Sebelas

320 24 0
                                    

Vote dulu :))

◀▷◀▷◀▷

Sial. Satu kata itu mewakili kondisi Elga saat ini. Bagaimana tidak?  Dia pergi ke kota tetangga untuk membeli buku  geografi dan bodohnya ia melakukan dompet yang sudah seperti nyawa bagi orang yang hidup didunia. Elga memandangi hp miliknya yang sudah tak hidup lagi.

"Berapa mbak?"

"Totalnya jadi Rp. 235.000 pak"

Elga sepenuhnya mentap orang berada dikasir.

"Geon" orang itu menatap Elga dengan dahi sedikit mengkerut.

Setelah membayar buku yang ia beli Geon mendekati Elga. Sebenarnya Geon sangat malas untuk mendekati gadis urakan macam Elga, tetapi entahlah dirinya merasa harus melakukan itu.

Pandangan Geon menyusuri setiap sudut tempat ia berdiri "lo sendiri?"

"Iya nih"

"Oh yaudah"

"Oh yaudah?! Oh yaudah doang?!" Geon sedikit mengernyit.

"Lho apa salah gue coba?"

"Dasar cowo ngga peka! Kalo jadi cowo jangan lempeng-lempang napa! Tawarin kek apa aku mau pulang bareng oppa gitu?"

"Dih sapa elo"

Anjer minta digolok nih, untung aja elu cakep bang.

"Aku tetangga oppa"

"Jangan panggil oppa!!"

"Yaudah, sayang yuk pulang. Pantat aku pegel duduk mulu disini"

"Sayang?"

"Katanya ngga boleh manggil oppa gimana sih, ogeb. Untung cakep jadi aku maafin deh"

Geon malas untuk berdebat dengan Elga, bahkan sangat malas jadi dia pergi menjauh dari Elga.

"Oppa!"

Sial. Nih bocah maunya apa si.

Elga berhasil menarik lengan Geon, dan sukses membuat Geon menoleh sepenuhnya.

"Lepasin!"

"Sumpah ya gue kira lo bakal ngasih tumpangan. Gue kira lo cowo yang care sama cewe yang lagi kesusahan. Gue cuma mau numpang sampe apartemen. Dompet gue ketinggalan"

"Bukan urusan gue" Geon menurunkan tangan Elga dari lengannya.

"Gue serius"

"Haha, terus gue harus percaya? Lo udah kelas tiga banyakin belajar jangan banyakin baper. Gue ngga suka cewe modus"

What? Modus? Modus palalu peang! Sumpah gue pengen bilang anjing didepan mukanya! Arghhhh

"Yaudah kalo lo ngga percaya" Elga berjalan kembali menuju bangku yang sempat ia duduki.

Sedangkan Geon berjalan kembali tanpa melirik Elga sedikitpun.

Cih emang gue bego apa.

Untuk kesekian kakinya Elga melirik jam tanganya. Pukul 10 malam.

Oke gue bakal santet tuh oppa! Jahat banget coba. Masa iye cewe sekece gue tidur ditoko buku! Kan ngga lucu.

Seseorang menepuk bahu Elga. "Maaf mbak tokonya sudah tutup"

"Eh enggㅡ iya maaf mbak" Dengan sumpah serapahnya Elga berjalan keluar dari toko tersebut.

Sial. Gue kira toko 24 jam.

Ia duduk ditangga masuk toko tersebut, sesekali ia mengusap kakinya yang merasa kedinginan.

Elga menenggelamkan kepalanya antara dua tangan dan kaki yang dilipat. Kenyataan sangat menamparnya. Dimana ia mengingat kedua orangtuanya. Ia tak pernah merasa se-kesepian ini. Helaan nafas berat beberapa kali terdengar dari mulutnya.

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang