Bukan tak ingin, tapi mungkin belum saatnya lagi aku membuka hati.
•••
"oke Rachellia Amanda, truth or dare?" tanya Ellen berapi-api.
Entah mengapa, setiap kami bermain truth or dare selalu Ellen yang paling bersemangat. Buktinya, baru saja pulpen diputar satu kali, makanan yang disediakan Nita sudah ludes ia habiskan.
Ya sekarang kami memang sedang berkumpul di rumah Nita, lagi.
"Gimana ya" rachel menggaruk kepalanya "kalo gue jujur, pasti kalian nanyanya yang macem-macem. Tapi kalo gue ambil dare, kalian pasti lebih macem-macem lagi"
"Lo tinggal pilih truth atau dare aja harus sok-sok'an mikir" Nita yang geram mulai membuka suara.
"Yaudah sih, gue juga baru mau milih" Rachel membela dirinya
"udah, lo pilih apa chel?" tanyaku lagi untuk mencegah perdebatan antara Nita dan Rachel.
"truth" Jawab rachel mantap.
"oke gue mau nanya" Ellen menghentikan aktifitasnya mengunyah keripik yang berada di pangkuannya. "sebenernya lo sama Ryan ada apaan?"
Rachel membulatkan matanya kaget, tidak ia sangka pertanyaan dari ellen akan menjebaknya seperti ini.
"Hm, gue gak ada apa apa sama ryan"
"Bohong!" potong aku dan Nita berbarengan.
"Kalo gak ada apa-apa, kenapa lo sering banget chatting sama ryan?" kini aku yang bertanya pada Rachel.
"em itu, itu, itu" sip, rachel sekarang terlihat gugup. "Karena dia sering nanyain nov- iya dia nanyain novel apa yang lagi rame-ramenya"
"Oh novel" Ujar Nita sedikit tidak yakin. "Trus kalo misalkan nanyain novel harus banget sampe nonton berdua?"
Skak.
Pertanyaan Nita berhasil membuat satu sahabatku ini bungkam dan tidak berkutik sama sekali.
Aku, Ellen, dan Nita sekarang hanya bisa tertawa melihat Rachel yang semakin uring-uringan.
"Jujur aja lah, Chel" Aku yang masih menertawakannya melihat Ellen yang semakin memaksa Rachel mengungkapkan apa yang terjadi antara dirinya dan Ryan.
"Iya gue jujur" Rachel sedikit ragu untuk membuka suaranya "Iya gue ada apa-apa sama Ryan"
Akhirnya, yang ditunggu datang juga, rachel mengakui hubungannya dengan ryan.
"Hahaha, udah gue duga. Gak usah lo kasih tau apa-apanya itu apa karena gue juga udah tau semuanya" Ellen tersenyum sangat puas mendengar pengakuan Rachel. "sekarang lo puter ini pulpen, chel"
Dengan muka yang masih merah, rachel mengambil pulpen di tengah-tengah kami.
Perlahan sembari melirik ke arah kami, rachel mulai mengambil ancang-ancang untuk memutar pulpen.
Tak lama kemudian, pulpen yang di putar oleh rachel berhen dan gotcha! Pulpen itu mengarah padaku.
"Oke, Asyilla Rahima. Truth or dare?"
Kini malah Nita yang yang bersemangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Why
Fiksi RemajaAndai yang datang tidak pernah pergi. Tapi sayangnya, itu hanya sebuah ekspetasi yang tidak akan menjadi realita. Bahkan untuk memintamu tetap disini pun kau akan tetap pergi dan mungkin tak kan kembali _____..............._____ New version. 23 Jan...