***________MMB________***
Ketika di mobil, Kavin mencoba menenangkan Vania. Dia memberikan saputangannya untuk mengusap air mata yang menetes di pipi Vania.
"Aku benar-benar kecewa melihatnya tinggal dengan wanita lain, selama ini aku membayangkan kalau dia akan memelukku saat tahu aku datang. Tapi ternyata ...?" tampak tersirat kekecewaan yang dalam di wajah Vania, ditatapnya keluar jendela mobil, tak berani menatap Kavin yang berada di sebelahnya.
"Kamu tenangkan saja hatimu. Aku yakin kalau mereka tidak ada hubungan apa-apa. Yang aku tahu dia hanya sekretaris Rexsi, dan kita harus mendengar penjelasan mereka. Apalagi mereka belum mengatakan kalau mereka pacaran, tadi gadis itu hanya mengatakan mereka tinggal bersama dan-"
"Aku tak tahu Vin, yang pasti untuk saat ini aku benar-benar kecewa." Potong Vania menghela napasnya lirih, lalu mengusap air matanya dengan saputangan milik Kavin.
Kavin membiarkan Vania untuk tenang. Selama perjalanan mereka hanya saling diam. Keadaan pun hening dan sekali-kali Kavin melirik ke arah Vania.
***♣☆♣***
Selesai makan malam. Akira membereskan piring kotor.
Rexsi duduk di sofa sambil menonton TV. Perutnya sudah terlalu kekenyangan karena baru memakan lagi masakan rumah. Selama ini dia hanya makan di restoran mahal atau pesan makanan siap yang tersedia di dapur umum Apartementnya.
Dia melirik Akira. "Tidak usah dicuci, besok akan ada pegawai yang akan membereskan dan mencuci, jadi kamu istirahat lah, pasti lelah." Ujarnya sembari rebahan. Menyandarkan kepalanya ke ujung sofa, menatap langit-langit ruangan itu. Napasnya yang seakan berat diembuskan pelan-pelan. Seolah Ada masalah besar yang sedang dihadapinya saat itu.
"Jorok sekali dia, nyuci hanya sedikit saja harus dibiarin sampai besok." Gumam Akira pelan.
Rexsi mendengar Akira yang menggerutu meski suaranya pelan, terselip senyuman tipis di bibirnya.
Setelah selesai beres-beres di dapur.
"Hahh, lelahnya." Kata Akira melemparkan tubuhnya ke atas sofa, dilihatnya Rexsi tiduran di sofa panjang, kedua tangannya dilipat di dadanya dengan matanya yang terpejam.
Dikecilkan volume TV. Dagunya ditopang oleh kedua tangannya di atas pahanya. Ditatapnya wajah Rexsi dari ujung rambut sampai ujung dagu.
Ternyata memang manis, apalagi kalau sedang tidur seperti itu. Tak ada sikap kasarnya, tak ada perkataannya yang seenaknya saja, dan-
"Jangan memandang seperti itu," ujar Rexsi seolah tahu kalau saat itu Akira sedang memandangnya. "Aku tak nyaman kalau ditatap terus seolah aku ini sebuah lukisan, apa kau mulai menyukaiku." Ucapannya membuat Akira membulatkan kedua matanya.
"A-aku tidak memandangmu, aku sedang melihat TV." Elak Akira langsung memalingkan wajahnya ke arah TV. Di dalam hatinya dia bertanya-tanya. Dari mana dia tahu kalau aku sedang memperhatikannya? Jangan-jangan di keningnya ada mata ketiganya yang tak pernah terpejam. Sekali-kali dia melirik ke arah Rexsi yang memang masih terpejam itu.
Rexsi hanya tersenyum tipis. "Tidurlah, ini sudah malam."
Akira menatapnya nanar. "Kalau memang sudah tidak ada lagi pekerjaan, aku tidur duluan." Ia bangkit dari duduknya, melangkah ke arah kamarnya.
Rexsi membuka kedua matanya, menoleh ke arah Akira. Dilihatnya punggung Akira yang memasuki kamar. "Gadis aneh, namun menarik." Gumamnya pelan.
Setelah melihat Akira hilang dari pandangan. Rexsi beranjak dari kursi, berjalan ke dapur mengambil segelas Wine. Lalu ia berjalan ke arah jendela. Dibukanya gorden jendela. Menatap ke bawah ke arah lampu-lampu jalan dan juga lampu-lampu sekitaran dari atas, yang terlihat seperti taburan Bintang-bintang di langit sembari meneguk Wine-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME and My BOSS
Ficção Geral[END 13/11/2017] Bagaimana rasanya jika mempunyai Boss sekaligus calon suami yang mempunyai sifat yang sulit ditebak. Posesif, egois, menyebalkan. Namun, romantis. "Your mine. Forever and ever. Apa pun dan bagaimanapun, kau harus menjadi milikku."...