Thank You

7.6K 368 0
                                    

"Maaf Dava aku kembali merepotkanmu. Aku gak nyangka kamu begitu peduli sama aku. Maaf Dava"Celetuk Deva yang saat ini sedang terbaring di atas kasur mahal di salah satu kamar Dalam isatana milik Dava. Dava mendengus geli dan menahan tawa, jika Deva sudah menggunakan bahasa 'aku kamu' itu tandanya dia serius dengan apa yang dikatakanya. Jika saja masalah yang di debatkan kali ini sepenting terjangan tsunami aceh yang merengut Deva,mungkin Dava benar akan marah Entah pada takdir atau pada dirinya sendiri. sayangnya ini hanya masalah sepele. Dan karena actingnya yang tampak mencoba marah benar-benar membuat Deva menyesal,Akhirnya dia menyudahi semuanya,bahkan dia sudah merasa keterlaluan membuat Deva terpekur disekolah terlalu lama yang pada akhirnya membuat gadis itu sakit.

"Gue gak marah Deva. Udah lo tenang aja,gue cuma bete aja sih tadi tapi sekarang udah enggak"Dava berkata dengan senyum meyakinkan

"Maka-Haaaccciih"tutur Deva yang lagi-lagi terputus karena bersin. Dava mendesah tak tega,tanganya menyentuh kening Deva pelan. Dan semakin merasa bersalah saat dirasakanya suhu badan Deva naik. Gadis ini demam batin Dava merasah bersalah

"Bawakan obat, kompres,selimut dan bubur ke kamar Deva sekarang. 15 menit harus ada di sini"Suruh Dava berbicara dalam telefon yang tersambung pada interkom rumahnya yang terletak di atas nakas sebelah ranjang, dengan tegas.

"Dava gue gapapa. Gue cuma butuh tidur"omel Deva sebal

"Udah diem aja! Biar cepet sembuh"

***

Dava meletakan semangkuk bubur yang bahkan tak berkurang setengahnya diatas nakas. Tanganya mematikan AC lantas menggantinya dengan pemanas ruangan. Setelah dikiranya kamar Deva sudah cukup hangat,dia membuka lipatan selimut yang sempat dibawah pelayan tadi beserta obat dan juga bubur. Deva merasa lebih baik setelah dua selimut tebal menutupi tubuhnya. Dava tersenyum miring gemas melihat Deva yang terkantuk-kantuk karena pengaruh obat.

"Sekarang lo bisa tidur,gue jagain lo disini"gumam Dava halus. Deva melotot terkejut karena nada suara Dava yang menurutnya menjijikan. Ya walaupun di lubuk hatinya dia senang.

"Apaan sih lo,serem tau gak!"

"Anjir gue peduli salah,kagak peduli dan gue tinggalin juga nangis "ejek Dava, walaupun dia paham bahwa Deva bukan tipe gadis seperti itu

"Never in your wildest dream"geram Deva lantas berbalik memunggungi Dava yang terus menertawakanya.

"Dav?"

"Hm?"

"Ganti baju lo,gue gamau lo sakit karena terus pakai seragam basah itu"tegur Deva halus sebelum akhirnya terlelap, Dava tersenyum mengingat apa yang dikataksn Deva benar,dia merapikan selimut Deva hingga sebatas dagu lantas pergi untuk mengganti pakaian nya

"Sleep tight sweetheart"gumam Dava sebelum benar-benar keluar dari kamar Deva

***

Deva menggerutu sebal didalam jok belakang mobil mewah Dava. Pagi tadi Dava memaksa Deva untuk menetap di rumah dan izin sehari mengingat kondisi gadis manis itu belum bisa dikatakan membaik

membuat Dava memaksa Deva untuk ikut berangkat bersama nya. Ya Walaupun sebenarnya Deva menolak keras bergabung dalam atap mobil yg sama dengan kekaksih dava yang terkenal Angkuh.

"Kamu ngajak dia Dav?"geram Angela melirik ke jok belakang tempat Deva terduduk dengan kepala menunduk.

"Kamu bisa masuk Angela? Aku gak mau kita terlambat"Sindir Dava dibalik setir kemudi nya bernada halus. Angela menggeram pelan lalu menggumam -bitch- untuk Deva

"Language pls darl"gumam Dava lalu menatap angela dalam. Yang ditatap hanya dapat tersenyum miring lalu mendengus sebal.

***

Semua masih sama, masih menyakitkan untuk dicerna. Padangan mencemoh tak pernah habis untuku,entahlah mereka menganggapku apa.

Jika boleh aku memilih sejak awal aku akan memilih jauh dari Dava jika begini caranya.

Aku sekarang sedang terduduk di rooftoop melihat jauh kebawah dengan kaki yang kuayunkan pelan,Biasanya tempat ini menjadi tempat dimana aku akan menyendiri, tempat ku menuangkan resah saat Dava pun tak pantas tuk tau.

Semilir angin membuatku hanyut dalam keadaan hingga tak sengaja suara dengkuran halus membuatku terusik dan mau tidak mau mencari letak suara tersebut.

Mataku tertuju pada siswa putra yang sedang tertidur lelap di atas matras bekas yang sengaja kuletakan dibawah atap tedu yang dulu sempat ku tata dan rapikan. Sekolah ini sudah berulang kali membuang matras ataupun peralatan lainya yang belum bisa dikatakan rusak, lecet sedikit saja dibuang. Benar-benar uang bisa mengalahkan semuanya.

Matanya tertutup dengan tangan yang terlipat didepan dada,aku jadi tak tega membangunkanya. Sepertinya memang aku harus meninggalkanya,dengan pasti kupilih jalur tangga karena aku hanya ingin lebih sehat dan memilih tidak menggunakan Lift. Sudah kubilang sekolahku ini sudah menyamai hotel berbintang atau aku belum mengatakanya? Yasudah lupakan

Tuhan!! Baru saja aku melangkah tak sampai merasakan kedamaian hingga dua jam, aku sudah merasakan firasat buruk saat sebuah bahu menabrak miliku secara tiba-tiba dari belakang. Oh ayolah aku belum sepenuhnya sembuh kepalaku masih sedikit pusing dan jalanku saja masih pincang. Jadi bukan salahku jika aku sampai terhuyung kedepan dengan lutut yang lebih dulu menyentuh tanah. Aku ingin menangis menahan peri yang teramat sangat setelah mendapati lututku berdarah. Sial!! Coba aku juga anak pengusaha kaya raya tentu aku tak akan diam saja seperti ini. Aku tak sanggup jika harus mencoba untuk berdiri,jadi yang ada aku hanya terduduk di tanah dengan nasib yang memalukan.

"Lo punya mata ga sih?"Geram seorang gadis dengan suara melengking nya. Aku terpekur mendapati lorong tempat ku berada sangat sepi dan aku sadar bahwa di jam sibuk seperti ini tak mungkin ada kaum berjois yang mau untuk sekedar berjalan-jalan Apalagi ke loteng sekolah.

"Deva? Kenapa harus lo yang selalu cari mati sama gue"Bentak nya

"Mana mulut lo yang selalu manja dan ngadu keburukan gue ke Dava? Bitch!!"Cemohnya dengan nada tinggi,aku hanya dapat menunduk

Tuhan aku butuh Dava Disini...

I love My BestFriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang