4. BERLAYAR

85 5 0
                                    

Penduduk ramai memenuhi salah seorang rumah tetangga. Akan ada acara doa bersama. Pak Shaleh, bapak dari Aga, Pak Abu, Pak Badr, dan lima kawan lainnya akan pergi berlayar ke daerah Srilanka untuk tugas pengiriman minyak. Sudah menjadi tradisi jika ada penduduk yang akan melakukan perjalanan jauh, mereka akan mengadakan acara doa bersama sebagai permohonan perlindungan keselamatan kepada Allah.

Pak Shaleh dan kawan kawan akan berangkat dua hari lagi dari pelabuhan. Semua awak kapal sibuk dengan segala persiapannya. Anak-anak yang ingin melihat keberangkatan mereka berseru-seru. Mereka kagum melihat kapal itu. Kapal besar terbuat dari besi yang kuat. Warnanya hijau lumut seperi kapal tentara. Di bagian depan tertulis ―Jayabaya Indonesia‖.

"Pak, itu kapal apa? Kok Nak Bayan belum pernah lihat," tanya Anak Bayan ke Bapak. Ia berada dalam gendongan bapak menunjuk-nunjuk kapal itu. Orang-orang banyak yang berlalu lalang memasukkan barang-barang seperi bahan makanan, drum-drum berisi air tawar, tali, dan segala macam perlengkapan lain.

"Itu namanya Kapal tanker," jawab Bapak.

"Kapal tanker?" Anak Bayan masih membutuhkan penjelasan. Dahinya berkerut.

"Kapal tanker itu yang fungsinya untuk mengangkut minyak dan turunannya, seperti LPG, parafin, bahan bakar pesawat, dan lain-lain. Ya kan Pak?" Sahut Anak Pesisir.

"Ya, benar. Ukuran kapal tanker sendiri bermacam-macam. Kalau yang ini beratnya sekitar 125000-200000 ton. Cukup untuk memasuki wilayah Terusan Suez. Maka dari itu namanya disebut kapal Suezmax," tambah Bapak sambil mengusap kepala Anak Bayan dan Anak Pesisir bergantian.

"Wah... keren ya Pak," ujar Anak Bayan terpukau.

"Ayo kita masuk ke dalam kapal" ajak Bapak.

"Boleh Pak?" tanya Anak Pesisir.

"Tentu saja. Bapak sudah minta izin Pak Shaleh"

Yeayy! Keduanya bersorak. Anak Pesisir segera berlari menuju kapal.

Anak Pesisir pergi ke geladak kapal. Sebelah barat hanya air. Sementara di arah timur tampak pantai dan rumah-rumah penduduk.

"Anak Pesisir!" tiba-tiba Bapak memanggil. "Jangan tergesa-gesa. Kita ke ruang kemudi."

"Ayo Pak!" serunya senang.

Beberapa saat mereka sampai di ruang kemudi. Bapak menyapa rekan-rekan yang ditemuinya, mengobrol sebentar. Anak Pesisir berdecak kagum. Di depannya terhampar ruangan yang menurutnya sangat keren. Berbeda sekali dengan kapal bapak di rumah. Kapal yang biasa dibuat mencari ikan itu sangat sederhana dibandingkan kapal ini.

Anak Bayan sudah turun dari gendongan Bapak. Kemudian, Bapak menunjukkan sesuatu. "Ini namanya GPS, Global Positioning System,"

"Apa Pak? Global Posisionn...apa pak?" ulang Anak Pesisir.

"Global Positioning System, atau yang artinya sistem pemosisi global. Ini dikembangkan pertama kali oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Sistem ini untuk menentukan posisi kita di permukaan bumi dalam bentuk koordinat lokasi . Jadi, kita tidak akan tersesat. Ketelitiannya sangat tinggi dengan bantuan sinyal satelit. Maka, harus diketahui juga apa yang menyebabkan sinyal berkurang. Yang penting, selama kita masih dapat melihat langit yang cukup luas, alat ini masih dapat berfungsi,"

"Kalau di air?" tanya Anak Pesisir.

"Kalau itu belum bisa. Mungkin nanti di masa yang akan datang saat teknologi sudah semakin maju,"

"Oh," sahutnya pendek.

"Bapak, kalau yang titik kelap-kelip ini apa Pak?" giliran Anak Bayan bertanya.

"Alat itu namanya radar. Sedangkan titik itu adalah posisi kapal kita. Radar itu bisa mendeteksi langsung jarak antara kapal dengan kapal, kapal dengan daratan, dan kapal dengan daerah berbahaya. Tercantum juga kecepatan kapal, kecepatan angin, dan punya akurasi gambar yang jelas."

"Oooo," angguknya.

"Selain itu ada juga GMDSS. Singkatannya Global Maritime Distress Safety System. Ini sistem keselamatan pelayaran secara global jika kapal dalam kondisi berbahaya, system ini akan memancarkan berita bahaya yang berisi posisi kapal, nama kapal, dan jenis bahaya tersebut secara otomatis, cepat, tepat, dan akurat. Semua alat-alat ini saling mendukung satu sama lain."

"Keren!" sahut Anak Pesisir lagi.

Bapak memegang kedua bahu anaknya. "Lusa bapak juga akan berlayar."

"Bapak akan ikut kapal ini?"

"Tidak. Ada kapal lain yang lebih kecil dari pada ini. Bapak ditugaskan untuk mengantar Kapal Jayabaya Indonesia hingga Selat Malaka. Kemudian lanjut memeriksa pulau-pulau kecil di sekitarnya," jelas Bapak.

"Sampai kapan Bapak melaut?"

"Mungkin 2-3 bulan. Semoga saja lancar jadi tidak lama," jawab Bapak lagi.

Setelah melihat-lihat ke beberapa ruang lainnya, Bapak mengajak Anak Pesisir dan Anak Bayan pulang.

Dua hari kemudian, Kapal Jayabaya Indonesia angkat sauh. Begitu pula Bapak dan tim juga berangkat dengan kapal yang berbeda. Keluarga para awak kapal berkumpul di dermaga untuk mengantarkan kepergian mereka. Saling melambai sambil menghantarkan doa. Berharap, semoga mereka kembali dengan selamat tanpa kurang suatu apapun.

Anak Pesisir, Pelaut, dan PerompakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang