Hari-hari kemudian adalah hari penantian terhadap Bapak. Satu minggu, dua minggu, tiga minggu... huh.. Sudah hampir sebulan telah terlewati. Mereka menungu dengan resah.
Suatu kali ada surat dari Bapak yang dikirim melalui salah satu awak kapal yang mendarat di pelabuhan Tarakan. Dia segera memberikannya pada penduduk setempat. Dengan mudah, penduduk mengetahui nama Bapak. Untunglah nama Bapak terkenal. Jadi ia segera menyampaikan surat itu pada Ibu.
Dibukanya surat itu cepat-cepat. Tentu dengan hati berdebar-debar. Tangannya gemetar. Dibacanya lekat-lekat nama yang tertera di amplop. Kepada Nikma di kampung Nelayan, Tarakan Timur. Dari Arshad. Tulisan Bapak.
Kepada
Keluargaku di rumah
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Surat ini adalah surat pertama dari Bapak. Semoga kalian dalam keadaan sehat walafiat tidak kurang suatu apa. Sebelumnya Bapak ingin meminta maaf atas ketergesaan Bapak melaut. Ada sesuatu yang penting dan tidak bisa dijelaskan. Bapak hanya bisa cerita sedikit.
Kapal yang Bapak tumpangi masih berada di Selat Malaka. Setelah ini kapal masih akan berlayar ke arah barat melewati Samudera Hindia. Entah sampai kapan Bapak melaut. Ini seperti petualangan panjang.
Untuk Anak Pesisir, Bapak titip Ibu dan Anak Bayan. Sebagai lelaki tertua, kau harus menggantikan Bapak jika Bapak tidak ada. Tetap sekolah dengan baik. Tetap biarkan Bapak yang mengabari kalian. Waspadalah terhadap orang asing. Tetaplah percaya pada Bapak meski suatu hal buruk telah terjadi.
Kapal, 27 November 2011
Bapak
Mata Anak Pesisir dan Ibu bertemu. "Bu apa maksudnya ini?" Ibu hanya menggeleng. "Yang jelas kita harus bersabar dan tetap berdoa semoga Bapak bisa terus mengirim kabar kepada kita."
"Bu, bolehkah aku menyimpan surat ini?"
"Tentu. Jaga baik-baik.‖ Anak Pesisir mengangguk sungguh-sungguh.
Kabar dibajaknya kapal ‗Jayabaya indonesia' telah sampai di Indonesia. Perusahaan CV. Asih Putra menerima telepon dari salah satu perompak Somalia yang meminta uang tebusan, sementara awak kapalnya ditawan.
Pemimpin mereka tegang. Rapat darurat digelar. Pihak keamanan pun dihubungi. Akhirnya tersiarlah berita ini di berbagai media. Presiden dan para kabinetnya pun mengadakan rapat darurat untuk membahas langkah-langkah yang perlu diambil.
Fathir, sang pemimpin perusahaan ini cukup merasa khawatir terhadap keselamatan para karyawan, karena mereka merupakan aset berharga. Sulit menemukan karyawan yang loyal pada perusahaan. Mereka karyawan terbaik yang mereka punya. Sementara uang tebusan yang perompak itu minta mencapai jutaan dolar. Bayangkan jika dirupiahkan, bisa mencapai miliaran!
Para petinggi perusahaan itu tahu betul bahwa mereka tidak bisa mengharapkan bantuan dari pemimpin Somalia. Negara itu sering dirundung kisruh. Pembunuhan dan penculikan menjadi hal lumrah. Kekuasaan penguasa tidak berpengaruh. Mereka selalu berada di tubir jurang. Siap dikudeta kapan saja.
"Tolong sebutkan sejarah orang-orang yang pernah dibajak perampok Somalia," sahutnya sebagai permulaan rapat.
Haris, sang sekretaris yang memegang dokumen penting segera angkat bicara.
"16 Desember 2008. Kapal TB Masindra 7 berbendera Malaysia mempekerjakan 11 ABK asal Indonesia. Dibajak di lepas pantai Yaman. Kapal ini sedang dalam perjalanan menuju Malaysia. Delapan bulan kemudian seluruh awak kapal dilepaskan setelah pemilik kapal membayar uang tebusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Pesisir, Pelaut, dan Perompak
Abenteuer(COMPLETED) *Rank 140 301117 Di tengah laut. Kanan kiri air. Arshad sedang berada di ruang kemudi. Ia berada di Selat Malaka bersama komplotan bajak laut. Mereka sedang mengintai kapal nelayan yang akan lewat sambil memeriksa keamanan di selat terse...