Duabelas

464 24 0
                                    

Elga menyisir rambutnya. Ia menerawang bayanganya yang ada di cermin. Matanya terlihat sembab karena menangis semalaman.
Gadis itu melirik jam yang melingkar di pergelangan tanganya. Ia mengambil tas dan berjalan keluar apartemen. Sempurna untuk pergi ke sekolah mungkin.

"Elgaaa" suara cempreng milik Yorca memenuhi koridor.
Elga hanya menatapnya lalu tersenyum tipis.
"Lo kenapa deh?" tanya Yorca heran.
"Emang gue kenapa?" Yorca menatapnya curiga.
"LO HABIS NANGIS?!" Elga langsung membekap mulut sahabatnya itu.
"Gausah keras-keras bego" Yorca menarik nafas karena bekapan Elga terlepas.
"Mata lo gilak!"
Elga mengabaikan perkataan Yorca dan segera masuk kedalam kelas sebelum sabahatnya itu mengintrogasi lebih dalam.

Jessi menatap mata Elga menyelidik "kenapa lagi el? Kalo ada apa-apa cerita. Gue jadi sedih kalo lo ga cerita ke kita, kaya nggak berguna aja jadi sahabat" Yorca mengangguk setuju.
"Gue kagen mama sama papa aja si" Dua makhluk didepannya sangat mengerti apa yang dirasakan Elga saat ini. Yorca menatap ponselnya kembali setelah teralihkan "Gila" serunya.
Elga dan Jessi menatap Yorca penasaran. "Kenapa?" bibir Jessi sudah gatal jika tidak bertanya.
"Fafa"
"Fafa siapa?!" tanya Jessi gemas.
"Fafa Anjani kelas sebelah yang kutu buku itu"
"Ya terus" Jessi ingin menjitak kepala Yorca karena penasaran.
"Cantik banget kalau kaca matanya di lepas. Sumpah. Dia sekarang pakai softlens ya?" Jessi yang mendengarnya hanya menghembuskan nafas kesal.
"Dasar lambe turah. Gabung noh sama ciwi-ciwi kang nggosip" Jessi langsung menarik lengan Elga menuju kelasnya.

"Yorca nggak apa-apa ditinggal?" Tanya Elga yang terus mendengar teriakan Yorca.
"Sebel gue sama dia"

Setelah pembelajaran selesai Jessi dan Yorca melesat menuju perpustakaan. Sedangkan Elga menuju toilet saat pembelajaran ia sepertinya terlalu banya tertawa dengan banyolan gurunya. Beruntung ia tak perlu menjumpai banyak orang.

"Lo Elga?" Elga terlonjak kaget yang baru keluar dari toilet.
"Iya, kenapa?" tanya Elga kepada gadis dihadapannya itu.
"Lo di tunggu seseorang di tempat resepsionis. Gue Ita yang jadi resepsionis hari ini" Gadis itu tersenyum lembut dan berjalan meninggalkanya. Elga me
membalas senyumanya.

Elga berjalan menuju resrpsionis atau lebih tepatnya seseorang yang ingin menemuinya. Elga merasa bahwa dia Tante Nara. Mungkin Nara merasa khawatir dengan Elga.

Ponsel yang berada di saku rok Elga bergetar dan tertera nama Yorca disana. Ia segela menggeser tombol warna hijau sebelum Yorca memutuskan sambungan.

"Halo"

"El lo dimana?" Elga menjauhkan ponsel dari telinganya. Sahabatnya ini kalau khawatir sudah seperti ayam yang kehilangan telur. Ribut dan agresif.

"Gue ke resepsionis bentar"

"Ngapain?" mungkin Yorca posesif juga kepada Raka. Poor Raka.

"Tante Nara nunggu gue" ucapnya yakin.

"Tante Nara?"

"Iya tante Na-ra" Elga berhenti ketika melihat orang di depannya. Ia mengabaikan Yorca yang terus bersuara dalam sambungan telepon. Ia menjauhkan ponsel dari telinga dan memutuskan sambungan.

