--------------------------------------------------
Sorry for typos and happy reading.--------------------------------------------------
-1-
Park Jiyeon adalah yang pertama kali datang. Mengetuk pintu apartemen kecil milik Suzy, menyandarkan punggungnya pada dinding di depan pintu, bersedekap sembari melihat kuku-kuku jarinya ketika Suzy membuka pintu dan melihatnya dengan mata yang melebar sempurna. Tampak terkesan dengan dandanan wanita itu, tampak berbeda dari biasanya. Lebih cantik. Lebih berani.
"Kau akan pergi dengan baju itu?" Suzy mengangguk. Sangat patuh, seolah Jiyeon adalah guru matematika sekolah menengah atasnya yang terkenal sangat killer. Mata tajam yang di hiasi dengan warna biru samar-samar tampak mengkilap. Suzy kagum pada keahlian wanita itu berhias.
"Setidaknya, biarkan aku masuk dan mengecek lemari bajumu sebelum wanita berisik itu datang dan mengomel," Suzy mengeser tubuhnya dari depan pintu, mempersilakan teman kuliahnya itu memasuki apartemennya dengan langkah angun. Sekali lagi, Suzy mengagumi wanita itu. Lekukan tubuhnya begitu sempurna. Suzy menurunkan pandangannya, melihat ke arah dada, 'Sial! Kenapa kecil sekali.' Makinya dalam hati.
Park Jiyeon satu tahun lebih tua dari Suzy, dengan rambut panjang dan gelap yang sedikit bergelombang di ujung bawahnya, wanita itu terlihat sangar di luar, tapi nyatanya begitu baik dan hangat. Orang tuanya kaya raya, tapi dia tidak segan-segan bergaul dengan orang yang tidak memiliki status yang sama dengannya. Suzy, misalnya.
"Bae Suzy! Apa kau akan terus berdiri di situ?" Suzy terlonjak kaget, membuang semua keterkagumannya atas diri Jiyeon lalu berlari kecil memasuki kamarnya sendiri. Sudah dapat di tebak, kamarnya sudah berantakan karena baju-bajunya dalam lemari sudah di lempar ke sembarang tempat.
"Pakai ini saja," Wanita itu mengangkat sebuah gaun yang Suzy sendiri tidak tahu bahwa dia pernah memilikinya. Gaun itu tidak terbuka. Cukup panjang dan tidak mencolok. Hanya saja, Suzy yakin jika ia memakainya maka gaun itu akan melekat sempurna pada tubuhnya, layaknya pembungkus.
"Aku pakai yang ini saja," Jiyeon memicingkan matanya yang sipit itu dengan tatapan tak suka. Suzy hanya bergerak mundur dengan senyum manis, memberikan penolakan walaupun tak yakin.
"Ganti sekarang atau menunggu Krystal datang dan mengataimu kampungan lagi." Suzy mencebik, ia maju dan meraih baju berwarna gelap dan memiliki lengan yang sepanjang tiga perempat.
Krystal Jung adalah teman kampusnya yang lain walaupun berbeda jurusan, entah bagaimana ia bisa dekat dengan wanita yang terkenal sangat cantik dan dingin tersebut. Wanita itu adalah anak bungsu pemilik Jung Group, kakaknya; Jessica Jung, pemilik brand fashion yang cukup terpandang di bidangnya. Suzy merasa bahwa ia tersesat.
Tersesat di antara para angsa yang bermahkotakan berlian.
-oOo-
Suzy dan Jiyeon keluar dari gedung apartemen wanita itu; Suzy, tepat jam sembilan malam saat Krystal menelpon, mengatakan bahwa dia sudah di bawah dan menunggu di dalam mobil. Dia mengacungkan jempolnya ke arah Jiyeon setelah melihat penampilan Suzy. Sepertinya ia tahu siapa dalang dari maha karya tersebut.
Suzy tersenyum miring, ia sudah seperti boneka yang selalu menuruti apa mau kedua teman kayanya ini. Seperti sekarang, ia melangkahkan kaki memasuki mobil Porsche Krystal yang berwarna silver dengan enggan, ia tahu kemana mobil ini akan mengarah. Club. Ya, club.
Jiyeon dan Krystal menertawakannya dengan wajah yang memerah sempurna saat ia mengatakan bahwa ia tidak pernah pergi ke club sepanjang hidupnya. Selama dua puluh dua tahun hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of Kiss [END]
Fanfiction[Highest rank] 12/08/17 : #44 dalam Fiksi Penggemar - "Ciuman pertama kami mungkin adalah sebuah kesalahan dan ciuman kedua kami mungkin adalah sebuah ketidaksengajaan, tapi ciuman ketiga kami adalah ungkapan cinta yang tak terbantahkan." - Because...