Happy reading!
***
Sudah dua minggu sejak Kayla keluar dari rumah sakit. Sejak mama Justin tau menantunya hamil, dan betapa antusias dia menyambut kehadiran cucunya. Bahkan jauh lebih antusias dibanding Justin dan Kayla sendiri.
Hampir tiap hari mama Justin mengirim pernak pernik seputar bayi. Sebetulnya wajar, mengingat itu cucu pertama dari anak semata wayangnya. Namun menjadi tidak wajar jika itu datang hampir tiap hari, dan dalam jumlah yang banyak. Belum lagi kado dari kerabat Justin yang lain, Ana, Sandy, dan para kolega Justin.
"Aku pulang, Kay", sapa Justin begitu masuk pintu rumahnya.
"Aku di sini!" teriak Kayla, berharap suaranya sampai sebelum dirinya.
Justin melangkah menuju kamar, tapi tak mendapati Kayla di sana.
"Kay!" panggil Justin.
"Kamar bayi...", Kayla menyahut.
Justin mendapati Kayla sedang berjongkok saat membuka pintu kamar bayi. Kamar yang sekarang mempunyai warna dinding biru segar, dan sedikit meriah dengan adanya banyak ornamen.
"Ngapain kamu, Kay? Kenapa ga nyuruh Bi Sani, tadi", kata Justin heran, seraya membantu istrinya duduk lagi di kursi roda.
"Bentar, Jus. Tanggung...", tolak Kayla, masih berusaha merapikan tumpukan kardus di laci lemari.
"Ck. Lagian dari mana si asal semua kardus ini? Kamu pergi belanja?" tanya Justin heran.
"Mama..." Ucapan Kayla terpotong karena tiba-tiba pandangannya berubah gelap saat berusaha berdiri. Setelah itu, Kayla tak mengingat apapun.
Untung ada Justin didekatnya. Disepaknya kursi roda, karena menghalangi langkahnya membopong Kayla ke kamar.
Kayla terbangun karena tepukan di pipinya. Raut lega Justin menyambut saat pertama kali Kayla membuka mata.
"Astaga, Kay!"
Kemudian terlihat dua wajah lega lainnya, mama dan papa Justin. Kayla buru-buru bangun.
"Eit... sudah, sudah. Tidur aja...", kata mama Justin cepat. "Apa yang terjadi, Kay?"
"Kay sedang membereskan kamar..." Kayla terdiam, otaknya bingung merangkai kata, bagaimana menjelaskan apa yang dia lakukan tanpa membuat mama Justin tersinggung.
"Kardus-kardus itu yang membuatmu sibuk... dari mana, Kay?" Justin tiba-tiba menyela.
"Ehmm... itu...", Kayla bingung setengah mati.
"A-apa itu kado-kado Mama selama ini?" tanya mama Justin sedikit ragu, tidak sadar kalau jumlahnya sudah teramat banyak.
Kayla hanya tersenyum canggung.
"Ahh!" Justin langsung bisa menyimpulkan, dengan hati kesal.
"Mama ga nyangka sudah sebanyak itu..." komentar mama Justin, sedikit meringis. Membuat papa Justin hanya bisa berdecak.
"Se-sebagian juga dari teman-teman kok Ma... tapi... ruang bayi sudah terlalu penuh...", jelas Kayla makin pelan. Hatinya merasa sangat tidak nyaman. Kuatir mama Justin kecewa.
"Termasuk yang di kamar kita juga?" tanya Justin, bertambah kesal.
Kayla hanya menunduk. Tidak berani menatap mata Justin, apalagi menjawabnya.
Justin dan papanya kembali berdecak, kesal. Sementara mama Justin hanya bisa menggigit bibirnya.
"Iya, iya... Mama minta maaf. Mama janji berhenti mengirimi cucu mama dan Kayla hadiah...", kata mama Justin.
---
Mama Justin menepati janjinya. Tidak ada lagi hadiah dalam dua hari ini.
"Ngapain lagi kamu, Kay? Kamu mau undang temen-temen buat makan?" komentar Justin, kembali kesal, saat mendapati istrinya sedang sibuk menata meja makan.
Kayla menggeleng. Tanpa menoleh.
"Mau undang Mama Papa?" tanya Justin lagi.
Kayla kembali menggeleng.
"Lantas?" Justin berusaha diam, mengingat-ingat, kuatir melewatkan sesuatu. Ulang tahun Kayla masih dua bulan lagi. Ulang tahunnya sudah lewat. Ulang tahun Mama? Papa? Ahh! Justin menyerah.
Selesai! Kayla menghempaskan tubuhnya di kursi roda. Menutup mata sejenak. Lelah...
Kayla membuka mata saat merasakan usapan Justin di keningnya. Ditangkapnya tangan Justin, dan dibawanya ke pangkuannya.
"Ana ke sini, mengirimiku banyak kue. Mama juga mengirim orang mengantar macam-macam masakan itu...", jelas Kayla pada akhirnya.
Justin menepuk dahinya. Segera mengambil ponsel di sakunya.
"Eh! Mau apa?"
"Telpon mama...", jawab Justin. Namun sebelum Justin memencet nomor, Kayla merebut ponselnya.
"Jangan! Jangansekarang! Aku ga tega membayangkan wajah kecewa mama, Jus", kata Kayla serayamengembalikan ponsel Justin.
***
Hai... makasih dah baca. Vote & comment ya. Salam sayang dari Rie
KAMU SEDANG MEMBACA
I am a Genius
RomanceHelena, itu namaku. Aku cantik, populer dan kelewat cerdas, alias jenius. Menyenangkan? Tidak..samasekali.. Aku kehilangan semuanya karena kemampuanku ini. Kau boleh bertukar identitas denganku, kalau mau. Ingin rasanya berpura-pura bodoh...
