CHAPTER 04

142 20 0
                                    

Sesuai informasinya, aku berjalan menuju kantor Ketua Divisi Braun. Memastikan tidak adanya kegiatan lain dan aku bisa masuk kedalam tanpa dicurigai.

Di hari sebelumnya, aku sudah menyewa boat untuk menyebrangi pulau, dan menyiapkan kuda ku bersama perbekalan lain masuk kedalamnya. Aku berniat pergi malam ini, malam dimana aku bisa mengambil alat manuver 3d milik Ketua Divisi sebelum dicurigai siapa yang mencurinya.

Beruntunglah alat itu tidak disembunyikan, berada jelas diatas rak rak buku. Namun tidak kusangka alat itu lumayan berat dan memiliki volume ruang. 'Sial' pikirku, kalau begini mereka akan cepat mengetahui kepergianku.

Dengan segenap keberanian, kutarik satu persatu bagian dari alat itu dan langsung memasangnya pada tubuhku. Sembari memakai jubah buruh yang biasa kupakai, aku berjalan keluar melalui pintu belakang bangunan dan bergegas menuju pesisir untuk menaiki boat-ku ke pulau Paradis.

Perjalanan melewati jalur laut membutuhkan waktu ±7 jam, jadi sudah dipastikan aku akan sampai di pulau itu sekitar pukul setengah delapan pagi. Dari yang kutahu jadwal penghukuman tahanan selalu diadakan pukul lima sore, itu berarti mereka pergi membawa tahanan pada pukul sepuluh pagi. Aku memiliki waktu delapan jam untuk beristirahat di dinding pesisir pulau, setelahnya mau tidak mau, siap tidak siap aku harus bertaruh di dua jam sisa sebelum malam. Aku berharap titan tidak menemuiku.

Saat diperjalanan, aku menatap laut. Berpikir apakah tindakan yang sudah kulakukan benar atau tidak. Tapi dipikir lagi inilah mimpiku, impian semenjak kecilku, dan tidak pernah goyah sampai kapanpun. Tekad ku sudah bulat, yaitu untuk berkhianat kepada Marley meski harus melanggar sumpah abdi ku untuk memakmurkan dan patuh terhadap Raja.

Tidak kusangka aku terlelap. Sinar matahari pagi hangat menyengati kulitku, dan aku membuka kelopak mataku. Terbentang dataran baru didepan sana, dataran yang sudah jelas bukanlah tanah Marley, dan itu adalah pulau Paradis. Namun, tidak seindah yang kupikirkan, pertama aku melihat kepulan asap kapal perang yang hancur di bibir pulau, kedua berdiri besar dua Shifter Titan yang cukup membuatku merinding.

"Oh sial! Mereka akan menyerangku!" gerutuku tergesa-gesa mengambil tiang dan bendera putih, buru-buru memasangnya di sisi perahu— Telat. Tangan salah satu Shifter menghantam keras melontarkan perahu ke udara dan kami pun tercebur kedalam laut. [ ]

Devotion to MARLEY, Blood of ELDIA, and TRAITOR (SHINGEKI NO KYOJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang