"makasih ya"

546 63 0
                                    

"lo udah punya pacar?".

"ne?". Chanyeol kembali tertawa karena pertanyaannya semakin membuat irene kebingungan menjawabnya.

"ya, gue-". Mereka pun tiba tiba dikejutkan oleh nada dering handphone irene yang berbunyi.

"halo ma?. Iya aku pulang palingan bentar lagi. Iya entar gampanglah aku naik taksi. Hah? Temen papa mau kerumah? Oh iya yaudah. Bye".

Irene mematikan sambungan itu. Kemudian dilanjutkan oleh nada dering yang berasal dari handphone chanyeol yang terdengar.

"halo pa?. Iya aku bentar lagi pulang. Apa? Pulangnya ke rumah temen papa langsung? Oh iya, om radit itu kan?". Irene membulatkan matanya karena nama papinya baru saja disebut.

"bye pa?".

"kayanya mereka belum tau kalo kita satu kampus". Chanyeol tersenyum. Begitu pun dengan irene.

°°°°

"wah senangnya ya, ternyata irene dan chanyeol satu kampus". Ms. Shafa memulai perbincangan untuk makan malam di kediaman mr. Radit yang mewah ini.

"iya. Jadi irene sudah mendapatkan teman yang baik, bahkan dihari pertama kuliahnya". Chanyeol tersenyum kecil sambil melirik irene di hadapannya.

Irene yang sedang memotong steak pedasnya, juga sesekali melirik handphone yang bertengger didekatnya.

"mendingan, kamu minta tolong aja sama chanyeol buat ngajarin kamu bahasa korea yang baik dan benar". Para orang tua pun tertawa akibat ulah ms. Shafa. Namun tidak bagi irene. Ia tetap fokus pada steak dan handphone nya.

"irene?!".

"eh apa mi?".

"ckckck, kamu denger nggak sih tadi mama ngomong apa?".
Irene terkekeh malu.

°°°°

"lo belum jawab tau pertanyaan gue".

"emang lo nanya apa?".

"lo udah punya pacar belom?". Irene lagi lagi menghiraukan chanyeol yang duduk di jendela besar di kamar irene.

Irene terus saja sibuk mentata pot pot tanaman favorit nya, mulai dari yang dijejer dibawah jendela. Atau yang digantung di samping jendela.

"lo kenapa sih ren?".

"well, gue nggak papa". Chanyeol mengernyit. Dengan tak sengaja chanyeol melihat salah satu foto yang digantung di tali khusus foto yang menyatu dengan dinding kamar irene yang didominasi dengan warna putih.

"ini siapa?". Tanyanya sambil mencabut foto kecil itu.

"ya, itu pacar gue. Alva". Jawabnya dengan terbata bata.
Chanyeol tidak terkejut sama sekali.

Irene menghela nafasnya, meninggalkan aktifitasnya lalu duduk di jendela besar itu.

"udah hampir empat bulan dia nggak pernah ngasih kabar. Nomornya nggak pernah aktif". Chanyeol mengembalikan foto itu dan duduk dihadapan irene.

"gue nggak tau lagi gimana kabar dia? Dia kuliah dimana? Apa yang terjadi sama dia?". Chanyeol mulai tertarik untuk mendengar curhatan irene.

"lo nggak nanya sama temen temen lo? Siapa tau aja ada yang masih kontakan sama dia". Irene menggeleng lemah.

"semua temen gue nggak ada yang tau dia dimana setelah kelulusan. Sekarang gue nggak tau hubungan gue sama dia itu masih pantas dibilang ldr atau nggak". Jelasnya lagi lagi menarik nafasnya panjang yang merupakan salah satu hal yang digemarinya. Chanyeol tau kebanyakan perempuan seharusnya sedih jika ia mulai menceritakan tentang kekasihnya yang tak kunjung memberinya kabar.

"eh, liat deh, bintangnya banyak banget tau malem ini! Aneh ya?!". Irene menyembulkan kepalanya dan melihat langit malam yang ditunjuk oleh chanyeol.

Langit malam yang perlahan bersinar dengan ribuan bintangnya yang terpasang indah.

Irene tersenyum manis melihat bintang bintang yang mengelilingi rembulan itu.

Tak sengaja chanyeol mengalihkan pandangannya ke wajah irene yang tak berhenti tersenyum. Seakan senyuman itu dengan mudah mengalir ke wajah chanyeol. Chanyeol mulai mengagumi senyuman itu dalam hatinya. Mata irene yang perlahan mengecil saat itu adalah sesuatu yang disukai oleh chanyeol.

Chanyeol sontak salah tingkah ketika irene menatapnya kembali.

Mereka kemudian saling memandang. Seakan terhanyut oleh cuaca malam yang dingin yang masih menyisakan embun.

"makasih ya, lo udah mau jadi sahabat gue". Chanyeol kemudian tertawa.

Irene pun tertawa juga.

"hahahaha... Lo kenapa ketawa ngikutin gue?". Tanyanya di sela sela tawanya.

"hahahaha.. Nggak tau. Ngeliat muka lo ketawa tiba tiba, gue jadi ketawa juga". Dan malam itu, suara tawa memenuhi seluruh isi kamar irene. Layaknya sebuah pertunjukan komedi langsung yang membuat mereka tertawa terbahak bahak.

°°°

"ah geulae(ah, benar). Irene". Panggil seorang dosen wanita pada irene yang sibuk membaca bukunya di perpustakaan.

"Ne?".

"can you take my file in the hall room? I forgot to bring it. (bisakah kau mengambil berkas saya di ruang aula? Saya lupa membawanya".

"of course".

"thanks". Dosen itu tersenyum.

°°°°

Pintu ruang aula yang besar itu dibukanya oleh irene. Dan blank. Siapa sangka di ruangan aula yang sebegitu besarnya itu rupanya sangat gelap. Tak ada cahaya sama sekali. Irene mulai mencari saklar lampu dan menghidupkannya. Seketika ruangan itu terang. Ia langsung melihat hanya ada salah satu berkas yang tergeletak di meja panjang itu.

Irene mengambilnya. Lalu perlahan terdengar Suara petikan gitar yang merdu.
Dan suara itu berasal dari ruangan kecil yang terletak diujung ruangan.

Irene perlahan membuka pintu itu.

"chanyeol?"

~~~

Sory for *typo 😄😄😄

Salam : azza rahma

Seoul Voor Liefde ~chanrene~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang