'Kau harus membalaskannya.'
'Kau harus membalaskannya.'
'Kau harus membalaskannya.'
Kata itu bergema dalam tidurku. Aku yang terbangun di minggu pagi, mulai membangunkan tubuhku dan duduk di tepi ranjang asrama.Berjalan menggunakan jubah buruh bertudung yang usang dan size yang terlalu besar, sebetulnya sangat merepotkan. Tapi tidak ada pilihan lain, kalau saja aku hendak membawakan makanan-makanan ini kepada anak-anak disana.
Sesampai ku di pemukiman kumuh itu Zach, Jacob, dan Jacqueline mulai mengerubungiku dan melompat-lompat.
"Kakak, kembali!"
"Kembali!"
"Selamat datang, kak!"
Diikuti Merlin dan Agatha.
"Kau kembali rupanya." Sapa Agatha, dingin.
Dan Merlin hanya tersenyum menatapku dengan tatapan mata kelabu nya yang hampa.
"Aku pulang, kalian semua." ucapku, saat melihat mereka yang sudah tumbuh dewasa."Tidak berubah, kalian masih memasak dengan tungku ya?" Ucapku bernostalgia tanpa berniat untuk menyindir.
"Berisik. Uang kami tidak cukup tahu. Masih untung kita memiliki tungku untuk memanas makanan, ketimbang tidak sama sekali." Ketus Agatha padaku.
"Dia hanya berharap, kau membelikannya kompor." balas Merlin dengan senyumnya.
"Tidak! Jangan mengarang cerita kau Merlin, sialan!" Agatha mulai uring-uringan.
"Sudah, sudah, kalian seperti biasanya ya." Aku melerai mereka, yang lebih tepatnya mungkin hanya menenangkan Agatha.
"Biasanya, bagaimana?!" jawabnya, geram.
"Hahaha" dan lagi-lagi Merlin hanya tersenyum dan tertawa.
Duduk bergabung bersama mereka di tanah lembab dan kumuh ini adalah satu-satunya kehangatanku. Disaat aku kehilangan orang tua ku delapan tahun yang lalu, aku mulai tinggal bersama dengan mereka.Diceritakan dulu, kakek dan nenekku ditangkap dan dirubah menjadi Titan, karena diam-diam telah menyembah gadis berdarah Raja yang palsu. Menjelang beberapa tahun setelahnya, saat aku berusia 4 tahun, kedua orangtuaku justru menyusul dan dihukum dengan cara yang sama. Aku melihat mereka dirantai dan digiring seperti binatang. Bersama dengan pemuja lain di sekte nya, mereka dilempar batu batu dan dicemooh dengan teriakan keras. Aku yang tahu mereka ditangkap, tidak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya bisa menonton mereka berjalan didepan mataku, dan dibawa dengan kapal-kapal yang menuju pulau Paradis.
'Karena aku takut.' Pikirku.
Karena aku takut, aku tidak bisa menyelamatkan mereka. Dan karena aku lemah, aku tidak bisa membunuh orang keparat yang sudah merantai keluargaku. Setelah aku melihat orang-orang itu sudah berada diatas kapal, aku berlari menjauh dan menjauh ke pemukiman ini. Aku berjanji pada diriku sendiri, bahwa aku tidak akan menjadi seperti mereka. Aku berjanji akan membalaskan dendam mereka dengan tanganku. Aku akan menjadi Pejuang Marley yang memberikan darahnya untuk Raja.Kemudian aku bertemu dengan Merlin dan Agatha, kami saling berbagi cerita dan tinggal bersama di pemukiman kumuh ini.
Tidak lama setelah itu, Zach, Jacob, dan Jacqueline kecil, lari dengan kaki-kaki mungil mereka. Kami melindunginya dari Pejuang Marley yang memburu mereka karena alasan darah Elodia. Kami pun menyembunyikan mereka dan merawatnya. Pada akhirnya kami semua berkumpul dan menjadi keluarga baru. Untuk bertahan hidup, kami harus mencuri roti. Tidak ada jalan lain kecuali dengan cara itu. Pilihan kami hanya dua; mengambil hak orang lain dan hidup atau diam saja dan mati. Sungguh tidak ada pilihan selain hal tersebut.Dua tahun kemudian, aku memutuskan untuk mengikuti Pelatihan Militer. Memang terdengar konyol mengingat dendamku terhadap mereka, tapi dengan aku mengikuti pelatihan ini aku bisa menaikkan statusku menjadi Elodia yang mengabdikan darahnya untuk Raja. Dengan begitu aku dapat memperoleh kehormatan Marley, mendapatkan makanan gratis, juga ranjang asrama yang empuk.
"Mereka kembali, dua hari yang lalu mereka mendatangi pemukiman ini." Kata Merlin, menyadarkanku dari lamunan.
"Eh?"
"Para pemuja sekte, kaum Elodia semakin menjadi-jadi. Mereka mulai menggila dan berteriak menyebut-nyebut nama Fritz tanpa meragu dan takut akan ditangkap." Tambahnya.
Aku tak bisa berkomentar. Kami semua hanya terdiam sepi didepan tungku, saling menatap api.
"Tidak apa," Jawabku. "Segera mungkin, mereka akan bebas." [ ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Devotion to MARLEY, Blood of ELDIA, and TRAITOR (SHINGEKI NO KYOJIN)
FanfictionMenyuguhkan pembaca sebagai tokoh utama dalam cerita. Dengan latar belakang Marley berdarah Eldia yang tidak benar-benar mengabdikan dirinya pada Raja.