Hari Sabtu ini dihabiskan Jimin dengan berguling bersama anak tersayangnya, Park Jisung. Keduanya sedari tadi menolak untuk mandi padahal hari sudah beranjak siang, bahkan mereka masih mengenakan piyama tidur semalam. Kang Seulgi sudah kehabisan akal untuk membuat mereka masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri, seperti menggiring ribuan domba ke kandang, sulit.
Kang Seulgi sendiri tengah sibuk di dapur setelah tidak mempedulikan dua laki-laki berbeda usia di depan televisi, dia membuat kimchi karena persediaan mereka sudah menipis. Tangannya sekarang sedang memasukan potongan sawi ke dalam wadah tertutup untuk disimpan beberapa hari nantinya.
"Ibu! Besok pagi Ayah akan mengajak ke Lotte World lalu tidur di hotel dengan kolam renang besar!!" Seru anak kecil yang belum genap empat tahun tersebut. Dia menghampiri Seulgi dan tersenyum sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi, sangat bersemangat.
"Begitu? Memang ada apa Ayah mengajak jalan-jalan? tumben sekali?"
"Ya!! Gadis nakal! Bagaimana kau melupakan ulang tahunku?!" Kali ini Jimin yang berseru.
Laki-laki berambut kusut itu menghampiri Seulgi dan berdiri di belakang Jisung yang mendongak melihat Jimin yang tiba-tiba menghampiri dia dan Ibunya, terlebih berteriak.
"Ulang tahun?" Tanya Seulgi, berbisik pada dirinya sendiri. Setelah beberapa detik menyadari bahwa sekarang sudah tanggal 12 Oktober, yang artinya besok Jimin berulang tahun.
"AH!! Benar!! Ini Bulan Oktober! Bagaimana aku bisa melupakannya? ah, sepertinya aku terlalu banyak pekerjaan"
Jimin mendengus sebal mendengarnya, bagaimana Seulgi melupakan hari ulang tahunnya setelah lebih dari dua windu bersama. Sungguh menyakitkan.
Seulgi mendengarnya, mendengar sinyal sebal dari Jimin, dia hanya tersenyum menunjukan rasa bersalahnya. Seulgi membuka sarung tangan yang digunakan untuk membuat kimchi lalu menaruhnya asal di washtafel.
"Maafkan aku, ya?" Pinta Seulgi menangkup kedua pipi Jimin. Jimin mengalihkan pandangannya ke arah lain yang membuat Seulgi terkekeh dan mencubit kedua pipi itu gemas.
Jimin tentu saja berteriak dan menjauhkan tangan tersebut dari pipinya. Jimin bisa merasakan dengan tangannya bahwa pipinya dipastilan berwarna merah akibat ulah Seulgi. Sang pelaku hanya tertawa senang melihat Jimin yang tambah merajuk.
"Wanita gila! Dasar! Gila!" Desis Jimin tertahan, tentu dia tidak lupa jika masih ada Jisung diantara mereka yang sekarang mendongak tidak mengerti dengan sikap kedua orang tuanya.
Setelah sedikit meredakan tawanya, Seulgi berjongkok dan menggendong Jisung. Dia kembali tersenyum dan menciumi pipi anak laki-laki itu dengan gemas, ahh anaknya ini mempunya pipi sama persis dengan sang Ayah.
"Baiklah, besok kita jalan-jalan! Besok kita akan kabur dari rumah sehari semalam, oke?!" Jisung mengangguk senang di gendongan Seulgi meski sedikit risih karena Ibunya sedari tadi masih betah menciumi kedua pipinya bergantian.
"Sudahlah, ayo, Jisung dengan Ayah saja, kita mandi, bahaya bila terlalu lama disini, pipi kita bisa-bisa bengkak!" Jimin menginterupsi dan merebut Jisung dari gendongan Seulgi.
Setelah memeletkan lidahnya pada Seulgi, Jimin berjalan menuju kamar untuk segera mandi juga menjauhkan eksistensi pipi Jimin dan Jisung dari jangkauan Seulgi.
***
Jimin menggeliat tidak nyaman ketika merasakan tempat tidurnya bergoyang sedikit rusuh. Bukannya bangun untuk memeriksa, Jimin malah menaikan selimut yang dipakai hingga menutupi seluruh tubuhnya. Namun sekarang guncangan tersebut bertambah hingga perutnya serasa ditindih oleh sesuatu, -orang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Side stories (seulmin)
Fanfiction"People don't want to hear the truth, because they don't want their illusions destroyed" Friedrich Nietzsche So, dont destroyed my SEULMIN illusions Bahasa 11 juli 2017