Stay

3.9K 244 6
                                    


Dava terlihat khawatir pada Deva. Guru kimia tua itu memberi tugas sahabatnya untuk membersihkan taman sekolah yang penuh dengan dedaunan. Gadis itu tampak kelelahan, ini semua salahnya karena tertidur lebih awal dan membiarkan Deva sepenuhnya mengerjakan tugasnya sendiri.Dan salahnya juga tak bisa membela Deva saat gadis itu tertangkap basah sedang tertidur.

Deva meletakan peralatan berkebunya. duduk di salah satu bangku kayu taman, lantas bersandar nyaman. Kepalanya tampak menengadah dengan wajah yang kentara akan letih. Dava mendesah tak tega melihat tubuh yang kurus itu semakin habis. Dia merasa gagal untuk menjaga Deva kecil nya.

Dengan langkah lebar Dava berjalan menuju mesin minuman sidik jari gratis, dan mengambil sesuka hati dua botol coke dingin.

Langkahnya nampak pasti menuju kearah dimana tadi Deva berada. Tapi langkah itu terhenti saat melihat Angga yang datang lebih cepat darinya.

Dua anak adam hawa itu nampak begitu akrab. Dava tersenyum miris karena perasaan tak rela yang datang tanpa diminta. rasanya seperti menusuk-nusuk tepat di jantungnya.

Walaupun berulang kali dia menarik nafasnya yang sesak, jawaban tentang perasaan baru nya pada Deva, belum juga terjawab.

***

Tanpa bisa protes ataupun menolak. Pagi di hari rabu yang mulai terik itu, Deva harus mau menerima hukuman yang seharusnya tidak ia terima. Setelah semua tugasnya selesai, jam  pulang berbunyi. Deva memilih duduk di salah satu bangku daripada harus bangkit dan mengemasi bukunya untuk pulang.

Hampir saja ia tertidur jika saja sebotol minuman dingin tak menempel di pipi nya yang tirus.

"Astaga gila! Ini dingin sekali"protes Deva tak terima

"Maaf gue gak maksut Dev,serius"sahut Angga saat mendapatkan tatapan membunuh dari Deva.

"Lo gak pulang?"Tanya Deva pelan di sela tegukan Sebotol cola dari Angga.

"Gue mau jalan sama lo? Keberatan gak?"tanya Angga. Deva hampir saja tersedak dengan pernyataan Angga yang tiba-tiba.

Jalan? Jadian?

"Maksut gue. Gue nungguin lo buat pulang bareng."gumam Angga meralat kata-kata nya.

"Ok permintaan diterima. Gue ambil tas gue dulu"pekik Deva. Angga tersenyum geli lalu mengacak rambut Deva jahil

"Angga stop! Nanti rambut gue rusak"protes Deva tak terima

"Tunggu bentar ya"gumam Deva riang lantas bangkit untuk mengemas tas nya

***

Deva tak dapat berhenti tersenyum disela kesibukanya mengemas.

"Lo kenapa sih? Gila?"tegur Dava yang sedang menyandarkan punggungnya pada daun pintu.

"Sirik lo! Angga ajakin gue pulang bareng. Tandanya gak lama lagi gue bisa buktiin ke lo tentang ucapan gue"omel Deva tak acuh. Dava hanya bisa tersenyum miris.

"Ok take care"gumam pemuda itu pelan, lalu pergi

"Maafin gue Dava"

***

Sekita pukul 7 malam, Deva baru sampai di depan latar teras megah rumah keluarga lesnant.

Dengan langkah pelan gadis itu membuka engsel pintu dan sedikit terkejut saat melihat Angel dari kejauhan. Deva berlari menuju balik pilar besar agar tubuhnya tak terlihat oleh Dava maupun beberapa orang yang sedang berbicara Serius di ruang tamu.

Deva tak menyangkah mendapati kedua orang tua Angel juga yang ikut andil dalam obrolan yang sepertinya serius itu.

"Dad tak ingin ada bantahan! Yang jelas kamu harus sadar kalau keluarga Cartern menginginkan kalian segera bertunangan"hardik Tuan Lesnant. Deva merosot saat mendengarnya. semua harapanya runtuh, hancur hingga berkeping-keping.

I love My BestFriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang