2. BERLATIH DENGAN BAPAK

173 5 0
                                    

Esok hari, sepulang sekolah, SMP Tarakan. Aga menyodorkan sebuah kertas. "Lihat ini," pintanya.

Anak Pesisir pun melihat sebentar. Dipandanginya kertas itu. Pada bagian paling atas terdapat tulisan 100 MIMPIKU. Kemudian di bawahnya tertulis sederet keinginan-keinginannya yang diberi nomor dari satu hingga lima puluh.

"Apaan tuh? Ingin ke Pulau Jawa. Bermain di Dufan seperti kakak. Nilai ulangan Matematika 90. Makan Spaghetti.... "

"Berhenti! Ssstt... pelan-pelan saja. Tidak usah disebutkan seperti itu. Aku jadi malu."

"Ha...ha... ha... Kau sedang apa? Kecil sekali kemungkinan kita bisa mendapat nilai ulangan matematika 10. Sejak dulu nilai ulangan kita kan tidak jauh berbeda."

"Kau lihat? Ini adalah 100 mimpiku. Tapi, mimpi yang mampu kutulis sekarang baru sampai 50. Coba deh kau buat seperti punyaku," tawar Aga.

"Malas ah. Kapan-kapan saja," tolak Anak Pesisir.

"Ah, kau ini. Belum lihat video yang dikasih kakakku sih. Ayo ke rumahku sekarang!" ajaknya.

"Memangnya itu video apa?" tanya Anak Pesisir lagi. Ia merasa belum tertarik.

"Kisah singkat dia tentang pencapaian mimpi-mimpi yang pernah ia tulis di selembar kertas. Kata kakakku sangat inspiratif!"

"Baiklah. Lain kali saja ya. Siang ini aku harus membantu ibuku menjemur ikan tipis, dan menambak garam. Mumpung sekarang ini sedang laut pasang. Tidak apa kan?" tolak Anak Pesisir lagi. Saat ini ia tidak ingin membuat masalah lagi dengan ibunya. Masak kemarin sudah melanggar aturan, hari ini iya juga. Apalagi, tadi pagi dia terlambat. Sama seperti kemarin-kemarin.

"Ya sudah terserah kau saja. Aku tidak memaksa," ucap Aga mengakhirinya. 

Sore ini pukul lima Bapak mengajak keluarganya ke bagan. Ibu membawa beberapa sayuran dan telur. Semoga saja mereka malam ini makan besar. Jala yang tadi siang mereka rajut kini siap dipakai untuk menggantikan jaring yang rusak. Mesin perahu bapak dinyalakan. Mereka pun berangkat.

Angin berhembus cukup kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angin berhembus cukup kencang. Bulan bulat penuh, menandakan datangnya pertengahan bulan hijriyah. Ombak bergulung lembut. Sesekali membuat cipratan di sekeliling perahu. Anak Pesisir mengencangkan gelungan sarungnya, dingin.

Di ujung sana telah jelas bagan tempat mereka biasa menambak. Perahu pun dirapatkan. Satu per satu naik ke bagan melewati kayu-kayu yang jarak antar kayunya kecil. Bagan ini memiliki tinggi kurang lebih 3 meter di atas permukaan air. Sedangkan di dalam air, bagan ini memiliki tinggi 2 meter. Setelah keluarganya naik semua, Bapak memasang jaring yang baru diperbaiki. Sementara Bapak melakukan itu, Anak Pesisir menambatkan perahu mereka.

Cara kerja bagan tancap untuk menangkap ikan adalah dengan menggunakan dua lampu. Lampu pertama berada di atas bagan. Fungsinya adalah untuk menarik perhatian hewan perairan nokturnal untuk berenang ke wilayah yang bermandikan cahaya. Lampu kedua terletak di dekat permukaan laut. Fungsinya adalah untuk memfokuskan hewan-hewan tersebut di wilayah yang sudah di pasang jaring di bawahnya. Sehingga, ketika jaring yang sudah terpasang di bawah itu diangkat ke atas, hewan-hewan itu pun bisa terambil.

Anak Pesisir, Pelaut, dan PerompakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang