05

10.7K 1K 42
                                    

BAB V

"Bukan takut, tapi hanya mengantisipasi saja."

Maudy berjalan di belakang Ayah dan Anak itu sambil menatap Arbi yang terus saja tersenyum padanya tanpa ingin mengalihkan pandangnya pada Maudy sambil memeluk leher sang Ayah. Bahkan terkadang Arbi tertawa melihat wajah konyol Maudy yang akan berhenti saat Juna menatap tajam Maudy. Hingga langkah kaki Maudy terhenti saat langkah kaki Juna yang beberapa langkah di depannya terhenti membuat Maudy bingung.

"Kamu penguntit ya." Juna bertanya langsung pada Maudy.

Maudy mengerjab bingung "Ha.?"

"Iya penguntit, sejak tadi kenapa kamu ngikutin saya."

"Ini kan jalan mau kerumah saya juga Pak." Kini Maudy menampakkan wajah datarnya pada Juna.

Tanpa berkata lagi Juna melanjutkan jalannya sambil terus sesekali melihat kebelakang dari ekor matanya, sosok Maudy dengan celana lebar dan baju lengan panjangnya bahkan jilbab langsung berwarna maroon senada dengan celananya berjalan santai menikmati malam.

Lagi. Langkah kaki Juna yang terhenti dan berbalik membuat Maudy terhenti dan kerutan di dahinya muncul.

"Kenapa lagi sih Pak.?" Tanya Maudy datar. Tangan Juna yang bebas terulur kedepan membuat Maudy bingung.

Ingin menggenggam tangan Maudy kah.?

"Mana.?" Itu kata yang keluar darinya.

Maudy mengerjab bingung "Mana apanya.?"

"Kata Arbi kamu masakkan spagethii buat saya."

"Oh itu, bukan sengaja masakkin sih Pak. Tapi makanan lebihan dari Arbi tadi kebanyakan masak, daripada mubazirkan. Terus kata Arbi, Bapak suka yaudah. Nih." Maudy mengulurkan tas Tupparware nya.

Juna menerima tas itu dan berbalik berjalan di depan Maudy lagi "Terimakasih. Tapi sebaiknya kamu memasakkan nasi goreng atau nasi putih dengan lauk dan sayur lengkap bukan spagethii seperti ini, terlebih saya dokter gak bisa makan yang begini banyak-banyak."

"Yang mau masakkin Bapak siapa.?" Tanya Maudy yang membuat Juna terdiam.

Tanpa percakapan lagi mereka berjalan dalam diam, terlebih Arbi yang telah tertidur dalam gendongan sang Ayah. Maudy yang telah capek untuk harini namun cukup senang pada bagian bertemu Arbi namun tidak setelah mengetahui siapa Ayahnya si Arbi. Juna berhenti pada rumah tanpa pagar dan berbalik saat mendengar langkah kaki Maudy yang mulai menjauh dan matanya menatap tajam pada rumah di hadapannya—yang akan menjadi tetangganya adalah rumah Maudy. Sedangkan Maudy saat tahu fakta yang satu ini antara senang atau sedih bahkan berkeinginan pindah ke apartement saja saat tahu bertetanggan dengan duda satu anak itu.

***

Setelah menutup pintu, Ia melihat sang Ibu masih duduk menonton TV di ruang tamu sendiri sambil menunggu anak gadisnya pulang membawa cerita. Namun sayangnya anak gadisnya saat ini tengah kelelahan.

"Gimana, udah ketemu Ayahnya Albi.?" Tanya ibunya saat melihat Maudy sedang meminum air.

"Iya Bu. Namanya Arbi Bu bukan Albi." Jawab Maudy malas

"Oh Arbi. Eh jangan tidur dulu, antarkan kue ke tetangga kita ya."

"Besok aja Bu."

"Jangan dong, sekarang ya Nak." Ibu Mia terlalu gencar merayu sang anak.

Bahu Maudy merosot kebawah "Ini udah malam Bu."

"Masih jam 21:10 Wib, kan kamu cuman antar kue, Ibu gak minta kamu lama-lama di sana buat PDKT sama tetangga baru kita itu. "

GAMOPHOBIA [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang