***________MMB________***
Ketika di Taman, Rexsi memeluk pinggang Akira dari belakang sambil membisikkan. "Kenapa lama sekali, aku sudah menunggumu dari tadi. Apa kau menyukai kejutan ini?"
Akira perlahan melepaskan pelukan Rexsi kemudian melangkah menjauh dua langkah darinya. "Aku tidak bisa,"
Rexsi mengernyitkan kening lalu melangkah mendekatinya. "Kenapa? Apa kau tidak mencintaiku? Aku serius ingin menikah denganmu." Dia tak menyangka kalau Akira akan langsung menolaknya.
"Pokoknya aku tidak bisa, jadi jangan tanyakan kenapa." Jawab Akira sembari menunduk seolah ada sesuatu yang disembunyikannya saat itu.
Rexsi membalikkan tubuh Akira agar menghadapnya, lalu memegang kedua pinggir pundak Akira, diturunkan sedikit wajahnya supaya bertatap mata dengan Akira. "Aku harus tahu alasannya. Aku tahu kalau aku selalu tak sabaran dalam melakukan hal apa pun dan tanpa berpikir panjang. Namun, kali ini aku sudah banyak berpikir dan aku yakin kalau aku mencintaimu serta ingin menghabiskan sisa hidupku di sisimu dengan menikahimu."
Akira memalingkan wajahnya ke arah lain, tak bisa menatap sorot mata Rexsi yang sudah terlihat rasa kekecewaan yang dalam. "Aku mohon jangan paksa aku, aku belum siap untuk menjawabnya, dan tolong beri aku waktu untuk berpikir."
Rexsi perlahan melepaskan pegangan tangannya. "Baiklah kalau itu maumu, aku tahu ini terlalu mendadak, jadi aku akan memberimu waktu seminggu untuk berpikir." Ia langsung membalikkan tubuhnya membelakangi Akira.
"Seminggu!?"
"Iya, seminggu atau tidak selamanya." Tegas Rexsi menjadi berubah dingin. Terlihat jelas kalau dia memendam rasa kecewanya itu dalam-dalam.
"Tapi-"
"Sebaiknya kita segera pulang, udara di sini mulai terasa dingin." Ajak Rexsi masih dengan nada datar dan dinginnya.
Rexsi melangkah duluan diikuti oleh Akira dari belakangnya. Sesekali Akira menatap punggung Rexsi yang lebar itu. Diembuskan napasnya perlahan. Entah kenapa dia belum bisa menerima lamaran dari Boss-nya itu. Belum sempat dia mengklarifikasi bahwa mereka tidak ada hubungan apa-apa, ternyata Rexsi malah melamarnya beneran.
Di dalam lift mereka hanya saling diam. Tak ada pembicaraan selama itu. Rexsi terus membuang mukanya ke samping dengan sedikit menunduk tak berani menatap Akira. Begitupun Akira tak berani bertanya atau memecah kebisuan di antara mereka.
Ketika lift sampai. Ponsel Akira bergetar dan berbunyi. Ia merogoh ke dalam tas jinjingnya lalu melihat panggilan dari siapa. Ternyata itu nomor ayahnya.
"Hallo ayah, apa ayah sudah pulang dari Australia?" tanya Akira tampak senang bercampur khawatir.
Tingg!! Pintu Lift terbuka. Rexsi keluar dari Lift duluan diikuti oleh Akira yang masih menerima telepon.
"............."
"Baiklah, aku akan pulang sekarang juga." Jawab Akira bernada lemas.
Rexsi yang mendengarnya tak bertanya atau berkata sedikitpun, setelah pintu terbuka Rexsi dan Akira langsung menuju ke kamar masing-masing. Akira mengambil Tas lalu memasukkan beberapa baju kepunyaannya. Karena merasa semua isi kamar itu hanyalah pinjaman selama dia ada di sana, jadi membiarkan semua berada di tempatnya.
Boss kan lagi sakit, bagaimana bisa aku meninggalkannya begitu saja. Tidak bertanggung jawab aku ini. Akira berniat mengurungkan niatnya dan akan merawat dulu Rexsi sampai sembuh. Ketika keluar dari Kamar dilihatnya Rexsi sedang duduk menonton TV.
"Sir. Tadinya aku akan pulang sekarang, tapi karena kau masih sakit jadi-"
"Pulanglah," potong Rexsi masih datar dan dingin. "Kamu pasti rindu dengan ayahmu itu, aku sudah sembuh jadi kau boleh pulang sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
ME and My BOSS
Художественная проза[END 13/11/2017] Bagaimana rasanya jika mempunyai Boss sekaligus calon suami yang mempunyai sifat yang sulit ditebak. Posesif, egois, menyebalkan. Namun, romantis. "Your mine. Forever and ever. Apa pun dan bagaimanapun, kau harus menjadi milikku."...