Saat ini Agas tengah termenung diatas kasur king size miliknya, sepertinya dia sedang memikirkan seseorang. Ya! Orang itu adalah Anin.
Pikirannya masih mengingat kejadian disekolah tadi.
Flashback on
Ramai. Satu kata yang menggambarkan situasi kelas saat ini. Itu tandanya jamkos yang sangat ditunggu-tunggu oleh penghuninya telah tiba.
Namun tidak seperti teman-temanya yang lain, menurut Agas jamkos adalah sesuatu yang membosankan. Ditambah lagi melihat tingkah laku teman-teman sekelasnya. Ada yang makan kertas, ada yang lempar lembing, ada yang nyemilin kapur, ada juga para geng cewek yang berjajar rapi dari depan kebelakang buat nyari kutu dirambut, geng cowok juga ada yang berjajar dari depan ke belakang cuma buat kerokan. Hadehh!! ini gila, rasanya hanya Agas satu-satunya yang waras disini. Maklum kelas IPS.
Karena merasa sangat bosan akhirnya Agas berjalan keluar kelas.
Dia berjalan tanpa tujuan, mengikuti entah kemana arah kakinya berjalan, dia hanya mengikutinya.
Sampai pada akhirnya kakinya terhenti pada suatu ruangan yang menurutnya neraka bagi para siswa termasuk dirinya sendiri, kecuali bagi siswa yang benar-benar pintar. Ruangan yang dipenuhi oleh jajaran lemari berisi buku-buku tebal. Tapi entah kenapa hatinya ingin sekali memasuki ruangan itu.
Baru kali ini iya menapakkan kakinya diperpustakaan, entah kenapa dia hanya mengikuti hati kecilnya.
Agas melangkahkan kakinya, berjalan sambil melihat-lihat buku-buku yang terpajang dan tertata rapi disana.
Tiba pada satu pandangannya yang tertuju pada satu buku dengan sampul berwarna coklat tua, yang terletak dibarisan paling atas.
Tangannya terulur mengambil buku itu, namun saat tangannya menyentuh buku itu ada tangan lain juga yang sama-sama menyentuh buku itu.
Tangan itu, tangan dengan jari-jari lentik yang menyentuh tangan dingin milik Agas. Sepertinya tidak asing baginya. Aninka. Batin Agas.
Mereka saling bertatap pandang cukup lama sampai mereka saling menyadari masing-masing.
"S-sorry, kamu mau buku yang itu" tanya Agas menunjuk keatas dengan dagunya.
"iya, tapi kalo kakak lebih butuh gapapa kok, kakak ambil aja lagian aku cuman iseng aja kok.. pengen liat-liat aja" jawabnya lembut
"Oh nggak kok..aku juga iseng kok, sama kaya kamu" kata Agas sambil menyunggingkan senyumnya.
Anin mengangguk lalu Agas mengulurkan tangannya keatas dan mengambil buku tadi.
"Nih" Agas menyodorkan buku itu tepat didepan Anin.
Anin memerimanya dengan tersenyum ramah"makasih kak"
"Sama-sama, gausah panggil kak lagi, panggil aja Agas" suruh Agas
Anin mengangguk lalu Agas kembali berucap. "Kamu bolos kelas?"
Anin menggeleng "nggak kok kak..eh- maksudnya Agas.. Kelas ku ada jamkos, bosen aja dikelas makanya kesini"
"Sama dong kaya aku, kita samaan mulu ya.. Jangan-jangan kita jodoh"
"Bisa aja kamu" jawab Anin dengan wajah merah padam, semerah tomat busuk.
Anin adalah sahabat Friska. Centil, cerewet, cempreng, suka teriak-teriak gajelas adalah karakteristiknya, namun kali ini berbeda 180° dari biasanya, dia mendadak kalem, dan lembut. Entah karena apa, dirinya sendiri pun tidak mengetahuinya.
Flashback of
"Hmmh..ternyata kalo lebih deket, Anin keliatan makin cantik ya.." Agas bergumam sendiri dikamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA I'm In Love
Teen FictionSebuah sekolah yang sama sekali gak gue pengenin tapi lumayan gue sukain. Ternyata gak selamanya Air yang tenang itu menyejukkan, Terkadang air yang tenang itu menghanyutkan. Dan sekarang gue tau, semua itu hanya topeng. Dance mengantarkan gue bert...