M.M.B ~9~ WILL U MARRI ME?

8.7K 354 6
                                    

***_______MMB_______***

Rexsi perlahan membuka kedua mata menatap langit-langit kamarnya. Kemudian menoleh ke arah jendela melihat sela-sela gorden hari sudah pagi. Ia menoleh ke arah kanan, dilihatnya Akira tertidur di pinggir ranjang dengan sebuah handuk kecil di genggamannya. Ia tersenyum tipis. Tangannya ingin mengusap pipi Akira. Namun, tiba-tiba Akira bergerak menggeliat membuka mata. Ditarik kembali tangannya lalu berpura-pura masih tidur.

Akira bangun dari tidurnya menatap sekeliling kamar dan jendela. "Akh, ternyata sudah pagi," ucapnya sembari memijit-mijit tengkuk dan tangannya yang terasa kaku, juga terasa sedikit sakit. Dilihatnya Rexsi masih tertidur. Ia bangkit dari atas karpet, lalu duduk di pinggir ranjang memeriksa suhu badan Rexsi.

"Syukurlah, ternyata demamnya sudah reda. Aku harus segera menyiapkan sup dan bubur untuknya." Ia beranjak dari duduknya membuka gorden jendela. Setelah itu melangkah ke luar kamar menuju kamar mandinya dahulu untuk mencuci muka, kemudian melangkah ke dapur memasak sup dan bubur.

Rexsi membuka mata bangkit dari tidurnya kemudian duduk. Aku memang tidak salah memilih. Ucapnya dalam hati sembari tersenyum tipis.

Dirasa kepalanya masih sedikit pening. Dia mencoba turun dari ranjang. Namun, kepalanya benar-benar terasa sangat pusing, akhirnya dia membaringkan tubuhnya kembali mencoba menghilangkan dulu rasa pusingnya itu.

Akira sudah selesai memasak sup dan bubur. Terdengar ponsel-nya berbunyi. Diraih ponsel-nya yang tergeletak di atas meja di samping dapur. Tampak sebuah nomor tak di kenal dan dia langsung menganggkatnya. Terdengar sapaan sopan dari seorang wanita di seberang sana bahwa dia akan mengadakan interview dari sebuah perusahaan besar satu jam lagi.

Dia baru teringat. Minggu yang lalu dia mengirimkan surat lamaran kerja ke sebuah perusahaan-perusahaan besar dan pagi itu dia baru mendapat panggilan untuk interview dengan sekretaris sebuah perusahaan. Wanita itu berkata, dia harus datang untuk pertemuan interview di sebuah restoran.

Setelah pembicaraan selesai dan Akira menutup teleponnya. "Kenapa di restoran. Bukankah interview itu harusnya diadakan di kantor atau di perusahaannya?" Gumamnya merasa aneh, baru pertama kali dia akan di interview di sebuah restoran.

"Tapi tak apalah, aku harus menemuinya. Siapa tahu kalau gajinya dua kali lipat dari Boss gila ini. Atau paling tidak, aku bisa menolaknya kalau pekerjaan itu tidak cocok untukku," gumamnya lagi.

"Tapi bagaimana dengan Boss? Dia kan lagi sakit," pikirnya menjadi bingung sendiri.

"Setidaknya aku akan meninggalkannya hanya sebentar, kemudian kembali lagi ke sini. Mungkin interviewnya hanya sebentar." Finalnya.

Ia Buru-buru melangkah ke kamarnya lalu mandi, memakai pakaian yang rapi kemudian menyiapkan bubur dan sup di atas mangkuk. Ia masuk ke dalam kamar Rexsi dengan nampan bubur dan sup di atasnya, menaruhnya di atas nakas di pinggir ranjang Rexsi. Diselipkan sebuah note bertulisan agar Rexsi memakannya kalau dia sudah bangun dan minum obat sebelum dia kembali dari urusannya.

Di periksannya dulu kening dan lehernya Rexsi yang tertidur kembali. Setelah dirasanya memang sudah tidak panas, ia baru melangkah pergi ke luar kamar. Meraih tas jinjingnya lalu ke luar dari kamar menuju ke Lift. Dengan mempercepat langkahnya ia keluar dari gedung apartement.

Ketika sampai di pinggir jalan depan gedung. Sopir Rexsi tergesa-gesa menghampirinya. "Nona mau ke mana? Mau saya antar?" tanya pak Dani sopir Rexsi yang selalu standby di depan gedung mengobrol dengan para security di sana.

"Tidak pak. Saya naik Taksi saja, Ada urusan sedikit." Jawab Akira langsung menyetop mobil Taksi yang kebetulan lewat ke sana.

"Tapi Nona-" kata-kata pak Dani terhenti ketika melihat Akira sudah masuk ke dalam mobil Taksi yang langsung melaju kembali.

ME and My BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang