Something Different

4.7K 309 0
                                    

Pagi sekali Deva sudah siap dengan seragam lengkap dan dandanan rapi. Gadis itu tidak pernah berlebihan namun entah mengapa penampilanya selalu menarik.

Deva memasuki kamar Dava santai dengan bersenandung pelan, rencana nya dia ingin pamit dan mencoba membangunkan bocah pemalas itu terlebih dahulu. Tapi saat baru saja kepalanya mengintip kedalam, bau mint dari parfum lelaki menelisik indra penciumanya.

"Demi apa tumben pagi banget lo udah bangun?"ledek Deva menepuk pundak Dava sedikit keras.

"Anjriiiiit sialan lo odong! Ngagetin gue aja deh lo"teriak Dava sedikit terlonjak dan hampir terjerembab jika saja Deva tidak menahan pundak tegap sahabatnya.

"Berdiri yang bener lo onta! Berat bego"rutuk Deva sebal. Dava terkekeh tapi tetap saja tunduk.

"Deva lo jadi naik sepeda?"tanya Dava

"Iyadong!"gumam Deva bersemangat

"Yaudah gue juga kalau gitu"celetuk Dava santai namun berhasil membuat mata Deva membulat.

"Jangan bercanda deh Dav! Gak lucu tau gak"protes Deva ketus

"Terserah gue dong. Lo gak berhak ngatur tuan muda Lesnant"Tutur Dava dengan senyum miring dan nada sedikit sombong.

"Tau deh terserah lo"

***

Gadis manis itu terus saja menggerutu tidak jelas dengan kaki yang tetap menggayuh sepeda nya cepat. Dava memang tidak benar-benar ikut mengkayuh sepeda bersama, tapi pemuda itu mengekor di belakang Deva dengan motor Ducati nya.

Nafas Deva menderu dengan bulir keringat yang membasahi keningnya. Jika saja dia bersepeda santai mungkin Deva tak akan se letih ini

Namun apadaya Deva sebaliknya mengayuh sepeda itu dengan kesetanan karena Dava yang mengekor dibelakangnya dengan senyum mengejek.

"Capek Dev? Ngapain lo berhenti? Huahaha"ledek Dava dengan tawa yang meledak. Tawa itu redup dengan sendirinya saat Deva melihatnya dengan pandangan lelah dan marah.

"Apa peduli lo?"tantang Deva saat pemuda lawan bicaranya berhenti tertawa.

"Yaudah serain semuanya ke gue"gumam Dava

Gadis itu terlonjak saat sepeda nya mulai berjalan karena adanya dorongan dari Dava pada pundak nya. Jadi ini rencana Dava? Deva tersenyum lebar dan memandang ke arah Dava yang serius membawa motor nya dengan hanya satu tangan.

"Liat kedepan dan kendaliin setir lo. Gue gak mau lo jatuh bego!"teriak Dava saat tak sengaja sepeda Deva sedikit oleng.

"Jika seperti ini terus, bagaimana aku mulai menjauh. Secara tidak langsung dia tak rela cintaku padanya mulai layu"Batin Deva dalam hati

***

Dari tadi Devamenunggu Angga yang sedang dalam masa percobaan untuk bergabung dalam Team basket sekolah.

Dava sebagai ketua basket sangat bertanggung jawab untuk memajukan Team basket sekolah nya. Jadi pemuda itu tetap harus memilah walaupun Angga merupakan rekomendasi sahabatnya Deva.

Deva hanya memandang dari bleacher tanpa mau repot harus bergabung. Walaupun gadis cantik sepertinya pintar dalam semua mata pelajaran, untuk bidang olahraga dia bisa dikatakan sangat payah. 'Nol' besar untuknya. Jadi daripada dia merepotkan, lebih baik dia diam menjadi penonton yang baik.

***

"Deva bangun"tegur Angga mengacak rambut Deva pelan. Deva menggeliat kecil lalu menguap. Gadis ini tanpa sadar tertidur.

"Gimana diterima gak?"tanya Deva sambil mengucek matanya. Angga terkekeh lalu menggeleng lemah.

"Kok Enggak sih? Aneh deh,lo kan jago. apalagi yang kurang? Kayaknya Dava ngelantur deh"tutur Deva penuh emosi.

"Denger dulu dong. Gue geleng maksutnya gak mungkin mereka nolak gue"jelas Angga berbangga diri

"Jadi lo diterima?"tanya Deva memastikan

"Of Course"terang Angga

"Assiiiiiiikkkkkk traktiranya dong bos sekarang"celoteh Deva lucu. Angga mengangguk lalu reflek menggenggam tangan Deva hangat.

Tanpa Disadari Dari kejauhan Dava tersenyum kecut memperhatikan Deva yang baru saja tersenyum. Tapi untuk kali ini,senyum itu untuk orang lain. Kenyataan itu entah mengapa membuat Dava rapuh..

"Kamu liatin apasih Dav? Jangan cuekin aku babe. Are you okay?"rengek Anggel Manja. Dava mengerjap sejenak, dia baru sadar bahwa ada Angela bersama nya.

"Nothing. Im fine"gumam Dava berbohong.

Dava kembali tersenyum kecut saat Angel tak bisa membaca kebohonganya. Beda dengan Deva yang mampu membaca kesedihan di dalam mata Dava.

I love My BestFriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang