--------------------------------------------------
Sorry for typos and happy reading.--------------------------------------------------
-20-
Myungsoo hanya menggertak. Pria itu tidak benar-benar tidur di kamar Suzy apalagi di atas ranjang wanita itu. Dia tidur di luar, di atas sofa yang menghadap televisi. Suzy tidak perlu repot-repot mendorong pria itu keluar dari kamarnya karena kenyataannya pria itu langsung menyeret bantal keluar setelah dia selesai mandi. Suzy bertanya dalam hati, kenapa? Bukan karena dia kecewa, dia hanya merasa heran saja.
Bunyi dentingan jam terasa menggema di kamar Suzy, dia memiringkan tubuhnya lalu menyalakan lampu nakas. Melihat lekukan badan lampu nakas dengan mata yang masih terbuka dengan sempurna, enggan tertidur seolah sedang menunggu sesuatu. Untuk beberapa menit dia terus begitu sampai akhirnya dia memutuskan untuk keluar, membuat segelas susu. Minum susu hangat mungkin akan dapat membantunya terlelap dengan mudah.
Myungsoo berada di sana, di atas sofa dengan lilitan selimut tipis yang menutupinya setengah tubuh. Pria itu belum tidur, ia memainkan ponselnya digelapnya ruang tamu. Suzy melangkah melewati ruangan itu tanpa menghidupkan lampu, dia sudah terbiasa dengan letak barang-barang yang ada di sana, jadi tidak khawatir akan menabrak sesuatu.
"Apapun yang akan kau ambil di dapur, ambilkan untukku juga." Suzy baru saja akan melintasi ruang tamu ketika dia mendengar Myungsoo berujar, suara berat pria itu menggema di tengah sunyinya malam. Suzy mendengkus, sedikit berbelok dari arah yang ingin dia tuju kemudian mendekati sofa dari belakang. "Aku bukan mau mengambil sesuatu, tapi mau membuat sesuatu." Balas wanita itu.
"Kalau begitu buatkan untukku juga." Ucap sang pria masih belum mengangkat ponselnya menjauh dari wajah, dari suara yang dapat Suzy tangkap, tampaknya pria itu sedang bermain game. Game yang belum pernah Suzy mainkan karena ini adalah pertama kalinya dia mendengar musik game seperti itu.
"Kaukan tidak tau aku mau membuat apa."
"Memangnya apa yang ingin kau buat?"
Suzy menyandarkan perutnya pada kepala kursi kemudian berujar, "segelas susu, dengan campuran sianida kalau perlu." Myungsoo terkikik pelan, entah karena ucapannya atau karena game yang pria itu mainkan. Suzy tak dapat menebak dengan pasti. "Masih mau? Tidak takut bahwa aku akan menambahkan sesuatu yang aneh?" sambungnya lagi, seakan ingin menyita perhatian Myungsoo dari ponsel sialan itu.
"Asalkan kau yang buat, tidak masalah untukku." Jawab sang pria dengan nada tenang dan tanpa menatap lawan bicaranya. Suzy mendengkus tanpa suara, memutar bola matanya malas kemudian berlalu menyebrangi ruang tamu menuju dapur, "dasar pria. Selalu berkata manis kalau belum jadi milik. Kalau sudah? Cih!" decihnya tak suka.
"Aku mendengar omelanmu Suzy." ujar Myungsoo keras, mengingatkan Suzy bahwa pendengarannya sangat tajam, lebih tajam dari pada kelelawar; pria itu menngunakan majas hiperbola, bagaimana bisa pendengarannya mengalahkan pendengaran kelelawar. Suzy sekali lagi mendengkus, tapi kali ini dia tidak mengomel. Wanita itu menyalakan kompor dan memasak air.
Beberapa menit kemudian, dia membawa dua cangkir susu ke meja ruang tamu. Menyalakan lampu setelah meletakkan minuman itu di atas meja, melihat posisi Myungsoo yang sekarang sudah tengkurap. Memainkan ponselnya dengan penuh khidmat. Mukanya serius seakan tidak bisa diganggu.
Suzy duduk di karpet bawah, melihat dinding polos apartemennya sembari mengaduk susu agar lebih dingin sedikit. Bergantian mengaduk gelas miliknya dan juga milik Myungsoo, "kenapa kau belum tidur? Tidak nyaman ya tidur di sofa?" Suzy membuka suara, memecahkan keheningan tanpa kata, hanya ada bunyi samar-samar dari ponsel Myungsoo yang pria itu gunakan untuk bermain game yang entah apa. Game pria yang menurut Suzy tidak menarik sama sekali. Lebih baik memainkan game onet kesukaan Jackson dari pada itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of Kiss [END]
Fiksi Penggemar[Highest rank] 12/08/17 : #44 dalam Fiksi Penggemar - "Ciuman pertama kami mungkin adalah sebuah kesalahan dan ciuman kedua kami mungkin adalah sebuah ketidaksengajaan, tapi ciuman ketiga kami adalah ungkapan cinta yang tak terbantahkan." - Because...