Up All Night

4.9K 264 1
                                    

"Deva lo dimana?"panggil Dava sedikit berteriak.

"Gue disini Dav,gak perlu teriak"tegurku dari arah sofa, dia melihatku dengan mata menggelap penuh kemarahan,lalu duduk disampingku. Aku harus bisa jelaskan! Bagaimanapun aku tak boleh membuatnya bingung.

"Lo tadi pulang sendiri? Jalan lagi? Kenapa gak nunggu bareng Anggela untuk pulang bersama?"tanyanya beruntun. aku sedikit tergelak mengetahui saran terakhirnya yang gila. Menunggu bersama Angela? Oh ayolah jangan bercanda Dava.

"Gue pulang bareng Angga. Tadi bu lina kasih tugas kelompok perbangku buat duet di kelas acoustic dua hari lagi. Angga satu kelas dengan kita Dava. Dikelas cuma gue yang duduk sendiri,jadi bu lina suruh kita duduk bareng. Lo kan duduk sama Anggela,emang dia belum jelasin ya?"tuturku panjang lebar dengan berbinar. Well,aku tidak bohong dengan apa yang kukatakan. Aku bersumpah bahwa yang kusampaikan itu benar dan nyata.

"Terus lo gak kabarin gue gitu?"protesnya lantas menatap lekat kemataku dengan sesekali mengamati tiap jengkal wajahku yang tampak berbeda.

"Maaf Dava gue lupa bawah Ponsel hari ini"jawabku dengan menunduk

"Kenapa gak dibawa? Belum bisa terima kalau ponsel itu gue beliin buat lo?"paparnya sedikit menyindir. Aku terkekeh lalu menggeleng.

"Gak lah, iya maaf"tuturku pelan

"Tadi ada apa disekolah? Apa anggela ngerjain lo lagi? Jangan mau kalau Dia nyuruh lo ngehindar dari gue? Dan tunggu, Deva lo habis nangis?"tanyanya serampangan. Penuturan terakirnya mampu membuatku terkejut namun dengan segera ku sembunyikan.

"Tenang Dav,dia gak apa-apain gue"tuturku meyakinkan.

"Syukurlah, Gue ganti baju dulu Dev. Sampai jumpa di makan malam"gumamnya lembut. Aku tersentum lalu mengangguk

***

Malam ini benar-benar hangat. Seperti biasa dua sahabat itu tengah larut menghabiskan waktu kebersamaan mereka di balkon utama. Menatap bintang yang bertaburan diiringi petikan gitar yang merdu.

"Gue pengen ngomong sesutu Dav"gumam Deva lalu berbaring diatas karpet berbulu yang hangat. Dava mengikut setelahnya,mengambil posisi tepat disebelah deva dan ikut memandang ke atas yang langsung beratapkan langit.

"Apaan?"

"Angga jago basket Dav. Gue ngajuin dia buat masuk ke team lo"gumam Deva

"Kenapa harus selalu dia?"sangkal Dava tak terima, namun tetap dengan nada yang halus.

"Temen gue satu-satu nya emang cuma dia Dava. Lagipula pernah gak sih gue kasih saran yang buruk ke lo?"sindir Deva. Dava menatap sahabat nya lurus kedalam mata gadis itu tiba-tiba.

"Apasih yang bikin lo nyaman temenan sama dia?"tanya Dava ketus

"Karena cuma dia yang mau temenan sama gue selain lo"jelas Deva. Pemuda itu memandang Dava dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Baiklah. Bawa dia untuk mengikuti test besok pulang sekolah"ujarnya tegas. Aku mengangguk semangat sebagai tanggapan.

"Dav sepeda lo kan gak di pakai. Boleh kan gue minjem?"tanya Deva lagi. Dava hanya tersenyum mengiyakan.

"Memangnya untuk apa?"tanyanya

"Gue gendutan Dav. Gue pengen kesekolah naik sepeda mulai besok. Sapa tau bisa kurusan"gumam Deva berbohong.

"Lo nyembunyiin apaan sih dari gue dev?"tanya Dava menelisik. Gadis itu tertegun,dari dulu sahabatnya memang selalu bisa membaca gerak-gerik Deva yang mulai berbohong.

"Gue seriusan"rengek Deva hiperbola. Dava mengangguk ragu, dia selalu tak bisa menolak permintaan sahabatnya yang fakta nya memang jarang meminta sesuatu apapun.

I love My BestFriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang