03:: Hari pertama

1.1K 204 11
                                    

Gugup.

Merupakan satu kata yang mewakili seluruh perasaan yang ada pada diri Al saat didepannya ada Yuki. Baru ini Al merasa gugup, padahal tiga jam yang lalu cowo itu dengan gampangnya nyium Yuki, kenapa sekarang berubah kayak gini.

Al menelan ludahnya susah payah, lalu memerhatikan Yuki yang memakai kacamata. Aura kecantikannya bertambah 90 persen dari biasanya.

"Puas melihat kecantikan ku?" ucap Yuki tiba- tiba, membuat Al gelagapan setengah mampus.

"Si... siapa juga yang ngeliatain," elak Al jadi gugup sendiri.

Yuki tersenyum miring, sepertinya ini kesempatan yang bagus baginya untuk menjaili bocah kencur, Al.

"Masa sih?" Yuki bersedekap, membenarkan letak kacamatanya. "Apa kau yakin sedang tidak memerhatikan aku?"

"Ya enggaklah," seloroh Al langsung.

"Oh..., yasudah," Yuki pura- pura tidak perduli lalu membuka kacamatanya dan menatata rambutnya genit. "Aku kira kau memerhatikan ku,"

Al diam. Cowo itu buang muka kesembarang arah, asal bukan melihat kearah Yuki. Bisa- bisa cowo itu salah tingkah.

Hari pertama mereka belajar adalah rumah, Al eh tepatnya rumah orang tua Al. Mereka belajar diruang tamu yang lebarnya udah kayak lapangan bola. Alias gede.

"Baik," ucap Yuki lalu menarik buku yang sedari tadi Al pegang. Menutupnya lalu merapihkan buku itu.

"Kok ditutup sih? Katanya mau ngajarin?" protes Al binggung.

Yuki menaikan satu alisnya. "Buat apa aku mengajarimu kalau kau saja tidak mau jujur,"

"Apaan sih?"

"Aku tau," Yuki menaruh kakinya diatas kaki yang satu lagi. "Pasti kau tidak akan konsen bukan,"

Al semakin binggung.

"Karna saking terpesonanya akan diriku," Yuki mengedipkan mata genit, membuat Al menelan ludahnya susah payah.

tenang, Al, tenang.

"Jadi lebih baik, kau tidak usah belajar."

Ok cukup.

"Saya mau belajar," bantah Al.

Yuki bersedekap. "Tapi aku tak kan mengajarimu."

"Yaudah, biar saya belajar sendiri," kemudian Al mengambil buku sejarahnya lagi. Tapi tangan Yuki menahannya.

Tangan Yuki memengangi tangan Al membuat Al semakin mengernyit. Kemudian cowo itu faham, apa yang sedang Yuki rencanakan. Kalau Yuki bisa, kenapa dia tidak.

"Ok, saya nggak akan belajar," ucap Al sedikit aneh.

Cowo itu berdiri, melepas kemaja merahnya dan menyisahkan baju putih polos disana. Kini, kegugupan berpindah pada diri Yuki.

"Kenapa kau melepas kemejamu?" tanya Yuki was- was.

"Kenapa, nggak boleh? Saya kepanasan," padahal ruangan ini terdapat AC.

Dengan senyum miringnya, Al berjalan mendekati Yuki, duduk disebelah cewe itu.

Jujur, Al tidak tau apa yang dia lakukan.

Lalu, dengan tatapan yang sungguh aneh Al mulai mendekat, merapat pada Yuki yang berhasil membuat cewe itu mendadak kena spot jantung. Al mendekat, terus mendekat, mendekat, dan mendekat pada diri Yuki sampai cewe itu terpojok sekarang.

Pikiran Yuki amburadul, semua badannya terasa kaku. Dan Al memanfaatkan hal itu.

Sampai tiga menit lamanya Al memojokkan Yuki dipinggir sofa dengan memegangi lengan cewe itu. Pipinya seketika mengembung dan tawanya lepas saat melihat wajah panik Yuki.

"Hahaha, kamu kira saya mau ngapain, saya cuma mau ngambil buku Sejarah yang warna abu- abu. Bukan mau yang aneh- aneh."

Dan Yuki kehabisan kata sekarang.

Al sedikit mengambil jarak dengan tawa yang semakin berderai, membuat wajah Yuki sekarang semerah tomat.

Apa- apaan Al! Kalau kayak gini namanya senjata makan tuan, kan nitanya Yuki yang ngejailin, kenapa malah jadi Yuki sendiri yang kena imbasnya.

"Cie mikir yang aneh- aneh ya?" goda Al dengan menunjuk- nunjuk wajah Yuki.

"Sial, diam kau anak kencur!" Yuki sebisa mungkin menahan kemaluannya pada Al.

Al semakin ngakak saat melihat wajah Yuki yang semakin padam.

"Itu pipi kamu merah lho, merah banget," Al tertawa lagi, mengejek Yuki yang kehabisan akal.

"Diam!" Yuki memukuli Al menggunakan bantal sofa, tapi cowo itu tak kunjung berhenti tertawa.

"Haha makannya jangan coba- coba jail sama saya, untung cuma bercanda, coba kalau beneran," goda Al lagi.

"Diam, diam, diam! Aku bilang diam jangan tertawa," Yuki memukul sekali lagi lalu bersedekap ngambek.

Tawa Al mulai reda. Bahkan cowo itu sampai mengeluarkan air mata saking lucunya melihat reaksi Yuki.

Dan sekarang cowo itu senyum- senyum sendiri lalu mengambil buku sejarahnya.

"Iya, saya udah berhenti nih," ucap Al. "Ayo belajar lagi."

"Aku tidak mau!"

Yuki mendumel dalam hati, mengumpat sedemikian rupa untuk Al.

"Yaudah kalau nggak mau," senyum miring Al hadir lagi. "Saya cium nih," lanjutnya dengan mengancam.

Yuki langsung buru- buru mengambil buku milik Al. "Iya- iya kita belajar, buka bukumu akan aku terangkan semua babnya," daripada Al nekad dengan ucapannya, lebih baik Yuki ngalah.

Toh Al juga nggak akan berani ngapa- ngapain kalau belum mukhrim. Yang ada nanti dia disunat dua kali sama bundanya. Kan bahaya, bisa- bisa masa depan Al suram :v.

☕☕☕

Hehe, maaf partnya
pendek dan kacau gini.
next, semoga bisa lebih panjang.
tapi sebenernya pada
suka nggak sih sama
cerita ini? kok menurut
aku pada lebih suka
sama yang di lapak sebelah,
padahalkan udah tamat :(
huh, aku sedih :'(





[KSS- 2] Annoying BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang