Ending?

6.6K 279 55
                                    

jika situasi tidak memaksa. tanpa kau minta, aku akan meminta mu untuk tetap tinggal.

jika waktu tidak menuntut. tanpa kau memohon, cinta ku akan menjadi milikmu.

namun situasi terlanjur memaksa kita hidup untuk sekedar menjadi sahabat. dan menuntutku untuk tetap memendam cinta ku yang tumbuh tanpa sedikitpun kusirami.

"lo kenapa si Deva?"tanya Angga pelan.

"eh gue ngelamun ya? maaf"

"Lo suka ngelamun sekarang Dev. dua hari lagi Ujian. lo harusnya lebih konsen"

"maaf Angga gue pulang dulu ya?"gumamku lalu cepat-cepat bergegas dan merapikan beberapa barangku.

"tunggu"tegurnya dengan mencekal tanganku

"kita sahabat bukan? mau cerita?"Tanya nya halus dan manis

"Dava akan pindah beberapa hari ini. gue sayang dia Angga, tapi susah buat ngomong nya. sakit nya itu disini"lirihku dengan mulai terisak dan tangan yang memegangi dada karena tusukan duri yang fana. tidak terlihat tapi terasa.

"dia disana untuk melanjutkan cabang perusahan ayah nya di london bukan?"Tanyanya, dan aku hanya mengangguk.

"tandanya dia pergi untuk kembali"lanjut Angga. aku menggeleng keras dengan bahu bergetar menahan tangis

"untuk kali kedua ini. dia pergi untuk tidak kembali Angga"tuturku. sedetik setelah aku mengatakanya, Angga membawaku kedalam pelukanya.

"Disana perjodohanya tetap berjalan dengan Angela. itu tandanya dia tidak akan kembali"

"gue tau apa yang lo rasain. Deva kita diposisi yang sama. kenapa kita tidak berusaha bersatu? mungkin ini sulit. tapi gue janji pelan-pelan mencoba menyayangimu asalkan kamu berani janji hal yang sama."tawarnya parau. aku menatap lurus tepat dibola matanya.

"gue juga sakit Dev. lo harus tau itu? penantian kita sebanding bukan? jadi kenapa kita tidak bersatu"aku melihat lurus ke dalam bola mata nya. sepertinya ini petunjuk dari yang maha kuasa untuk masalah ku.

"iya gue mau. gue udah capek berjuang sendiri. dan mulai detik ini penantianku selesai! gue percaya sama lo Angga"gumamku lalu memeluknya.

katakan aku egois, aku tidak peduli.

katakan aku mudah menyerah, percuma tidak mungkin aku dengar.

kalian cuma mengomentari dan tidak berfikir. kalian lebih suka memaksa, dan tega agar aku yang merasakan.

***

"Devaaaaaa main yok"teriak Dava tepat ditelinga Deva yang asik dengan rumus-rumus fisika di otak nya.

Brukkkk

"Astaga maaf nemo haha. gue gak nyangka teriakan gue pengaruhnya dahsyat banget" tawa nya namun tetap berusaha membantuku untuk berdiri.

"Dava aku sudah punya Angga, apa kata dia jikalau lo sama gue barengan terus"celotehku. dia terdiam lalu menatapku sayu. tuhan, aku salah bicara lagi?

"Hanya malam ini Dev? gue juga besok pulang ujian langsung berangkat. masak salah gue minta temenin sahabat gue sendiri?"tawarnya. aku menggeleng lalu dia mendesah frustasi

"besok hari terakhir kita ujian. nilai itu penting untuku menempuh jalur snmptn agar aku bisa menempuh Fakultas kedokteran yang terkenal mahal. kita beda Dava! kau punya harta yang mampu menopang masa depanmu. sedangkan aku? aku hanya gadis sma yang sederhana. aku sibuk dan tolong mengerti"tuturku dengan nada yang kubuat serius. aku mulai kembali berkutat dengan buku pelajaranku namun pikiranku penuh olehnya.

I love My BestFriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang