06

10.6K 1.1K 30
                                    

BAB VI

"Aku yang pernah gagal dari pernikahan bukan berarti tidak bisa mempertahankan pernikahan nantinya bersama mu."

Hanya kesunyian yang mendominasi mobil Range Rover putih milik Juna karena Arbi terlihat sedang serius menyusun rubiknya dan Maudy yang tersenyum mengelus puncak kepala Arbi. Juna sedikit merasakan perasaan senang yang membuncah bahkan sejak tadi berusaha mengulum senyumnya agar tidak dikira orang gila karena senyum-senyum sendiri oleh Maudy.

Drrrt.drrrt.

Juna meronggoh saku baju kemejanya dan mengeluarkan smartphonenya dari sana membuat Maudy panic.

"Eh Pak jangan mengangkat telepon saat mengemudi." Cegah Maudy.

Juna mengangkat sebelah alisnya bingung dan mengulurkan smartphonenya pada Arbi "Arbi ini angkat, Oma telpon."

"Oma.?" Tanya Arbi lagi. Juna hanya mengangguk saja lalu berkata pada Maudy "Tolong kamu loudspeaker kan."

Setelah Arbi meslide icon hijau itu tangan Maudy dengan cekatan memenuhi permintaan Juna hingga terdengar suara seorang paruh baya diseberang sana.

"Juna kamu bisa-bisanya pindah saat Mami lagi sakit gini, kamu sengaja ya Jun—"

"Acalamaitum Oma." Ucapan salam Arbi menghentikan ceramah pagi Ibu Laras—Mami Juna.

"Walaikumsalam Cucu Oma yang paling ganteng."

"Jelaslah Cucu Mami kan baru satu." Cibir Juna.

"Kamu itu ya Juna anak nakal. Arbi kamu jangan nakal seperti Daddy kamu yaa." Pinta Ibu Laras pada Arbi yang mengangguk saja.

"Iya Oma, nanti talau Albi nakai Aunty cantik ndag nau main sama Albi. Iyakan Aunty? Tapi Albi ndag nakai Aunty." Mata berwarna hitam pekat itu menatap Maudy penuh harap dan Maudy hanya mengangguk seraya tersenyum.

"Aunty cantik.?" Terdengar seperti bingung apa yang dikatakan sang cucu. "Aunty Reta maksud Arbi.?"

"Bukan Oma. Aunty tantik inii."

"Juna." Maudy melirik Juna yang sejak tadi diam sama sepertinya "Iya Mami. Nanti Juna cerita semuanya ya Mami, bentar lagi Juna ke RS Citra."

"Kamu bawa Arbi ke rumah sakit.?"

"Ngak kok Ma, Dia mau ikut Aunty cantiknya katanya."

"Apa.?"

"Nanti sambung lagi ya Mi, Kami sudah sampai ni." Juna memutuskan sambungan bersama sang Ibu lalu menghembuskan nafasnya.

Juna memperhatikan sebuah boutique dengan desain minimalis yang berwarna soft, dengan lapangan parkir yang luas juga beberapa pohon besar yang membuat kesan teduh yang juga berfungsi untuk menghalau debu yang masuk kedalam. Ia sudah pernah kesini menilai tempat kerja sang wanita bar-bar yang berebut tas dengannya. Juna memperhatikan gerakan Maudy dan Arbi yang hendak keluar dari mobilnya. Saat mereka berdua keluar dari mobil namun masih membiarkan pintu mobil terbuka, Arbi melambai pada sang Ayah yang masih duduk di balik kemudi.

"Dadah Daddy, Hati-hati Acalamuaium"

"No Abi, repeat me Assalam-mualai-kum"

"Acalamnuaitum"

"Not bad." Puji Maudy.

"Walaikumsalam, Maudy saya titip Arbi ya. Oh ini kartu nama saya kalau ada apa-apa hubungi saya." Dari dalam mobil Juna mengulurkan kartu namanya dengan sedikit enggan Maudy mengambilnya dan menutup pintu mobil tidak membiarkan Juna berkata-kata lagi dan menggandeng Arbi menuju kedalam.

GAMOPHOBIA [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang