Iya. Aku tahu kalau aku ngaret lagi.
Maafkan diriku yang munafik ini.
Selamat membaca
Warning : naskah dipublish tanpa editing, kapan-kapan aku edit. Semakin gaje, harap maklum.
.
.
.
><><><
Normal POV
.
.
Naruto memasukkan semua barang yang akan dibawanya ke dalam sebuah ransel. Ada pakaian, peralatan mandi juga buku dan alat tulis. Ia dan teman-teman se-angkatannya di Konoha High School akan melakukan perjalanan darmawisata besok.
'Tok tok'
Terdengar ketukan sebanyak empat kali di pintu kamar Naruto.
"Aku masuk ya." Kiseki meminta izin pada pemilik kamar yang hanya dijawab gumaman.
"Ah, ini." Naruto memasukkan satu lagi barang pentingnya, sebuah konsol game.
"Tak bisakah kau tinggalkan itu?" Tanya Kiseki. Ia melihat ke dalam ransel Naruto yang sudah terisi separuhnya. "Padahal perjalanan besok bisa jadi kesempatan bagus buatmu untuk bersosialisasi dengan teman seangkatan kita." Kiseki duduk di tepi tempat tidur Naruto.
Naruto menatap datar Kiseki. "Kau." Ia kehilangan kata-katanya untuk sesaat. "Kau sendiri yang bilang kalau aku lebih baik berubah secara bertahap kan?"
"Iya." Kiseki mengangguk. "Lalu?" tanyanya kemudian. Ia tak mengeti apa maksud ucapan Naruto. "Kau sudah melakukannya bertahap. Dimulai dari keluarga, kemudian orang terdekatmu , maksudku Sasuke, kemudian kepada beberapa orang yang cukup dekat denganmu yang terlibat dalam pembuatan film, kau sudah sampai tahap itu dan semuanya berjalan baik. Aku turut senang atas perubahanmu. Dan selanjutnya tentu ke teman-temanmu yang lainnya. Teman-teman kita di sekolah tak hanya yang jadi pemain film, kan?"
Naruto menghela napas mendengar penjelasan Kiseki. Tak disangkanya ia sudah berjalan sejauh ini. "Tapi, aku sendiri sejak awal memang sudah pendiam."
"Hh!" Kiseki memutar mata. "Kau itu pendiam karena tak ada yang mengajakmu bicara." Kiseki memperbaiki pernyataan Naruto. "Jika saja ada orang yang membuka topik pembicaraan yang cukup menarik minatmu, kau akan langsung tenggelam bersama orang itu seakan kalian sudah kenal lama."
Giliran Naruto memutar mata. Sedikit banyak, pernyataan Kiseki itu ada benarnya. Tak peduli siapapun mereka jika pembicaraannya menarik, Naruto mampu bicara berjam-jam dengan orang itu.
"Baiklah. Aku hanya akan memainkan ini saat tak ada orang yang bisa aku ajak bicara dan saat akan tidur." Naruto tetap akan membawa konsol gamenya.
"Persempit peluangnya jadi hanya saat kau akan tidur." Putus Kiseki. Ia berdiri dan berjalan menuju balkon kamar Naruto. "Itu karena aku yakin Sasuke akan terus menempel padamu." Kedua telapak tangan Kiseki menyatu, matanya berbinar menatap langit dari balik jendela.
Naruto?
Dia tersedak ludahnya sendiri mendengar pernyataan Kiseki.
"Kenapa kau mengaitkan aku dengan dia?" Tanya Naruto sambil menahan suaranya. Ia kesal luar biasa sekarang. Menghubung-hubungkan Sasuke dengannya membuat ingatan yang errr itu kembali menyeruak di pikiran, membuat wajah naruto merona seketika. Jika saja Kiseki tidak sedang dalam kondisi membelakanginya, bisa dijamin keponakan Minato Namikaze itu makin bernafsu menjahili Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About
RandomNaruto, seorang aktor terkenal, pengidap Hikikomori. Sasuke, juga seorang aktor terkenal, yang tidak tahu apa tujuan hidupnya. Mungkin itu saja untuk deskripsi singkatnya. SasuNaru WARNING!! Ada OC(Original Character)