11

13.5K 981 60
                                    

"Ali lepasin gue" Ali sama sekali tidak menghiraukan Prilly

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ali lepasin gue" Ali sama sekali tidak menghiraukan Prilly. Ali kecewa, tadi saat dia sedang meeting tiba-tiba saja satpam masuk dan memberitahukanya bahwa Prilly bertengkar dengan Sania. Keberadaan Ali ternyata tidak berpengaruh, Sania dan Prilly masih saling menjambak.

"Ali lepasin" Prilly berusaha melepas genggaman tangan Ali.

"Bisa diam!" Ali berhenti lalu mengeluarkan nada tingginya terhadap Prilly.

Mata Prilly berkaca-kaca, Ali yang selalu lembut pada dirinya sekarang berubah. Hanya karena wanita itu dia malah jadi membentak dan menyalahkan Prilly. Prilly kembali ingat pada kejadian tadi, dimana Ali sangat membela Sania di bandingkan dirinya. Sakit, itulah yang dia rasakan. Hatinya begitu sakit melihat Ali begitu membela Sania dan menyalahkan dirinya atas apa yang sudah terjadi.

FlashBack

"Berhenti!!!" Prilly dan Sania berhenti untuk saling menjambak tapi mereka masih saling menatap dengan sinis.

"Kalian ini kenapa? Kalau ada masalah di selesaikan secara baik-baik, bukanya seperti anak kecil begini."

"Prilly yang memulai semuanya, dia gak suka ngeliat gue dekat sama lo, dia cemburu ngeliat perhatian lo ke gue tadi padahalkan itu wajar aja karna gue sahabat lo." Prilly tidak terima dengan cerita bohong yang baru saja Sania ucapkan.

"Dia bohong! Dia bohong Ali! Dia cuman pura-pura sakit supaya bisa dekat sama lo." Ali menghela nafasnya kasar, ntah bagaimana caranya agar mereka akur.

"Gue gak bohong, ini semua benar. Untuk apa gue bohong tentang kesehatan gue, gue benar-benar sakit kalau gak percaya silahkan kalian tanya sendiri ke dokter yang udah mendiagnosis penyakit gue." Ali merasa tidak enak pada Sania, Sania kembali bersedih mengingat penyakit yang di deritanya.

"Maafin Prilly, dia salah paham." Prilly menatap Ali sangat tajam. Apa maksudnya dia lebih mempercayai Sania? Ali sudah masuk dalam permainan Sania dan Prilly tidak akan membiarkannya begitu saja.

"Lo harus percaya sama gue.." Prilly menyentuh kedua bahu Ali, matanya menatap dalam mata Ali.

"Sania cuman pura-pura sakit, lo tau kenapa dia pura-pura kayak gini? Alasanya adalah supaya dia bisa dapatin perhatian lo Ali, supaya dia bisa dekat sama lo..dengan begitu dia dapat dengan mudah ngerebut lo dari gue, dia mau lo sama dia bukan sama gue." Ali kembali menghela nafasnya, tanganya terulur untuk menyentuh kedua bahu Prilly, kini keadaanya menjadi berganti.

"Dia beneran sakit, aku udah ngeliat hasil pemeriksaan dia. Jadi aku mohon, jangan bertingkah seperti anak kecil lagi." Ali menekankan kalimat terakhir yang di ucapkannya.
Prilly menyingkirkan tangan Ali dengan kasar, air matanya keluar karna ternyata Ali lebih mempercayai Sania.

"Lo bilang gue kayak anak kecil?"

"Lo itu bodoh! Bahkan sangat bodoh! Dengan mudahnya lo percaya sama dia, lo tau gak? Dia itu udah bohongin lo, dia itu bohong! Semua yang dia bilang itu bohong! Gak ada satupun yang benar! Gue dengar sendiri rencana licik yang dia ciptain."

"Udah stop!" Ali meninggikan suaranya.

"Lo kenapa jadi kayak gini ha? Dia beneran sakit, gue udah bilangkan kalau gue ngelihat hasil pemeriksaan dia. Kenapa lo itu susah banget buat di bilangin! Please..gak usah keras kepala, gak usah egois kayak gini." Tangis Prilly semakin pecah karna Ali membentak dirinya dan menganggap dia egois. Ali bahkan kembali menggunakan bahasa lo dan gue kepada dirinya. Hanya karna Sania Ali jadi seperti ini terhadap dirinya.

