Seulgi meraba tempa tidurnya, mencari ponsel yang entah kemana. Matanya masih terpejam namun tangan dan kakinya mulai bergerak di seluruh tempat tidur, hingga terdengar bunyi benda jatuh yang diyakini Seulgi adalah ponsel yang dicarinya.
Seulgi bangun dari tidurnya dan duduk sambil mengusap seluruh wajahnya. Setelah sedikit sadar, dia melihat jam yang ada di dinding kamarnya, jam sepuluh siang.
Tidak, Seulgi bukan orang pemalas atau pencita tidur seperti Suga yang sudah menyatu dengan kasur. Dia baru sampai di rumah jam tujuh pagi setelah mengantar kakanya ke bandara jam tiga pagi dan apesnya ketika pulang dia terjebak macet di jalan tol akibat adanya kecelakaan.
Seulgi mengambil ponsel yang terjatuh di lantai dan melihat notifikasi yang ada di ponselnya, tidak ada yang penting setelah Seulgi nelihatnya. Lalu dia bangun dan keluar kamar menuju ruang keluarga.
Seulgi menuruni tangga dengan masih setengah sadar. Tangan kirinya berpegangan pada tembok, takut oleng karena belum sepenuhnya bangun.
Ketika mencapai anak tangga terakhir, Seulgi melihat seseorang yang tengah duduk di sofa membelakanginnya. Seulgi berjalan menuju sofa tersebut dan berhenti di belakanganya, lalu menarik rambut orang tersebut sehingga menoleh terhadapnya.
"Ngapain pagi-pagi kesini?" tanya Seulgi.
"AW! sakit goblok!" jerit Jimin menerima perlakuan yang sangat tidak menyenangkan. Tangannya yang bebas memukul tangan Seulgi yang berada di puncak kepalanya.
Seulgi menarik tangannya dan berjalan memutari sofa dan duduk di samping Jimin yang masih mengelus puncak kepalanya sendiri. Seulgi mengambil alih remote tv dari Jimin dan mulai mengganti chanel lebih enak ditonton menurutnya. Setelah menemukan acara yang pas, tanganya beralih mengambil sebuah toples berisi keripik di meja dan memangkunya.
"jorok! mandi dulu sana, atau sikat gigi dulu gih" cerca Jimin seraya mengambil toples di pangkuan Seulgi, Seulgi hanya merengut melihat perlakuan Jimin.
"mandi dulu sana, udah siang, Seul" perintah Jimin lalu menyikut lengan Seulgi."iya nanti" jawab Seulgi. Kepalanya bersandar pada sofa dan matanya kembali terpejam.
"AW!" Seulgi menjerit ketika tangan Jimin menarik hidungnya keras. Seulgi dengan reflek memukul lengan Jimin dengan sangat keras pula hingga bunyi yang dihasilkan sangat menyakitkan.
"Seulgi!?" Teriak Mama Seulgi dari arah belakang. Entah untuk apa, memastikan keberadaan Seulgi atau mengingatkan Seulgi karena telah mendengar suara pukulan yang sangat keras.
"Aduh! Sakit! udah sana mandi, gue bilangin mama lo ya!" ancam Jimin, Seulgi hanya mendengus, sepersekian detik kemudian tersenyum penuh arti. Seulgi memajuka wajahnya ke arah Jimin sehingga keduanya berhadapan. Seulgi dengan senyumnya sedangkan Jimin dengan tetapan bingungnya.
"Shhiaphh bhoskhuehh hahhh" Seulgi berbicara tepat di wajah Jimin dan diakhiri dengan meniupkan nafasnya tepat di hidung Jimin. Setelahnya Seulgi langsung bangkit dan berlalari ke arah kamarnya dengan diiringi umpatan tertahan Jimin. Seulgi tertawa mendengarnya.
"Bau banget anjing, cantik cantik tapi pe'a jir!" desis Jimin sambil mengibaskan udara di depan hidungnya. Terkadang wanita cantik yang satu itu otaknya tertinggal di nakas kamarnya.
***
Seulgi berjalan ke arah dapur lalu membuka tudung saji di tengah meja makan, tidak ada makanan. Dia berjalan ke arah kamar orang tuanya, terlihat mamanya tengah sibuk dengan koper besarnya.
"Loh? mama mau kemana?" tanya Seulgi dari ambang pintu
"Mau ke panti sosial, kan kemarin udah mama bilangin, Dek" jawab mamanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari tumpukan baju dan kopernya. Seulgi mengangguk mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side stories (seulmin)
Fanfiction"People don't want to hear the truth, because they don't want their illusions destroyed" Friedrich Nietzsche So, dont destroyed my SEULMIN illusions Bahasa 11 juli 2017