20 tahun kemudian...
Delia merasa jengah karena 20 tahun hidupnya tak sekalipun ia melihat bagaimana tampak lingkungan di luar kastil. Ibunya selalu melarangnya, bahkan hanya untuk keluar sebentar saja. Ibunya takut jika ayahnya akan menemukannya.
Kini, Delia sudah dewasa. Ia tumbuh menjadi perempuan yang sangat cantik, luar dan dalam. Tak ada satupun cacat atau kekurangan pada fisiknya. Begitupun dengan hatinya. Delia memang tumbuh dewasa di dalam pengawasan ibunya. Tapi ia sama sekali tidak seperti ibunya. Jika ibunya sangat dingin dan pemarah, ia justru sangan ramah dan baik hati. Ia bahkan tak pernah sama sekali menggunakan kekuatannya untuk menyakiti orang lain. Ia hanya menggunakan kekuatannya untuk penyembuhan.
Hari ini, dengan tekat yang kuat, saat ibunya sedang tidak berada di kastil, Delia kabur keluar kastil. Setelah keluar dari kastil Delia tertegun melihat hamparan tanah yang tertutupi salju dengan pepohonan besar yang tumbuh diatasnya. Serius, Delia belum pernah melihat pemandangan seperti ini sedekat ini. Biasanya ia hanya melihatnya dari puncak menara kastil.
Jika kalian bertanya bagaimana bisa Delia keluar dari kastil tanpa ada penjaga yang menghalanginya, jawabannya adalah karena memang Delia ahli di bidang pengobatan. Apa hubungannya? Delia membuat ramuan tidur yang ia bakar dan asapnya ia tiupkan pada para penjaga.
'Kenapa tidak dari dulu ya aku melakukannya?' ucap Delia dalam hati.
Dulu, memang Delia akan selalu menuruti apa yang ibunya katakan. Tapi, sekarang ia sudah dewasa. Ia lelah terus-terusan diatur.
Beberapa saat kemudian kastil kerajaannya sudah tak lagi terlihat sedikitpun. Delia memang agak panik, tapi tekatnya sudah bulat. Ia akan melanjutkan perjalanannya sampai ia menemukan kerajaan para vampire yang menurut ibunya sangat terlarang untuk di datangi.
"Aku kan juga vampire, walaupun hanya setengah," gumamnya sambil terus berjalan.
Tiba-tiba suara seorang perempuan yang sepertinya dalam bahaya tertangkap oleh telingga Delia, "Ampun tuan... Aku hanya sedang mencari kayu bakar, tolong lepaskan aku."
"Apa kau bercanda? Aku sedang haus!" Bentak seorang lelaki yang membuat Delia terkejut. Sejurus kemudian Delia memberanikan diri untuk mendatangi arah suara itu. Ia terkejut saat melihat seorang gadis cantik yang di cekik oleh seorang laki-laki yang memi-- Tunggu! Laki-laki itu vampire?!
Lelaki itu mendekati leher si gadis dan bersiap menancapkan taringnya.
Tiba-tiba saja tubuh lelaki itu terdorong ke samping sehingga taringnya tak jadi menancap pada gadis itu.
Lelaki itu sedikit terkejut mendapati dirinya di dorong oleh seorang gadis cantik berambut coklat.
"Siapa kau?! Berani-beraninya!" Ucap sang lelaki sambil membenarkan jubahnya. Sorot matanya begitu tajam.
Delia memberi aba-aba agar gadis tadi pergi.
"Hei! Mangsaku!" Grutu sang lelaki.
"Vampire bodoh," ucap Delia dengan entengnya.
"Apa katamu?!" Bentak lelaki yang sampai saat ini tak diketahui namanya itu.
"Ck, kau mendengarnya tuan vampire," balas Delia sambil memutar bola matanya.
Lelaki itu mendekat, tidak, bukan dekat, tapi sangat dekat! Delia terkejut.
"Kau ini siapa, huh?! Aku tidak pernah melihat vampire sepertimu di klan manapun," Tanya sang vampire.
"Aku hanya manusia biasa," ujar Delia sambil mendongak menatap pria asing di depannya.
Pria itu semakin mendekat sehingga menyisakan jarak beberapa senti di antara mereka. Ia seperti mengendus Delia.
Sungguh aneh...
"Tidak, bau mu tidak seperti manusia," ujar si vampire.
"Aku ini memang manusia, kau saja yang sok tau," bantah Delia.
Lelaki vampire itu mendekatkan wajahnya pada wajah Delia. Di lihatnya bibir ranum merah muda yang menggoda milik Delia.
Delia tahu apa yang akan dilakukan lelaki itu dengan senyuman liciknya. Ketika ia semakin mendekat, tanpa disangka Delia mendorongnya hingga terpental agak jauh. Bukan hanya itu, tangan lelaki itu membeku seketika. Seperti baru saja di sihir oleh Delia.
"Sudah kuduga, kau bukan manusia," ucap sang vampire sambil tersenyum miring.
"Apa semua vampire tidak sopan sepertimu, huh? Pantas saja ibuku tidak memberikan izin untuk datang ke wilayah para vampire," ucap Delia sedikit jengkel.
"Itu hanya caraku untuk memastikan, sayang," ujar sang lelaki.
"Menjijikan," jawab Delia singkat.
"Tapi, apakah kau sang ratu es?" Tanya lelaki itu tadi.
Delia hanya memincingkan matanya, "Bukan urusanmu."
"Uhm, bisakah kau mencairkan es ini sekarang juga?" Pinta sang lelaki vampire itu.
"Bukan begitu cara kerjanya, kami tidak mencairkannya. Tapi, menghancurkannya," balas Delia seraya menggenggam tangannya lalu melepaskan genggamannya sehingga es yang ada di tangan di vampire hancur seketika.
"Terimakasih, namaku Walter," ucap vampire itu.
Delia menghembuskan napasnya, "Delia."
"Delia? namanya yang bagus," balas lelaki itu.
"Untuk apa kau datang ke hutan ini?" Lanjut Walter.
"Aku sedang mencari kerajaan vampire, hanya iseng," jawab Delia.
"Untuk apa kau kesana?" oceh Walter.
"Tidak ada. Hanya ingin melihat-lihat saja," jawab Delia santai.
"Bagaimana jika aku mengantarmu ke kastilku? Aku akan membawamu dengan aman kesana," tawar Walker pada Delia.
"Dalam mimpimu, tuan vampire," balas Delia.
Sesaat kemudian, Delia melanjutkan perjalanannya. Saat itu juga, Walter sudah tak berada di tempat mereka bertemu tadi.
Amatir bgt y bikin2 cerita vampir, ngapain jg elah:(
Semoga suka d tapinya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
ACHLYS
Vampire[ON GOING] Joanna sang ratu es jatuh cinta kepada Alexis sang vampire, begitupun sebaliknya. Akhirnya, mereka menikah dan memiliki anak bernama Delia. Delia memiliki darah campuran dari kekuatan es dan kekuatan vampire. Suatu hari, Joanna melihat p...