Time 2: The Days After Later
Hari ini embun pagi terasa sejuk membasahi jendela rumahku. Aku mendengar burung-burung pipit terbang berkicauan melewati atap rumahku, terasa sangat sejuk dan segar hingga merasuk ke dalam sum-sum tulangku. Entahlah, Aku tidak tahu apakah suasana pagi hari memang seperti ini? Yah, aku memang tidak terbiasa untuk bangun pagi, sih.
Tapi semuanya berubah semenjak kejadian di UKS itu.
Kini setiap paginya aku merasa memiliki semangat yang besar untuk melangkahkan kakiku pergi menuju sekolah. Bagaikan terlahir kembali, aku jadi memiliki sebuah alasan utama untuk bisa giat pergi ke sekolah.
Sekolah yah? Hmm...
Jujur, Aku sama sekali tidak memiliki kenangan yang baik setiap kali berada di tempat itu. Hari-hari yang aku lalui disana selalu terasa begitu membosankan dan hanya sekedar berlalu. Aku juga tidak benar-benar memiliki teman disini. Mereka itu memang baik sih kepadaku tapi hanya untuk urusan meminjam PR dan kegiatan sekolah yang menguntungkan mereka.
Karena itulah...
Aku... Aku merasa cuma diperalat saja oleh mereka aja di tempat itu. Aku penasaran apakah aku memang tidak layak untuk memiliki teman di sekolah ini?
Hmm, Sebagai tempat untuk belajar, katamu?!
Huhh... Maafkan aku untuk mengatakan ini, yah!.
Tapi jika kalian mau mengatakan bahwa sekolah adalah tempat untuk belajar maka itulah yang menjadi alasan utamaku untuk tidak mau pergi ke sekolah. Aku sama sekali tidak butuh sekolah untuk belajar, tanpa itu juga aku sudah menguasai semua materi pelajaran sekolah dengan cara belajarku sendiri di rumah. Bagiku, tidak ada satupun guru di sekolah ini yang sanggup mengajariku atau menandingi kecerdasanku.
Yah, mau bagaimana lagi?! Aku memang terlahir dengan bakat pintar sejak dari lahir. Aku selama ini juga tidak pernah gagal meraih ranking teratas di setiap ujian sekolah, (Hari ujian, mungkin itulah satu-satunya waktu dimana aku datang ke sekolah) karena itulah tidak ada satu orang pun yang berani menegurku meskipun aku tidak datang ke sekolah.
Gehehe... Yah, Aku tahu sekarang kenapa mereka tidak berani menegurku?!.
Itu karena bagi mereka diriku ini adalah aset sekolah yang berharga untuk dipamerkan kepada sekolah-sekolah lainnya. Mereka pasti berusaha keras untuk 'memanjakanku' sehingga tidak pindah sekolah lain jadi karena itulah mereka tidak berani macam-macam untuk memarahiku. Tapi, terserah mereka lah.. Aku juga tidak peduli dengan hal semacam itu selama mereka tidak mengusik kehidupan pribadiku di rumah.
Akan tetapi pertemuanku dengan dia itulah yang pada akhirnya mengubah segalanya.
Banyak orang percaya bahwa di setiap era selalu ada masa akhirnya, demikian juga dengan hari kebebasanku baru-baru ini telah lenyap kepala kepala sekolah SMA Otonokizaka yang baru, Mrs. Minami memerintahkan wali guru kelas untuk membujukku supaya mau datang ke sekolah kembali. Sampai saat ini mungkin sudah lebih dari lima belas kali, wanita tua itu datang ke rumahku dan setiap kali guru wali kelasku itu datang ke rumah maka aku akan sengaja menutup pintu rumahku rapat-rapat atau segera mengusirnya pergi.
Hingga pada suatu hari di tengah hujan sore yang lebat ada seseorang yang berulang kali memencet bel pintu rumahku tidak sabaran. Aku yang merasa terganggu menjadi penasaran untuk menengok ke luar jendela dari kamarku yang berada di lantai 2 dan aku terkejut ketika mengetahui bahwa orang itu bukanlah guru wali kelasku melainkan seorang wanita muda berambut hitam biru gelap panjang yang tampak basah kuyup sedang berdiri menggigil menahan hawa dingin hujan yang menerpa kulitnya karena tidak memakai payung di depan pintu rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Teacher (SELESAI)
FanfictionKarna saya ngetiknya lewat hp jadi nanti dulu aja deskripsinya yah. ????