"Ngapain lo kesini?" orang tersebut menarik Elga menuju keluar. Ia melepas lengan Elga dan menatap baik-baik gadis yang berada dihadapannya.

"Geon! Lo ngapain disini?" gemas melihat Geon yang belum menjawab pertanyaanya tadi.

"Lo nggak apa-apa?" Elga mengernyit bingung. Pertama buat apa Geon datang ke sekolahnya. Kedua mengapa ia harus repot bertanya keadaanya.

"Ya lo bisa lihat sendiri. Gue nggak apa-apa" Geon menatap Elga. Yang sedikit membuat Elga risih.

"Lo ngapain sih. Gue masih ngambek sama lo. Mending lo pergi sebelum mood gue hanㅡ"

"Gue denger lo nangis semalem. Gue kira ada apa setelah gue lihat lo sepertinya baik-baik aja" Geon menepuk bahu Elga dan melangkah melewati Elga. Tangan Elga mengepal karena menahan marah. Bagaiman bisa Geon menanyakan kabar yang membuat jantungnya berdegup cepat membuat pipinya berwarna merah jika Geon melihat lebih jelas lagi, dan detik berikutnya menjadi manusia paling menyebalkan.

Dia manusia jenis apa sih?

Jessi menaruh sepiring batagor di meja dan di ikuti Yorca yang menaruh susu kemasan kesukaan Elga. Elga hanya menatap keduanya.

"Buat apa?" Jessi mendengus.

"Camilan buat nonton bola. Ya buat lo makan gue tahu lo belum makan" suara Jessi membuat siswa lain yang masih berada di kelas menengok ke arahnya. Sebenarnya peraturan sekolah memang tidak boleh makan di kelas terlebih makanan yang berbau, tetapi batagor it's oke tidak terlalu mempunyai bau khas yang menyengat jadi ia cuek saja.

Elga mengangguk dan melahap batagor tersebut. Yorca sibuk dengan pesan dengan Raka sedangkan Jessi mengamatinya. Ia tahu Jessi memaksanya untuk menghabiskan dan kebetulan Elga memang sedang lapar tanpa di awasipun pasti akan habis.

"Tadi Tante Nara ngapain El?" tanya Yorca setelah memasukkan ponsel miliknya kedalam saku.

"Bukan tante Nara" Elga meminum air putih yang ia bawa dari rumah.

"Lo ngasih sambel berasa sendok si?" Jessi terkekeh.

"Tiga" Yorca yang terlibat sebagai pelaku ikut terkekeh.

"Anjay pantes pedes banget"

"Heh lo belum jawab pertanyaan gue!" ucap Yorca kesal yang justru mendapat tatapan maut dari Jessi.

"Yang nanya gue!!"

"Tadi Geon yang kesini" seperti alat pengatur Jessi dan Yorca berhenti berdebat setelah mendengar perkataan itu.

"Kok bisa Geon?" tanya Yorca.

"Ngapain tuh orang kesini?"

"Lo nggak di apa-apain?"

"Ck. Gue nggak di apa-apain cuma yang gue heran dia kesini nanyain kabar gue gara-gara semalem dia denger kalau gue nangis"

"Cieee aa' perhatian amat neng" Elga mendapat towelan di dagu dari Yorca.

"Akhirnya cinta lo nggak bertepuk sebelah tangan"

"Tapi habis gue bilang nggak apa-apa dia langsung pergi" Elga memakan batagor suapan yang terakhir.

"Lah gimana si tuh cowok. Udah El cowok kayak gitu tinggal aja nanti gue kenalin sama temennya Raka!" ucap Yorca yang menggebu-gebu.

"Dasar cowok titisan es balok"

"Lo berdua ngapain ribet sendiri sih. Tanggung jawab dong gue masih kepedesan" Kedua sahabatnya hanya melongo dan mencoba bersabar karena sedari tadi yang mereka ucapkan kalah fokus kedangan batagor tiga sendok sambal. Jessi mendengus kesal ditambah Yorca yang sudah asik dengan ponselnya.

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang