpon terangkat. Terdengar suara ngebass dari sebrang sana.

"Hello..."

"......"

"Iya saya sendiri "

"......"

"Gak mungkiiiiiinnnnnnnn!!!!....."
Air mata mulai menyusup keluar dari singgahsana dan mulai membasahi pipi cantiknya. Rasa panas nulai menyambar seluruh jantung dan tubuhnya. Daya cengkram kakinya mulai goyah.

Bruk....

"Dellisa siapa yang tel......"

"Dellisa sayang kamu kenapa nak sayang bangun, papahhhhh, Rizal........." Berteriak memanggil semuanya.

Telpon sekarang yang ada dilikiran April

"Hallo ini siapa yah...?"

"......."

PELANGI tak BERWARNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang