merasa kehilangan

314 40 6
                                    

Seminggu berlalu setelah kepergian chanyeol dari seoul. Hari hari Irene kini sungguh dapat dikatakan "sangat biasa saja". Ya, tak ada yang lebih istimewa tanpa kehadiran chanyeol sang pembawa happy virus itu.

Dengan sangat terpaksa, ia menjalani pertengahan tahun di musim semi ini tanpa chanyeol. Hatinya merasa ada sesuatu yang hilang. Yang seharusnya hadir di waktu dan saat yang Indah, chanyeol justru pergi. Meninggalkan keindahan yang diharapkan oleh mereka berdua.

Waktu pergantian jam matkul terus berlalu. Irene yang menikmati makanan nya seorang diri di kantin berulang kali mengecek handphone nya. Sambil menyesap kuah kari ramyun yang ia makan, ia kadang tersenyum sendiri. Tersenyum mengingat saat saat lucu nya dengan chanyeol. Tepat di tempat duduk yang sama saat ini.

"Irene, lo nggak boleh kebanyakan makan ramyun ya!". Ujar chanyeol tiba tiba.
Irene menoleh malas. "Wae? Ramyun kan enak".
"Pokoknya nggak boleh! Nggak baik buat kesehatan. Nanti lo sakit perut". Irene terdiam sambil menatap kedua bola mata chanyeol dengan sangat dalam. Lalu ia tersenyum geli menahan tawanya. Sayang chanyeol tak menyadari itu. Dan irene kembali memasang wajah juteknya saat chanyeol menoleh.
"Terserah gue dong. Pokoknya, setiap pagi gue sarapan ramyun, siangnya gue makan ramyun, dan gue makan malam pake ramyun juga. Daebak jinja! ". Irene perlahan tertawa.
"Yak! Lo tuh ya kalo dibilangin!".
Irene semakin tertawa melihat chanyeol yang kesal.

Irene mendesah sebal. Mengapa waktu begitu cepat berganti? Sedang ia masih ingin menikmati masa masanya bersama chanyeol. Kenapa chanyeol harus pergi di musim yang Indah ini? Di musim yang sangat dinanti oleh kebanyakan pasangan di seoul. Oh ternyata irene lupa, mereka bukanlah salah satu dari pasangan itu.

"Chanyeol kenapa nggak pernah bales chat gue sih? Sebegitu sibuk nya ya?".
Ucapnya kesal pada diri sendiri. Melihat sudah dua puluh massage yang ia kirim pada chanyeol beberapa hari yang lalu ditambah hari ini.
Namun belum satu pun yang terbalas bahkan terbaca.

Kenapa gue ngerasa kehilangan banget ya?
Lirihnya dalam hari.

Ia pun mengedikkan bahunya berusaha menghilangkan nethink nya tentang perasaannya kini. Baru saja ia menikmati ramyun nya, seorang pria yang diberi julukan "anak ayam" semasa kecilnya datang menghampiri irene dengan senyum khasnya .

"Annyeong irene-ssi!". Sapanya.

"Ah, sehun ah. Annyong haseyo".
Balas irene dengan sedikit menunduk.

"Boleh saya duduk?".

"Ah ne. Silahkan". Ujarnya. Oh sehun duduk di hadapannya. Sekilas, irene dapat melihat para yeoja disekeliling mereka sanagt sinis menatap mereka. Dan mungkin mereka juga memperbincangkan oh sehun yang dengan mudah menghampiri cewek sepertinya.

"Saya punya kabar Bagus untuk kamu". Irene mengernyit.

"Kabar Bagus apa?". Tanya nya tak sabaran.

"Jadi waktu itu saya iseng, ngasih tau tentang kamu yang mau ikut kontes pianis yang diadakan di salah satu entertaiment baru di seoul. Setelah melihat kamu bermain piano beberapa hari yang lalu. Ternyata, dosen itu kagum sama kamu. Dan dia bersedia mengajak kamu untuk ikut kontes itu. Dengan beberapa peserta lain tentunya". Irene tersenyum girang. Matanya berbinar mendengar penjelasan sehun yang tenang.

Irene pun meneguk jus lemon nya dengan susah payah dan menatap sehun tak percaya.
"Lo nggak bohong kan? Yak! Jinjjayo?!".
Ucapnya girang.

Sehun tersenyum dan mengangguk yakin.
"Jinjja! Kontes nya diadakan Bulan depan. Jadi kamu punya waktu kurang lebih sebulan untuk latihan".

"Daebak! Setidaknya, hobbi gue ada hasilnya. Ya kan?".

"Geure ,kamu bisa ikut saya kapan saja untuk menemui dosen itu".

Seoul Voor Liefde ~chanrene~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang