When the wind blows and shakes up my heart
I think of the past timesJimin memakirkan mobil hitamnya di pinggir jalan yang lumayan sepi. Dibukanya kaca mata hitam yang sedari tadi bertengger di hidungnya lalu keluar mobil dan berjalan menuju toko 24 jam. Dia masuk dan membeli sekaleng cola lalu keluar kembali untuk duduk di salah satu kursi yang berada di depan toko.
Belum sempat dia membuka kaleng soda yang dia beli, hujan tiba-tiba turun mengguyur bumi. Jimin dengan segera menggeser meja serta kursi yang dia tempati untuk lebih masuk supaya tidak basah. Setelahnya, dia duduk dan meraih kaleng sodanya. Dengan perasaan sedikit menyesal Jimin mengembalikan kaleng suda yang tadi sudah digenggam. Ternyata pilihan yang salah membeli soda, karena tiba-tiba cuaca menjadi dingin karena hujan. Lagi, Jimin masuk ke dalam toko dan membeli segelas coklat panas.
Tidak ada seorang pun di pelataran toko, hanya dia sendiri dan 2 pramuniaga yang tengah membersihkan dan memindahkan barang. Hujan semakin bertambah intensitasnya dan membuat udara terasa menusuk ke dalam tulang. Beruntung, Jimin memakai jaket tebalnya.
Jimin tersenyum simpul ketika melihat rintik hujan yang jatuh melalui atap di depannya. Pikirannya melayang pada sesorang yang dia tunggu sekarang, seseorang yang dia temui ketika hujan. Seseorang yang bisa menghangatkan bagaimanapun 'dingin'nya Jimin sekarang ataupun di masa depan.
Jimin tersikap dari lamunannya ketika angin berhembus sangat kencang. Dia dengan segera menaikan resleting jaketnya dan mengambil segelas coklat panas yang sebenarnya tidak terlalu panas di cuaca seperti sekarang. Terlalu malas untuk membeli hot pocket namun terlalu dingin bila membiarkan tangan kosong tanpa penghangat.
Angin dan hujan masih silih berganti yang membuat suasana semakin dingin. Jalanan semakin sepi karena pasti semua orang memilih tidur dibawah selimut yang tebal ketimbang harus berkeliaran di jalanan yang sangat dingin.
Tiba tiba terdengar suara kecipak air dan tawa dari kejauhan. Jimin menoleh ketika menemukan dua orang siswa yang basah kuyup. Mereka berdua kembali tertawa setelah meneduh dan melihat keadaan masih-masing yang sudah benar-benar basah.
"Kenapa berteduh? sudah basah, jadi percuma saja berteduh" Ucap si laki-laki kepada perempuan yang tengah berjongkok memeriksa tasnya yang setengah basah.
"Bukuku, aku takut bukuku basah.." Jawabnya sembari mengeluarkan beberapa buku lalu berjalan ke arah salah satu meja dan mengeluarkan semua bukunnya. Tidak basah, namun juga tidak bisa dikatakan selamat, karena beberapa ujung bukunya terkena air.
Si laki-laki masuk ke dalam toko meninggalkan si perempuan yang masih berusaha membolak-balik bukunya. Tidak lama, dia kembali membawa satu kantong kresek besar dan membukanya di hadapan si perempuan.
"masukan semua bukumu ke sini" Ucap Si laki-laki sambil membuka tasnya sendiri lalu mengeluarkan buku yang keaadannya sama dengan si perempuan. Mereka menumpuknya jadi satu dan membukusnya dengan rapi.
Jimin beranjak dari duduknya dan masuk kembali kedalam toko. Tidak lama dia keluar membawa dua gelas coklat panas dan menaruhnya di meja kedua pelajar tadi. Mereka berdua hanya mendongak dan menatap Jimin bingung.
"Minumlah dahulu, lalu tunggu hujannya reda. Jangan melanjutkan perjalanan, nanti kalian bisa sakit." Tukas Jimin
"Ah, Terima kasih, terima kasih" Ucap mereka berdua sambil membungkuk kepada Jimin. Dengan gemas, Jimin tersenyum dan mengusap puncak kepala kedua pelajar tadi dengan lembut.
"Kalau begitu, hyung kembali ke tempat dudukku. Lanjutkan saja pembicaraan kalian, tidak usah menyusulku, tidak apa-apa" Ucap Jimin ketika melihat gelagat si laki-laki yang akan membawa barangnya untuk berpindah tempat duduk. Jimin berjalan ke meja yang tadi duduki setalah kembali membalas ucapan terima kasih dari dua pelajar tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side stories (seulmin)
Fanfiction"People don't want to hear the truth, because they don't want their illusions destroyed" Friedrich Nietzsche So, dont destroyed my SEULMIN illusions Bahasa 11 juli 2017