"Andai aku bisa mengembalikan waktu, tak ada sedikitpun keinginan untuk mengenalmu sajauh ini jika akhirnya aku terluka sehebat ini"
•••
Aku menyusuri koridor menuju perpustakaan bersama bayangan diri sendiri ditengah keramaian jam istirahat.
Ya, aku sengaja menghindar dari pertanyaan setan seperti 'anjay, lo kok bisa bareng ama si dion?' atau 'haha, udah ga musuhan cetitanya?' atau yang paling parah 'jangan-jangan rencana lo move on itu ke si dion HAHAHA'
Iya aku tahu, tujuan mereka mengejekku seperti itu hanya candaan. Tapi come on! Candaan yang kayak gitu bukan candaan yang biasa untukku.
Bagaimana jika beredar gosip kalau ternyata seorang Asyilla Rahima, cewek Cantik yang otaknya diatas rata-rata pacaran sama seorang Dion Dirgantara, si perusuh sekolah yang berulang kali menjamah ruang BK?
Bagaimana jika nama baikku dimata guru ikut-ikutan buruk?
Brug!
"hahaha, makanya kalo jalan tuh pake mata"
Sialan, malu gue maluuuu..
"maaf ye bang, dimana-mana jalan pake kaki, bukan pake mata" balasku masih menundukan kepala menahan malu
"oh gitu ya. Berarti gue salah dong"
Sumpah nih orang bisa banget bikin orang lain kesel. Merasa emosi yang tersimpan makin menumpuk, perlahan aku dengakan wajah dan menatap orang dihadapanku saat ini
"Ya jelas lo sal— Dion?"
Lagi dan lagi, anak ini selalu muncul dimanapun aku berada dan kali ini, Lihatlah dia. Menertawakanku begitu puasanya setelah melihat diriku yang menabrak dinding.
"makanya kalo jalan jangan sambil ngomel-ngomel" ujarnya setelah lelah menertawaiku "apalagi yang diomelinnya gue. Dapet karma deh"
What the..
"serah lo yon, males debat gue" jawabku masih menahan malu tentunya "Duluan"
Dengan cepat, aku berlari memasuki perpustakaan, yosh, akhirnya selamat juga dari penjajahan dunia luar yang keras.
Sekarang aku disini, di sudut ruang sepi dengan berteman buku yang sudah aku bawa. Duduk manis menatap jendela yang menghadap langsung ke taman belakang.
Pikiranku mulai berkeliaran tak teratur, berputar acak seperti komedi putar, dan melayang tinggi seperti tak ingin turun kembali.
Ya, itulah kebiasaan burukku, membiarkan diri terbawa oleh pikiran sendiri sampai-sampai lupa bahwa semua yang ada di pikiranku hanya akan menjadi khayalan semata.
Fokusku kembali berpindah ke buku yang sedaritadi aku buka perhalaman. Aku mulai membacanya setelah memasang kacamata yang sekarang bertengger manis di wajahku.
Halaman demi halaman sudah selesai aku baca, hingga akhirnya tersisa halaman terakhir dari buku ini.
Dengan perlahan, aku membaca sisa-sisa kisah dari novel yang setia menemaniku ditengah kesunyian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Why
Roman pour AdolescentsAndai yang datang tidak pernah pergi. Tapi sayangnya, itu hanya sebuah ekspetasi yang tidak akan menjadi realita. Bahkan untuk memintamu tetap disini pun kau akan tetap pergi dan mungkin tak kan kembali _____..............._____ New version. 23 Jan...