"Yeeeey..."
Seluruh siswa kelas dua belas yang berkumpul di lapangan menjerit histeris sesaat setelah seorang guru mengumumkan melalui mikrophone bahwa semuanya lulus.
Berbagai macam ekspresi tergambar di wajah-wajah mereka yang telah lulus. Ada yang menangis terharu sambil berpelukan, ada yang menjingkrak-jingkrak, ada yang bergandengan tangan lalu membentuk lingkaran dan berputar-putar, para cowok beda lagi, mereka terlihat saling dorong dan saling tinju sambil tertawa-tawa, saling acak rambut lawan, dan lain sebagainya.
Pantas saja tak seorang pun guru yang terlihat murung, semuanya cerah bersahaja sejak sebelum pengumuman diumumkan. Dan inilah dibalik keceriaan wajah mereka sejak tadi, tidak satu pun anak didik mereka yang gagal.
"Eh, lo ngapain ikutan di sini? Bukannya lo yakin pasti lulus? Kenapa ikutan nungguin pengumuman?" tanya Odi yang berdiri di sisi Je diantara siswa lainnya yang tengah berkumpul.
Je hanya tersenyum menanggapi Odi.
Suara riuh anak-anak meredam bahkan langsung senyap begitu Pak Dede mengatakan kalau Kepala sekolah akan menyampaikan pidato singkatnya.
Disaat Bapak Kepala sekolah berdiri di hadapan para siswa, tepat di depan tiang mikrophone, semua mata memandang lurus ke wajahnya. Situasi benar-benar senyap hingga suara sepatu Bu Tiar yang berjalan di teras pun terdengar begitu nyaring.
Tepat pada saat Kepala sekolah menyampaikan pidatonya, tidak ada siswa yang bersenda gurau, tidak ada yang saling bisik, juga tidak ada yang tertawa. Benar-benar hening. Sepertinya mereka menyadari bahwa hari ini adalah hari terakhir bakti mereka sebagai siswa SMA Talenta pada Kepala Sekolah. Mereka tidak mau memberi kesan buruk di hari-hari seperti sekarang.
Inti pidato Kepala Sekolah hanya satu, jadilah manusia yang berguna dan gigih dalam menuntut ilmu, karena ilmu akan terus berguna untuk kehidupan, baik untuk diri sendiri, keluarga, atau lingkungan sekitar hingga maut menjemput.
Sepanjang kepala sekolah berpidato, Je bengong sendirian diantara para siswa lain yang berbaris. Entah kenapa dia terpikirkan Justin. Pria yang dulunya berhati dingin itu, kini telah berubah hangat dan bahkan rela mengorbankan kebahagiaannya demi Yosan. Sejak kejadian di bandara itu, Je tidak bertemu dengan Justin. Padahal mereka satu rumah. Tapi Je kesulitan menemukan Justin. Hampir seluruh rumah ditelusuri, Justin tetap tidak ditemukan. Justin mendadak hilang entah kemana. Je juga tidak menemukan Justin ketika membereskan kamar pria itu. Bolak-balik keluar masuk kamar Justin, namun kamar itu terlihat bersih dan rapi, tidak tersentuh. Artinya Justin tidak menghuni kamarnya. Dan anehnya timbul keinginan Je untuk bertemu pria itu. apa itu artinya Je kangen? Padahal baru sehari mereka tidak bertemu.
Bapak Kepala sekolah menyudahi pidatonya dan Je langsung menerobos ke depan menyalaminya. Beberapa anak lainnya ikut menyalami. Odi, si tukang ngintilin itu juga terus mengikuti Je.
Sebagian lainnya pada bubar dan pulang.
Je mendekati Bu Tiar yang berdiri di teras tengah menatap tingkah laku anak-anak dengan tangan menyilang di dada.
"Bu!" panggil Je membuat pandangan Bu Tiar beralih ke wajah Je yang kini sudah berada di hadapannnya.
"Ya?" Bu Tiar menaikkan alis.
"Makasih, berkat Ibu yang galak, saya jadi lebih berani, lebih gigih dan kuat." Bagi Je, guru yang mendidik siswa dengan keras justru membentuk kekreatifan dan pribadi yang kuat.
Odi yang berdiri di belakang Je tak luput mengernyitkan dahi. Bagaimana mungkin Je malah menyanjung guru galak itu?
"Justru kami dari pihak sekolah yang berterima kasih sama kamu, siswa sepertimu mengharumkan nama sekolah." Bu Tiar mengelus lengan Je yang berbalut seragam putih. "Kamu harus bersekolah, lanjutkan pendidikanmu. Jangan sampai putus di tengah jalan. Gunakan sebaik-baiknya bea siswa yang kamu dapatkan. Kami di sini selalu menunggu kabar darimu. Kalau kamu butuh bantuan, atau terkendala uang, Ibu dan guru-guru yang lain siap membantu. Jadi jangan sungkan untuk mengadu."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOVE OF A PRISONER
Ficção AdolescenteGenre : Fiksi Remaja. Siapa yang nggak kenal Justin? Gayanya beeeuuuh bikin cewek gedeg. Memang sih dia tajir dan ganteng, tapi playboy maaak. Udah gitu rekor dalam sederet catatan kriminal. Hadeeuh... Justin, pemilik mata gelap dan alis tebal meng...