Waiting for the Ending

4.2K 245 7
                                    

Malam sekali aku terbangun saat aku rasa tenggorokanku terasa kering dan juga kepala pening yang sangat mengganggu.

Dengan langkah lemah aku beranjak menuju dapur. Namun seorang yang tertidur di sofa kamarku mampu menghentikan langkahku seketika. Untuk apa Dava disini? Dia sadar tidak sih kalau tubuhnya bisa sakit semua jika memaksakan kebiasaan buruknya tidur di sofa.

"Dava bangun"gumamku halus. Dia menggeram pelan setelah mendengar suara kecil Deva yang memanggil.

"Sekarang jam berapa?"

"Jam setengah dua malam. Lo ngapain sih tidur di sofa?"tanya Deva jengkel.

Dava hanya tersenyum lantas memeriksa suhu badan Deva dengan punggung tangan yang menempel pada kening gadis belia itu.

"Semalam gue kira lo belum pulang. Karena hampir pukul sepuluh gue nungguin lo di ruang tamu, lo nya gak nongol juga. Eh gue malah nemuin lo dikamar dengan keadaan demam tinggi. Lo itu tega ya? Udah bikin gue khawatir dan marah secara bersamaan"omel pria itu panjang lebar. Jika saja jantung ku tidak sehat pasti sudah lima menit lalu aku terkena serangan jantung. beruntung saja tidak.

"Dav itu kalimat pertama yang terpanjang seumur hidup lo"celetuku polos. dia tersenyum lalu menyentuh keningku lembut.

"masih pusing? tapi panas lo udah turun kok"gumamnya manis.

"haus Dav. gue mau cari minum dulu"

"biar pelayan aja yg nganterin"

"Terserahlah"gumamku

***

pagi sekali aku sudah tiba di pelataran sekolah. aku memutuskan meminjam beberapa buku untuk menambah refrensi tentang materi integrasi sosial.

"Deva bisa bicara sebentar?"tegur seorang gadis manis yang membuatku terlonjak. aku sedikit tidak menyangka bahwa dia Angel.

"Ada apa?"jawabku ramah

"sejak dulu gue iri sama lo.lo Deva yang selalu tulus merespon sesuatu. yang selalu jujur demi kebaikan. dan gue makin iri setelah lo bisa dapatin apapun yang selalu gue inginkan"isak Angel. aku terperangah dengan apa yang dia lontarkan. rasanya aneh seekor angsa cantik iri dengan bebek pertenakan.

"maafin gue Angel, apa yang gue rebut dari lo? gue bakal berusaha lepasin"tanyaku tak tega

"Lepasin Dava buat gue. biarin dia bahagia di london sama gue. cuma Dava yang selalu tulus di mata gue. gue sayang sama dia Deva. gue minta sama lo secara halus"tangis Angel parau. aku tersenyum miris mendengar penuturanya.

"Jangan cegah dia untuk pergi Deva. gue janji bakal bikin dia bahagia. pegang janji gue"gumamnya.

"oke kalau itu mau lo. gue bahagia kalau lo sama dia bahagia"isaku karena tangisku ikut pecah.

"Gue kangen lo Devaaa"pekiknya tertahan lalu berhambur memeluku

***

"kenapa ngelamun?"tanya Ayah lembut

"rasanya sakit ya Ayah. aku sayang seseorang tapi dia jauh untuk bisa dimiliki"curhatku. ayah meletakan beberapa alat kerjanya lalu mendekatiku

"Sayang. kadang cinta itu seperti permainan. ada kala nya kamu menang atau kalah disetiap tahapanya"nasihat ayah

"Kalau begitu sejak awal Deva salah kalau memutuskan untuk bergelut didalamnya. Deva game over yah dan disini Deva akan ngalah"

"Terimakasih sudah mengerti nak"

"Kalau sekedar sayang boleh kan Ayah? masalah memiliki biar tuhan yang menggariskan"gumamku dengan senyum mengembang

"Deva kamu sudah dewasa. kamu harus memilih mana yang terbaik untuk kamu"nasihat nya kembali

I love My BestFriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang