Chapter 12

12 2 0
                                    

Setelah mendengar suara kesakitan Dellisa dari sebrang sana. Rizal langsung bergegas pergi untuk menjemput sang adik. Dia tidak memberi tau siapapun, padahal dirumah ada orang tuanya, karena dia tidak mau membuat mereka panik.

Rizal mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia tak perduli dengan para pengguna jalan yang lain. Banyak sekali yang mengklaksonnya sebal tapi tak ia perdulikan, yang ia mau adalah cepat sampai kesekolah.

"Bodo amat lah. Isa baba dateng sayang!!" Gumam Rizal. Sumpah serapah bertaburan dijalanan.

Butuh waktu 20 menit untuk Rizal sampai kesekolah. Sekarang dia sedang memparkirkan mobilnya dan mulai berlari menelusuri semua toilet.

Lantai 1 sampai lantai 3, sudah ia jelajahi tapi yang dicari tak kunjung ditemukan.

"Dellisa kamu dimana sayang? Baba dateng. Ya Tuhan adikku dimana." Gumamnya disela pencarian.

Kemudian ada pencerahan yang terlintas dibenaknya.

"Dilantai 2 bagian belakang kelas gue. Ya..gue harus cari kesana!!" Kini Rizal berlari lagi ketoilet dilantai 2 tapat dibelakang kelasnya.

Sesampai ditoilet Rizal langsung membuka semua pintu yang menutupi tempat kecil itu, tak tertinggal satupun.

"Sejak kapan ni toilet rusak, padahalkan tadi gue liat ni toilet biasa ajah. Ah munggkin pas pulang luber kali?" Gumam Rizal, karena didepan pintu toilet tertulis 'toilet ini sedang rusak dan dalam masa perbaikan'.

Rizal terus membuka pintu toilet disamping toilet yang rusak itu. Tapi firasatnya mengatakan bahwa toilet itu tidak rusak.

"DELLISAAAA KAMU DIMANA, BABA UDAH DATENG SAYANG." Pekik Rizal disela pencariannya. Hening tak ada respon.

"DELLISAAAAAA." Kini Rizal putus asa, kemudian Rizal berlalu melewati toilet yang rusak itu. Ia sempat berhenti didepannya, tapi dia tak bergeming untuk mendobraknya.

Langkah Rizal lesu dan mulai keluar dari area toilet.

"Toilet yang mana lagi. Semua toilet sudah ku jelajahi. Tuhan dimana adikku, dimana?." Air mata mulai membasahi pipinya.

Tapi terdengar suara orang memanggilnya. Lebih dekat ia berjalan menuju sumber suara yang berasal dari toilet yang rusak.

"Ba.....ba.....del...i...sa...ba." Suara itu, suara Dellisa.

"Dellisa kamu didalam?" Ucap Rizal didepan pintu toilet itu.

"Ba...ba..." fiks itu suara Dellisa.

Tampa basa-basi Rizal langsung mendobrak pintu yang terkunci itu. Dan betapa kagetnya ia.

Rizal melihat seorang gadis yang sedang menatapnya lekat. Rambutnya kusut dan penuh dengan telur dan tepung. Kedua pipinya, pergelangan tangan dan kakinya memar, terdapat darah dikening dan sudut bibirnya dan matanya sembab.

pakain yang ia kenakan juga hancur. Sepatu tinggal sebelah, kemeja yang dipotong sampai bagian pusar dengan motif rawis. Jas yang ia kenakan juga tinggal setengah. Rok yang digunting sampai paha. Dan tak kalah menyadihkan lagi dia basah, kotor dan beraroma tak sedap.

"DELLISAAAAA." Rizal langsung memeluk tubuh yang rapuh milik adiknya itu. Dia tak memperdulikan sekotor dan sebau apapun badan adiknya. Dia tak kuasa menahan tangis. Dan tangisnya pun pecah sekatika.

"Ba....ba...dateng...hemmm...del..i..sa..bau..ba....." Suara lemah Dellisa terhenti

"Stop jangan bicara lagi. Mau kamu bau, kotot, ataupun menjijikan sekalipun, baba akan tetap peluk kamu." Ucap Rizal masih memeluk Dellisa.

PELANGI tak BERWARNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang