again

62 9 0
                                    

"Tidak semudah itu, ibunya akan sangat marah, ia ratu Faye," ujar Hera sambil mengusapkan isi botol tersebut ke tengkuk Delia.

---

Joanna melihat semua itu, jangan pikir ia hanya berdiam diri saja. Joanna tahu kalau suatu hari kejadian seperti ini akan menimpa Delia, bahkan akan lebih buruk lagi.

Delia harus menikah dengan vampire Hyrus asing itu. Setidaknya, cara itu yang paling aman. Tapi mustahil untuk Joanna memberi izin padanya.

Saat ini adalah saat yang tepat untuk Joanna bertemu dengan Alexis. Joanna belum siap untuk hal itu, bukan mencemaskan diri sendiri, tapi mencemaskan Delia.

Delia yang merupakan putri sah sekaligus putri pertama Alexis akan menjadi ratu dimasa mendatang. Tapi semua itu berubah ketika pengkhianatan Alexis menghasilkan seorang putri baru yang saat ini akan menggantikan posisi Delia.

Joanna tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali, karena Joanna lebih senang jika Delia menjadi ratu Faye berikutnya.

Entah Alexis masih mengingat dirinya dan Delia atau tidak, Joanna sudah tidak peduli.

---

"Evan, hanya Delia dan dirimu Hyrus yang tersisa saat ini, ku pikir kau sudah tahu hal itu," ucap Hera seraya menghela napas berat.

Evan terbangun dari lamunannya, "Aku tahu bahwa para klan Hyrus sudah dibunuh beribu-ribu tahun lalu."

Hera mengangguk, "Ya, dan hanya kau satu-satunya Hyrus yang dapat menyelamatkan Delia. Jika tidak, Delia akan menjadi Revenant, dan hanya kau Hyrus yang tersisa nantinya."

Evan tak terlihat terkejut sama sekali, "Maka dari itu, aku harus melakukannya untuk Delia."

"Evan, Delia bukanlah siapa-siapa bagimu, kenapa kau harus melakukan ini untuknya?" tanya Hera heran.

"Kau tidak tahu kebenarannya, lebih baik segera siapkan ritualnya," balas Evan yang beberapa saat kemudian hilang dari pandangan Hera.

Disinilah ia berakhir, dipeti ibunya. Selalu seperti ini jika ia memiliki masalah.

Evan ingat betul perkataan sang ibu yang sampai saat ini menjadi alasan satu-satunya untuk tetap melindungi Delia.

-Flashback on-

Ia mengusap lembut rambut putranya yang bersandar dibahunya. Tak ada lagi alasan untuknya tersenyum selain anak laki-laki yang bersandar padanya ini.

Ia mencoba menguatkan hatinya untuk tetap disini, untuk tetap bersama putranya.

Putranya sudah beranjak dewasa, anak laki-laki itu pasti tahu alasan ibunya melakukan hal ini.

'Evan pasti akan mengerti' ucap wanita itu berkali-kali dalam benaknya.

"Evan..." panggil sang ibu lembut.

Yang dipanggil pun mendongak bangkit dari sandaran ibunya, "Ya, ibu?"

"Kau harus tahu, ibu tak selamanya bisa menjadi sandaranmu, tak selamanya bersamamu," ucap sang ibu.

"Aku mengerti, tapi kenapa kau mengatakan itu?" tanya sang anak kebingungan.

Ibunya tersenyum, senyumannya selembut kelopak mawar, "Hanya kau dan Delia yang selamat sejak perang itu terjadi, kalian adalah sisa-sia Hyrus terkuat yang berada disini."

"Kau pernah mengatakan itu kepadaku sebelumnya. Tapi, siapa itu Delia?" tanya anak itu lagi.

"Kau tahu hutan salju yang berada dibalik gunung kan?" tanya ibunya balik.

"Tentu saja, salju abadi disana, bukan?" ucap anak itu memastikan.

"Ya, putraku. Dulu, aku dan Joanna adalah Faye yang terkuat, orang tua Joanna adalah pemimpin kaum Faye sebelum kakek dan nenekmu. Setelah aku menikah dengan ayahmu, Joanna juga menikah dengan suaminya. Kami berdua melanggar peraturan kerajaan, menikah dengan Revenant. Tak lama kemudian, perang besar terjadi, Revenant memusnahkan semua Hyrus karena mereka tahu bahwa klan Hyrus akan berkuasa. Aku yang saat itu sedang mengandung, tidak tahu bahwa anakku kelak akan menjadi seorang Hyrus, yang berarti akan dimusnahkan juga oleh para Revenant. Begitupun dengan Joanna, putrinya juga merupakan Hyrus. Delia, putri Joanna adalah Hyrus yang harus kau lindungi kelak, putraku," jelas ibunya.

"Apa aku dan Delia akan dimusnahkan? Bagaimana jika mereka mengetahui keberadaanku dan Delia?" tanya anak itu khawatir.

Ibunya menghela napas berat, "Ku harap tidak akan seperti itu. Maka dari itu, aku tak mengajarimu cara menggunakan kekuatan es, walau didalam dirimu ada jiwa Faye. Jika aku melakukannya, ayahmu dan kaumnya tak akan tinggal diam."

"Ibu, kau bilang ayah sangat menyayangiku, bagaimana mungkin ayah tega membunuhku?" tanya anak itu.

Ibunya menundukkan wajah, "Ayahmu salah satu pemimpin Revenant, Evan. Revenant tak mengenal ampun, untuk siapapun. Terlebih kau adalah Hyrus."

"Ibu, aku akan baik-baik saja, kau sendiri yang bilang bahwa aku anak yang kuat, dan aku akan melindungi Delia seperti perintahmu," balas anak itu sambil tersenyum tulus.

Bulir-bulir air mata yang berubah menjadi butiran es jatuh diwajah ibunya. Ibunya menangis, "Seharusnya aku tak melanggar peraturan, seharusnya aku tak menikahi ayahmu. Ini semua salahku."

Anak itu memeluk ibunya dengan semua kasih sayang yang dapat ia berikan.

Pelukan terakhir dari Evan untuk ibunya.

-Flashback off-

Evan tahu ibunya selalu ada disisinya. Evan dapat merasakannya.

Sejak pertama kali bertemu Delia, perasaannya bergejolak, ia bingung harus senang karena bertemu gadis yang selama ini ia cari atau justru takut karena mulai saat itu berarti ia harus melindungi gadis itu seperti perintah ibunya.

"Evan..." suara lembut seorang gadis membangunkan Evan dari lamunannya.

"Giana?!" ucap Evan dengan rahang mengeras.





Tbc...

ACHLYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang