Nasehat

65 8 2
                                    

"andai hati dan logikaku sejalan, melupakanmu bukan lagi hal sulit untukku"

•••

"Cepet dikit bisa?" Tanya Rachel yang sudah berlari ke arah parkiran.

"tau nih, lama" Timpal Nita yang menyusul Rachel berlari.

Ellen yang tadinya terlihat santai kini mulai menggerutu sendiri menanggapi omelan Rachel dan Nita.

"Heh, lo berdua mah bisanya ngeburu-buru doang" Ujarnya setengah teriak.
"kita telat kan gara-gara lo, Chel" lanjutnya.

"Heem, kalo lo ga lama di depan kelas si Ryan, kita udah di rumah Nita sekarang" tambahku setuju.

Setelah menyesuaikan langkah kami. Nita mulai mencari-cari mobil jemputannya. Namun tiba-tiba motor ninja merah melewat di hadapan kami.

Ya, tidak salah lagi. Itu motor yang tadi hampir menabrakku di gerbang.

"Hei Syila" ucapnya sembari membuka helmnya

"Apaan sih lo?" ujarku dingin. Bahkan sangat dingin. "Ga ada puasnya lo gangguin gue?"

"Hmmm, ngga" Jawabnya dengan wajah sok polos-yang-terlihat-sangat-menjijikan.

Aneh memang orang yang berada di hadapanku saat ini.

Tidak tahu malu?
Memang. Bahkan sangat tidak tahu mau, bayangkan saja dia yang dulu membuatku malu di depan penghuni kantin hingga aku enggan untuk bersekolah seminggu penuh sekarang ia mengejar dan tidak ada hentinya mengganggu hidupku.

"Daripada lo diem disitu. Baik lo pergi sekarang juga sebelum gue panggil pak Jajang" emosiku mulai terpancing sekarang.

"Iya deh gue pergi" hufh,, akhirnya ia mengalah juga "eh Len, bilangin ke temen lo yang galaknya tak terhingga itu biar gak terlalu ganas. Takutnya gak ada yang mau"

"Gue ga budeg ya, jadi gue denger lo ngomong apa yon"

Setelah kalimat itu terlontar dari mulutku. Cowok sialan tadi akhirnya pergi dengan motornya dan kami—aku dan ketiga temanku segera meluncur ke tempat yang sudah kami sepakati

•••

"Lo harusnya ga galak-galak sama si Dion, Syil" ujar Ellen yang notabennya sepupu Dion.

"Betul tuh Syil" tambah Rachel sambil mengunyah cemilan yang Nita hidangkan.

Ya, sekarang kami sedang berkumpul di markas besar, rumah super nyaman milik Nita.

"Coba kalian ada di posisi gue yang tiap hari di ganggu sama tuh anak." aku yang sedikit panas nendengar ceramahan ketiga sahabatku mulai membuka mulut menanggapi omelan meraka
"Gue jamin, lo semua juga bakal lakuin apa yang gue lakuin sekarang"

"Serah lo deh Syil" akhirnya Nita mengalah. "Tapi jangan nge-galau ke kita kalo suatu saat nanti lo jatuh cinta sama si Dion"

Jleb

Kata-kata yang diucapkan oleh Nita berhasil membuat jantungku berhenti berdetak. Kenangan masa lalu tentang pedihnya merasakan cinta kembali berputar di ingatan membuat dada ini semakin sesak.

"Ya ngga mungkin lah, toh gue masih jaga hati gue buat si Deka" elakku sembari menahan sesak yang mengumpul di hati.

"Ya ampun Asyilla, lo masih mau nunggu dan jagain hati lo buat si Deka padahal jelas-jelas tuh orang udah ninggalin luka yang cukup dalem buat lo?" Tanya Ellen tak percaya

Aku hanya bisa menunduk, merenungi bagaimana saat aku tertawa bersama penuh ceria dengan Deka, hingga aku yang ditinggal begitu saja olehnya sampai saat ini.

Sakit memang, ditinggal oleh orang yang kita cintai tanpa kabar ataupun salam pisah.

"Syil, baik lo move on, lupain semua kenangan tentang mantan lo itu" nasehat Rachel kali ini berhasil membuatku semakin bungkam.

"Iya, kalian tau kan gimana usaha gue buat move on dari si Deka?" Akhirnya aku mengeluarkan suara meskipun dengan menahan air mata. "tapi hasilnya apa? Gue gagal lagi, bukan karena gue masih sayang, tapi gue ga bisa hilangin memori indah gue sama Deka".

"Yah jangan nangis dong Syil, niat kita mah baik bantu lo lupain orang yang seharusnya ga pantes lo sebut mantan"

"I'm fine. Mungkin bener kata kalian." aku menarik nafas sesaat "Gue harus move on"

"nah gitu dong, ini baru Syila yg gue kenal" ujar Rachel diangguki Ellen dan Nita.

Ya, meskipun kisah cintaku tak seindah kisah cinta remaja seusiaku. Tapi setidaknya aku mempunyai ketiga sahabat yang mau menerima semua yang ada pada diriku.

Ellen yang bisa membuatku sadar tentang kesalahan.

Rachel yang selalu menghibur saat aku sedih

Dan Nita yang selalu memahami semua keadaan hidupku.

Entah apa yang terjadi jika aku tidak pernah mengenal mereka.

WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang