***_______MMB_______***
Akira disenderkan di dinding di sebelah pintu, Rexsi Buru-buru menutup pintu lalu menatap Akira.
"Rexs, a.. ada aa.. apa memanggilku kemari?" tanya Akira gelagapan mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain menghindari tatapan Rexsi.
"Tidak ada apa-apa, hanya saja kita akan tidur di kamar ini berdua." Jawab Rexsi nyaris tanpa emosi.
"Tapi, di sini ada Kavin, Arvind dan yang lainnya." Ujar Akira menolaknya.
"Baiklah. Kalau begitu kamu tidur di ruang tamu saja bagaimana?" ucap Rexsi membuang muka ke arah lain menampakkan kekecewaannya.
"Tapi-" Akira tak bisa memberi alasan lainnya melihat raut wajah Rexsi yang terlihat menekan amarahnya, "baiklah. Tapi aku tidur di sana." Tunjuk Akira ke sebuah sofa di dekat jendela.
Rexsi menghela napasnya pelan. "Baiklah jika itu maumu." Jawabnya tersenyum setuju.
***♣☆♣***
Tetesan hujan mulai turun membasahi bumi. Tak lama hujan pun turun semakin deras.
Zenna dan Vania berdiri di dekat jendela menatap hujan. Sekali-kali kilatan petir menerangi hari yang hampir gelap itu.
"Ternyata hujan turun juga, aku kira hanya mendung saja." Kata Zenna menyilangkan tangannya di dada.
"Hari ini hujan. Tapi mudah-mudahan besok akan cerah." Harap Vania karena besoknya akan banyak kegiatan yang akan dilakukan sesuai rencana.
"Mudah-mudahan saja." Zenna berdoa juga. Ia melirik ke arah Arvind suaminya yang sedang asyik bermain kartu dengan Kavin dan juga Rexsi. Ia melirik sekilas ke arah sofa di mana Zenith sudah tertidur lelap.
Akira datang dari dapur membawa beberapa gelas minuman susu jahe untuk menghangatkan tubuh mereka.
"Silahkan di minum." Kata Akira tersenyum menyodorkan nampan yang dibawanya.
"Waahh, Akira memang yang paling pengertian ya." Ucap Kavin mengambil satu gelas.
"Bener-bener cocok. Dingin-dingin begini memang enak minum yang hangat-hangat." Sambung Arvind.
Rexsi tak bersuara hanya mengedipkan sebelah matanya sembari tersenyum membuat Akira tertunduk malu.
Kavin dan Arvind ikut tersenyum melihat kelakuan Rexsi.
Akira menghampiri Zenna dan Vania.
Mereka juga mengambil minuman yang dibawa Akira.
"Makasih ya. Harusnya aku yang nyiapin buat kamu. Kamu kan tamu di sini." Kata Zenna jadi tak enak sendiri.
"Tak apa-apa sudah biasa." Ucap Zenna masih tersenyum.
"Oh ya. Dia kan sudah biasa karena di kantor Rexsi dia juga sering memberi kopi untuk semua staff ya." Ucap Vania datar. Entah kenapa nada bicaranya menjadi dingin kadang juga menyinggung Akira.
"Ya. Aku sudah biasa." Ujar Akira singkat. Kemudian melangkah lagi menuju ke dapur.
Di dapur dia berdiri sendirian sembari mengiris timun dan sayuran lain untuk membuat salad, ia menunduk dengan pandangan kosong menatap pisau.
Rexsi datang ke dapur hendak mengambil air minum di kulkas. Ia melihat Akira tampak sedang melamun.
Dengan mengendap-endap Rexsi mendekati Akira lalu memeluknya dari belakang.
Karena kaget tak sengaja Akira mengiris jarinya hingga mengeluarkan darah.
"Aww." Rintihnya.
"Akh. Maaf sayang," ucap Rexsi langsung memasukkan jari Akira ke mulutnya mencoba mengeluarkan darah. "Kamu tak apa-apa, kan?" tanyanya kaget, ia menarik tangan Akira hingga pojok dapur di mana kotak p3k ada di atas lemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME and My BOSS
Fiksi Umum[END 13/11/2017] Bagaimana rasanya jika mempunyai Boss sekaligus calon suami yang mempunyai sifat yang sulit ditebak. Posesif, egois, menyebalkan. Namun, romantis. "Your mine. Forever and ever. Apa pun dan bagaimanapun, kau harus menjadi milikku."...