Dan di sinilah sekarang, di kamar luas nan elit Je terperangkap. Ia kebingungan mencari cara untuk bisa kabur dari sana.
Melompat lewat jendela? Mustahil. Jendela langsung menghubungkan ke lantai bawah. Orang-orang di bawah sana terlihat sangat kecil seperti laron, artinya ia berada di ketinggian yang luar biasa.
Kenapa nasibnya sial sekali? Pergi dari rumah niatnya mau merayakan pesta ulang tahun Odi, tapi malah masuk ke pesta Justin. Sudah beli gaun mahal demi ikut menghadiri pesta Odi, tapi malah kacau.
Entah kebetulan atau takdir, nasib mempertemukan Je dengan singa kelaparan.
Sebentar lagi, ia tentu akan menjadi mangsa singa jika singa tersebut sudah sadar.
Je ingin menggunakan intercom, tapi sepertinya intercom tersebut bermasalah. Terbukti tidak tersambung ketika sudah dipencet beberapa kali.
“Heloow… Any body? Help me, please!” Je berteriak sembari mengguncang-guncang knop. Barangkali ada yang melintas di luar.
Je menempelkan telinga ke pintu. Sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Astaga, ia harus berbuat apa? Je panik. Dan ia menerima pesan dari Odi setelah itu.Sori Je, salah alamat.
Bukan hotel Mekar Sari,
tapi hotel Indah Sari
“Odiiiiiiiiiii….” Je rasanya ingin menelan hapenya bulat-bulat.Telat! Untuk apa Odi memberitahukannya? Ia sudah nyasar di kandang singa, untung sekarang masih hidup dan tidak kenalan dengan liang lahat. Yang jelas, ia tidak akan mungkin lagi menghadiri pesta ulang tahun Odi.
Jantungnya berpacu kencang saat dipundaknya terasa hangat sentuhan sebuah tangan. Je menoleh dan menjerit saat mendapati Justin sudah berdiri tegap di sana.
Dengan sigap, Justin menangkap kedua tangan Je dan menyatukannya ke belakang. Gerakan Justin begitu cepat hingga membuat Je tidak bisa berkutik.
Kapan pula lelaki itu sadar? Je merinding membayangkan Justin di belakangnya yang siapa tau akan melakukan hal-hal buruk kepadanya.
Justin mendorong tubuh Je hingga tertelungkup di atas ranjang, masih dengan kedua tangan di bekuk ke belakang. Justin menduduki di atasnya dan tersenyum licik.
“Kau sudah membuat pestaku hancur, mempermalukanku, mencoreng nama baikku. Sekarang kau harus membayarnya. Kurasa ini saja tidak cukup.”
“Ayolah, aku akan menuruti semua kemauanmu, tapi jangan hancurkan masa depanku. Jangan perkosa aku!”
“Perkosa endasmu!”
“Lah, endas kok diperkosa?”
Justin semakin geram dengan perkataan Je.
“Heh, yang mau perkosa kamu juga siapa? Kau pikir aku doyan sama perempuan keturunan alien kayak kamu? Ngeliat aja udah nek.”
“Jangan ngeles, itu tadi kamu buka ikat pinggang mau ngapain kalau bukan mau melorotin celana?”
“Aku mau mencambukmu.”
Je merasa geli. Pikirannya terlalu buruk. “Dicambuk pakai duit mau, Ntin.”
“Apa itu Ntin?”
“Iya, itu kan namamu. Puntin.”
“Astagaaa… Justin, bukan Puntin. Kamu ini makhluk astral dari mana, sih?” Justin hampir saja mengacak-acak rambut Je.
“Kalau aku kasih tau, nanti kamu datengin ke sana. Enggak aku nggak mau kasih tau. Tempat tinggalku terlalu berharga untuk diketahui.”
“Hei, bisa nggak kalau ngomong itu yang bermanfaat?”
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOVE OF A PRISONER
Ficção AdolescenteGenre : Fiksi Remaja. Siapa yang nggak kenal Justin? Gayanya beeeuuuh bikin cewek gedeg. Memang sih dia tajir dan ganteng, tapi playboy maaak. Udah gitu rekor dalam sederet catatan kriminal. Hadeeuh... Justin, pemilik mata gelap dan alis tebal meng...