07:: What!

830 161 14
                                    

Tangan Al masih setia mencoret- coret bukunya untuk mendapat jawaban yang benar. Sesekali ia menoleh ke Yuki, cewe itu juga masih melihatnya dengan senyum disana. Entah kebetulan atau tidaknya. Al merasa senang jika Yuki terus tersenyum padanya. Imut.

Yuki sudah berjanji jika Al berhasil menyelesaikam soal dengan benar maka ia akan menceritakan siapa Maxime padanya.

"Nih udah," Al menyerahkan bukunya pada Yuki. "Sekarang kamu cerita' in ke aku, siapa cowo itu."

Kenapa kesannya Yuki kayak selingkuh, terus ia harus menjelaskan kenyataan jika ia tidaklah selingkuh. Padahal mereka hanya guru dan murid. Cewe itu memeriksa hasil pekerjaan Al, lalu menggeleng.

"Jawaban kamu salah," memberikan buku itu kembali. "Coba kamu kerjain pake rumus yang satunya."

"Ganti soal aja deh, gua nggak ngerti," balas Al malas.

Noh kan. Sikap judesnya balik lagi. Lama- lama Al lebih mirip sama bunglon, berubah terus. Dasar remaja labil.

"Nggak boleh gitu, gimana pun kamu harus bisa. Ini gampang lho Al, tinggal kamu cari akar terus ka---"

"Gua nggak mau, jangan dipaksa."

"Kalau kamu nggak aku paksa, kamu nggak bakal bisa," Yuki membuka bukunya lagi. "Kamu hafalin rumus ini, nanti aku ganti soalnya, dan kamu harus bisa. Soal ini nanti---"

"Ngomong mulu. Capek gua dengernya." Cowo itu bangkit dan keluar dari perpus meninggalkan Yuki sendiri. Setelah sepenuhnya keluar dari perpus, wajah Yuki sudah merah padam.

"Ya ampun, tuh bocah labil banget sih. Apa maunya coba?!"

Daripada Yuki mengumpat serapah lebih baik ia merapihkan semua barangnya lalu keluar dari perpus, mencari kemana Al pergi.

Kalau bukan karna paksaan Papanya, Yuki tidak mungkin dan tak akan pernah bertemu dengan Al. Bahkan cewe itu sudah menikmati hidupnya dengan tenang tanpa harus menahan amarah mati- matian untuk menghadapi Al.

Karna Yuki tipikal cewe kalem, manis, sabar dan penurut ia akan terus menjalani ini semua ini tanpa mengeluh.

Matanya menyapu sekelilingnya, mencari dimana keberadaan cowo bunglon itu. Dan pandangannya tertuju pada bawa pohon mangga. Al disana.

"Kamu kenapa pergi?" Yuki duduk disamping Al. Cowo itu menoleh sesaat, membuat Yuki kembali tersenyum.

"Marah?"

"Enggak," balas Al cepat.

Yuki membenarkan posisinya. "Kalau kamu nggak marah kenapa pergi ninggalin aku."

"Aku enggak pernah ninggalin kamu." Al masih tidak menoleh.

Apakah percakapan mereka seperti sepasang kekasih yang sedang ada masalah? Nyatanya mereka bukanlah sepasang kekasih.

"Yaudah kalau kayak gitu," Yuki berdiri. "Aku mau pulang aja, udah dua jam aku disini. Dan kamu malah nyuekin aku."

Baru dua langkah Yuki melangkah, ia terpaksa berbalik karana Al menariknya mendekat. Tangan cowo itu melingkar di pinggang Yuki, memeluk cewe itu dengan possesive.

"Max bukan pacar kamu kan?"

Yuki mengangguk, membalas pekukan Al.

"Dia Kakak aku, dia bukan pacar aku."

Pelukan Al terlepas. Cowo itu memandang Yuki dengan jelih, menatap mata cewe itu yang teduh. Nyatanya Yuki memang jujur. Sekali lagi Al memeluk Yuki.

"Aku percaya sama kamu."

"Hm." hanya itu balasan Yuki.

Lalu satu pertanyannya, apakah mereka cocok menjadi kekasih. Nayata tidak saat adegan manis Al terganti dengan pertanyan konyol sendiri dari cowo itu.

[KSS- 2] Annoying BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang