"Seugi-ah.."
Panggilan tersebut hampir setiap hari terdengar tepat pukul 06.50 dari ruang tamu apartemen tersebut, lalu diikuti derap langkah dari sang pemilik nama. Setelah sampai di ruang tamu, dengan segera Seulgi memasangkan dasi pada Jimin, seseorang yang memanggilnya tadi. Selalu seperti itu, setiap hari.
"Nanti makan siang denganku ya? aku tunggu di kantor" Tukas Jimin sambil tersenyum dan memeluk pinggang Seulgi yang masih fokus memakaikan dasi padanya.
Sudah setiap pagi Jimin melihat pemandangan tersebut, wajah Seulgi yang serius namun masih terlihat manis dimatanya. Terlampau sangat manis malah.
"Memang kenapa?" Tanya Seulgi setelah selesai dengan tugasnya, dirinya mendongak menatap Jimin yang tengah tersenyum.
"Memang tidak boleh makan siang dengan istriku sendiri? hm?" Jawab Jimin setelah mengecup ujung hidung Seulgi dengan gemas. Seulgi hanya tersenyum lalu berjinjit mencium pipi Jimin.
"Yasudah, aku berangkat ya! Jangan lupa nanti siang!" Pamit Jimin dan segera keluar dari unit apartemen mereka.
***
Seulgi tengah menghubungi Jimin yang sama sekali tidak diangkatnya. Sudah hampi lima panggilan diabaikan oleh suaminya tersebut. Mau tidak mau, dia menghubungi sekretaris Jimin yang selalu berada di depan ruangan Jimin, tidak sampai tiga deringan, seseorang mengangkatnya.
"Apa Jimin ada?" Tanya Seulgi setelah mengucapkan salam pada penelpon, Hana, sekretaris Jimin.
"Ok, baiklah. Terima Kasih" Putus Seulgi setelah Hana menjelaskan bahwa Jimin baru saja selesai rapat dengan beberapa devisi di kantornya, namun sekarang Jimin masih berada di ruang rapat. Seulgi ingat, Jimin selalu meninggalkan ponselnya di ruangannya ketika sedang rapat.
***
Seulgi sampai pada gedung tiga lantai dengan halaman cukup rindang untuk dinamakan kantor. Setelah turun dari taksi, dia melangkah melewati pintu utama dan disapa oleh beberapa pekerja yang sudah sedikit banyak keluar ruangan.
Seulgi melihat jam tanganya, jam makan siang sudah lewat 10 menit yang lalu, dia datang sedikit terlambat.
Seulgi melihat beberapa pekerja yang berada di lantai yang sama dengan ruangan Jimin masih merapikan atau hanya sekedar menunggu teman yang lainnya untuk makan siang bersama, cukup sepi.
Dia melihat meja Hana yang sudah kosong, mungkin sudah berlari ke kantin, mengingat tadi dia mengabari bahwa baru selesai rapat dengan beberapa devisi yang Jimin bawahi.
Seulgi melangkah pasti menuju pintu ruangan Jimin, tidak salah kan dia masuk tanpa permisi? toh Jimin tak mungkin marah padanya, terlebih ini sudah jam makan siang dan dia sudah berjanji akan makan bersama dengan Seulgi.
Dia membuka pintu ruangan dengan senyum yang semanis mungkin, namun senyum tersebut mendadak hilang setelah melihat ke dalam ruangan tersebut.
Waktu Seulgi mendadak berhenti dan sekitarnya seperti berputar. Kepalanya pusing dan nafasnya memburu dalam diam.
"S.. Seul.. Seulgi!" Jimin terbata, Seulgi diam mematung di pintu ruangan Jimin. Jimin segera berjalan menghampiri Seulgi yang masih terdiam di tempatnya
"A.. aku bisa jelaskan, ini tidak seperti yang kamu lihat"
Tidak seperti yang Seulgi lihat? memang bagaimana lagi penjelasan yang akan diberikan Jimin atas perlakuannya barusan? Mereka sedang rapat atau sedang bekerja mengejar target, tidak kan? Yang Seulgi lihat tadi dua orang tengah berciuman, ahh tunggu ciuman terlalu dangkal, mungkin bercumbu? atau foreplay?
KAMU SEDANG MEMBACA
Side stories (seulmin)
Fanfiction"People don't want to hear the truth, because they don't want their illusions destroyed" Friedrich Nietzsche So, dont destroyed my SEULMIN illusions Bahasa 11 juli 2017