Ali menarik tangan Prilly menjauh dari semua orang yang menyaksikan kejadian ini.

Off

"Gue bisa pulang sendiri." Prilly mulai melangkah pergi dari hadapan Ali.

"Arrgghh..." Ali menendang ban mobilnya sendiri, Ali menyesal karna sudah membentak Prilly. Seharusnya tadi Ali memberi pengertian secara baik-baik pada Prilly bukanya membentak Prilly seperti tadi.

"Maafin aku Prill." Ali memasuki mobilnya, dia akan menyusul Prilly pulang untuk meminta maaf.

***

"Mama...." Prilly memeluk mama Ully dengan erat, ia menumpahkan tangisnya di pelukan itu.

"Kamu kenapa nak? Kenapa nangis gini?" Mama Ully merasa bingung kenapa putrinya menangis seperti ini.

"Kamu ada masalah sama Ali?" Mama Ully menerka-nerka penyebab Prilly menangis. Prilly melepaskan pelukanya lalu mengusap air mata yang sedari tadi tidak berhenti menetes.

"Aku benci Ali ma, aku gak mau sama dia lagi." Mama Ully tidak mengerti, sebenarnya apa yang sudah terjadi antara putri dan menantunya.

Ting..nong..

"Mama bukain pintu dulu ya.." Prilly mengangguk tanda setuju.

"Ali.."

"Prilly?" Mama Ully menganggukkan kepalanya, ia mengerti maksud dan tujuan Ali datang dan menanyakan keberadaan Prilly.

"Kamu selesaikan masalah ini dengan baik ya, mama gak mau ngelihat kalian kayak gini." Mama Ully memberikan senyumnya lalu pergi membiarkan Ali untuk menyelesaikan semuanya.

Ali mulai melangkah masuk, langkahnya terhenti saat melihat Prilly duduk termenung di sofa ruang tamu. Ali mulai mendekat, Prilly yang menyadari keberadaan Ali langsung menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"Ngapain lo?" Tanya Prilly ketus.
Ali mendekat dan duduk di samping Prilly.

"Tadi aku kerumah tapi kamu gak ada makanya aku langsung kesini karna aku tau kamu, kamu pasti pergi ke mama kamu kalau lagi ada masalah." Ali menarik kepala Prilly agar bersandar pada bahunya.

"Maafin aku ya karna tadi udah kasar sama kamu." Nyaman, itulah yang dia rasakan. Prilly memejamkan matanya untuk menikmati rasa nyaman ini.

"Aku bukanya gak percaya sama kamu tapi tadi itu aku ngeliat sendiri hasil pemeriksaanya. Atau gini aja deh, besok kita bawa Sania ke rumah sakit lagi untuk melakukan pemeriksaan ulang biar semuanya jelas."

Hening..

Tidak ada respon yang di tunjukkan Prilly. Ali rasa mungkin Prilly masih marah padanya.

"Tidur...?" Ternyata Prilly tertidur, Ali mengamati wajah teduh milik Prilly. Ia menghapus sisa air mata yang masih ada.

"Prilly tidur?" Ali mengangguk menjawab pertanyaan dari mama Ully.

"Malam ini kalian nginap aja ya," Ali kembali mengangguk lalu mengangkat tubuh Prilly untuk membawanya ke kamar.

Ali menaiki anak tangga menuju kamar, ia mulai melangkahkan kakinya kedalam kamar yang bertema doraemon, ini adalah kamar Prilly. Ali pikir setelah menikah kamar ini akan berubah tapi ternyata tidak, kamar ini sama saja seperti dulu saat mereka belum menikah.
Ali membaringkan Prilly ke ranjang, ia mengelus pucuk kepala Prilly lalu mengecup keningnya. Rasanya ia sangat menyesal karna harus membentak di Prilly di keramain seperti itu, kejadian tadi pasti sangat memalukan bagi Prilly. Ali menyesal karna telah mempermalukan Prilly seperti itu, orang-orang kantor pasti sedang bergosip tentang kejadian tadi tapi biarkan saja mereka bergosip kalau nanti sampai mereka kedapatan bergosip sudah di pastikan Ali akan langsung memecat mereka karna sudah berani menggosipkan atasannya.

.................

Oke fix, ini kelamaan banget aku updatenya😂

Masih adakah pembaca cerita ini😂 atau sudah hilang semua ya karna terlalu lelah menunggu cerita ini 😂

Maaf ya udah buat kalian nunggu lama😊

Suamiku Mantan PacarkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang