"Bunda.... Al yang ganteng pulang dengan selamat!" teriak Al saat memasuki rumahnya, membuat Anita-- bunda Al yang sedang membersikan vas bunga kian mendengus kesal.
"Kalau pulang tuh salam, bukan teriak- teriak, Al. Ini rumah bukannya hutan."
Al menyengir lebar lalu mencium tangan bundanya seraya berkata, "Hehe iya, Al lupa. Assalamu' alaikum bundaku yang cantik."
"Waalaikumsalam, dah sana ganti baju. Bau kamu asem, kayak belum mandi berabad- abad lamanya," ledek Anita.
"Biar asem yang penting ganteng," pede Al dengan senyum bangganya.
"Dasar," cibir Anita lalu menghibaskan tanganya kepada Al. "Udah, ganti baju sana. Jangan lupa mandi."
"Iya- iya," sahut Al lalu naik keatas, kelantai dua dimana kamarnya berada.
Anita melihat Al dengan jelas. Bocah manja yang ia besarkan kini tumbuh dewasa tanpa sepengetahuannya. Bahkan Anita sampai tidak habis pikir, kok sampe sekarang sikap Al masih keanak- anakan terus.
Ah, sudahlah. Anita hanya memantau. Lagian Al sudah punya dunia sendiri sepertinya.
Cowo itu memasuki kamarnya yang bernuasa putih abu- abu, dipintu depan tertulis jelas sebuah peringatan,
'Boleh masuk, kecuali yang bernama MELLA ANITA. Sangat dilarang MEMASUKI KAMAR INI!!'
Dan peringatan itu Al tulis karna kelakuan menyebalkan Mella saat memasuki kamarnya. Saat itu Al keluar dengan Stefan, malamnya baru pulang. Saat Al pulang ia melihat Mella senyum- senyum sendiri. Dipikir Al, Mella lagi kesambet apa- apa eh tau- tau pas sampe kamar mata Al langsung melongo mendapati kamarnya kayak kapal pecah, alias gaduh, semua barang ilang, berantakan dan benar- benar ancur. Sejak itu Mella, adik Al dilarang memasuki kamarnya. Makannya kamar Al selalu ia kunci. Kalau tidak bisa gawat sama Mella.
Al enggak tau, moodnya memang benar- benar hancur sekarang. Anehnya lagi, gara- gara Yuki nggak jadi nemenin dia ke toko kue, sekarang Al benar- benar membenci kue mochi. Enggak tau, tiba- tiba aja sih.
Setelah mandi cowo itu berganti baju, dengan baju santi.
Ngomong soal koleksi baju Al, bejibun banget, kayak beras dalam karung. Makannya setiap Stefan nginep dirumah Al, cowo itu selalu meminjamnya, sekaligus dalemannya juga.
Ew.
"Abang buka! Mella mau masuk sebentar," tuh kan. Kelakuan Mella dari kecil emang ngeselin, hobinya ngegedor pintu Al sekencang musik DJ dalam studio.
Alih- alih membuka kan pintu, Al justru mengambil earphone dan mendengarkan musik, sehingga suara Mella kini terdengar samar- samar. Lalu cowo itu berbaring tanpa merasa bersalah jika telah menganggurkan adiknya.
"Ih Abang mah," bibir Mella mengerucut, kesal sembari menghentak- hentakan kakinya karna Al tak kunjung bangun.
Cewe itu bersedekap lalu dengan sekali hentakan kakinya menendang pintu kamar Al hingga bergetar. Mungkin jika Mella laki- laki maka pintu kamar Al bisa saja terbuka, alias kedobrak. Atau mungkin roboh.
Karna merasah aman, ahirnya Al bangun dengan mencopot earphonenya lalu berjalan kearah pintu untuk membukanya.
"Ahirnya," Al mengusap dada lega karna Mella sudah tidak ada didepan pintu.
"Abang," panggilan Mella langsung membuat Al memekik kaget.
"Apaan sih dek?" tanya Al sewot.
Mella melipat tangan didada lalu mendengus. "Terus aja sewotin aku, abang mah gitu. Aku itu adik abang bukan sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KSS- 2] Annoying Brondong
Short StoryDia cuma Adik, nggak lebih dan nggak kurang. -Yuki Jangan anggap gua Adik, please ini menyakitkan :(. -Al