12:: Meet, Shit

328 58 15
                                    

Enak gitu rasanya kalau bangun pagi-pagi terus ada bunga di samping tempat tidur, belum lagi tambahan kartu ucapan manis dari orang tersayang. Kan kesannya so sweet. Nyatanya tidak dengan Yuki yang harus bangun lebih awal untuk datang ke butiknya. Harus banget apa pas weekend gini. Ganggu waktu santainya aja.

"Gimana? Masih ada yang perlu di omongin lagi?" tanya Yuki pada salah satu karyawan butiknya. Ngomong-ngomong sekarang dia sedang berada di butik khusus WO, weeding organizer.

Karyawan perempuan di depannya menggeleng pelan. "Sudah selesai semua, Non. Semuanya sudah beres." Yuki menghela nafas pelan, cewe itu menyenderkan punggungnya di kursi besar yang bisa memutar. Pusing rasanya. Bagaimana tidak.

Jadi ada salah satu pelanggan yang memesan jasa weeding organizer di butik miliknya. Nah, kata karyawan butik, orang itu memesan wo dengan style pink gold gitu. Ketika semua sudah siap tiba-tiba saat pagi semua pesanan di ganti dengan alasan tempat yang berpindah. Ya mana bisa, yang namanya sudah memesan, mana semua sudah di siapkan dari jauh-jauh hari pula.

Ahasil Yuki yang mengurus semuanya. Ia berusaha menjelaskan peraturan yang ada di butiknya. Untungnya pelanggan itu tidak sampai marah-marah. Coba kalau ia, uh. Keluar semua umpatan Yuki saat itu. Kemudian perempuan itu mengibas-ibaskan tangannya membuat karyawan perempuan tadi keluar.

Yuki melihat arlojinya.

Tak lama suara ketukan pintu terdengar membuat Yuki menoleh.

"Ki," panggil Maxime. Lalu ia menutup kembali pintunya. Cowo dengan lesung pipi itu duduk di kursi depan Yuki, membuat cewe didepannya mengernyit. Sebelum Yuki bersuara, Maxime meletakan bingkisan kecil yang ia bawa. "Dari Mama."

Mendengar kata Maxime membuat mata Yuki berbinar. Cepat-cepat Yuki membuka bingkisan dari Maxime. Bentul saja, ada kue kesukaan Yuki disana.

"Sejak kapan?" tanya Yuki lalu menatap Max kesal. "Kok kamu nggak pernah bilang ke aku kalau Mama udah sembuh?"

"Aku takut ganggu kamu, Ki," jujurnya.

Yuki mendelik sebal. "Tetep aja. Gimana pun juga kamu harus cerita, ngasih kabar kalau Mama udah sembuh." Maxime mengangguk. "Terus sekarang Mama dimana? Udah dirumah?"

"Satu minggu yang lalu,"

"Apa?!" Yuki melotot. "Kamu apaan si, Max. Selama itu kamu diem-diem doang sama aku. Ya ampun Maxime, keterlaluan emang." Yuki kecewa. Mama Maxime adalah sahabat Mamanya dari SMA. Tau jean mengalami sakit ginjal membuat Yuki sangat sedih, terlebih karna Jean sendiri sudah di anggap seperti orang tuanya. Selama Jean sakit, Yuki selalu menemaninya. Mengobrol dan menjaga Jean. Maxime sendiri senang karna adanya Yuki membuat Jean lebih cepat sembuh.

"Mama ngelarang aku, Ki." Lagi-lagi Maxime membela.

"Setidaknya ka--"

"Mau ketemu Mama?" tawar Maxime.

Daripada mendengar ocehan Yuki, lebih baik mengajak cewe itu langsung menemui Mamanya.

"Yaudah sebentar. Aku ambil tas dulu, sekalian ngabarin karyawan kalau aku mau pergi." Maxime mengangguk.

Setelah selesai Yuki kembali. "Udah?" tanya Maxime. Yuki mengangguk lalu mengandeng tangan Yuki.

☕☕☕

"Aduh! Woy kupret pelan dikit napa kalau jalan, kaki gue sakit oon!" Al hanya mendengus saat mendengar keluhan dari Stefan. "Manja bat," ucapnya.

"Eh eh bunglon, seenak jidat bae ngatain gue manja. Gini-gini gue pernah jadi juara--"

"Berisik, nyet!" decak Al, "Lo kalau mau nyerocos nanti aja, jangan sekarang."

[KSS- 2] Annoying BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang